Menangkap Peluang Bisnis Kopi Lewat Lembaga Kursus dan Pelatihan

  • Bagikan
Menangkap Peluang Bisnis Kopi Lewat Lembaga Kursus dan Pelatihan

JAKARTA (Waspada): Peluang untuk berwirausaha di bidang usaha kopi kekinian masih terbuka lebar. Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) terus mendorong lembaga kursus dan pelatihan (LKP) untuk
mampu menangkap peluang dari tren bisnis tersebut. Salah satu upayanya adalah melalui program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW).

“Oleh karena itu, para calon barista lulusan pendidikan vokasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri dan mampu merintis usaha kopi,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati dalam webinar bertajuk “Ngobrol di Kedai: Menangkap Tren Usaha Kopi Kekinian melalui Program PKW” yang diselenggarakan oleh Direktorat Kursus dan Pelatihan, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sabtu (10/12).

Kiki mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan yang masih berada di angka 3,18 persen. Angka tersebut jauh di bawah negara-negara maju yang umumnya berada di kisaran 12 persen. Rasio Kewirausahaan Indonesia kata Dirjen Kiki bahkan masih berada di bawah negara-negara tetangga, seperti Malaysia yang sudah mencapai 4,74 persen dan Thailand di 4,26 persen.

“Tidak hanya untuk meningkatkan rasio kewirausahaan kita saja, tetapi (program PKW) juga (diharapkan) agar anak-anak muda kita menjadi lebih cepat mandiri,” kata Kiki.

Kiki juga menekankan pentingnya LKP menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), sehingga alumni program PKW semakin terakselerasi dan semakin cepat membangun bisnisnya sendiri. Diharapkannya, melalui program PKW akan lahir generasi-generasi muda yang mandiri dengan berwirausaha sehingga mereka bisa berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan menjadi tulang punggung perekonomian bangsa Indonesia.

Direktur Kursus dan Pelatihan (Dirsuslat), Wartanto, dalam pengantar menuturkan, Direktorat Kursus dan Pelatihan telah membuka program PKW untuk jenis keterampilan barista sejak tahun 2020. Sejak itu, jumlah peminat atau peserta didik bidang barista juga terus mengalami peningkatan.

“Dilihat dari jumlah peserta yang berminat, peserta didik barista telah mengalami peningkatan, yaitu dari 455 peserta didik barista pada 2020, menjadi 1.075 pada 2021, dan 1.130 pada 2022 atau sekitar 240 persen hanya dalam 3 tahun,” jelas Wartanto.

Instruktur barista sekaligus pemilik LKP Filbert, Rendro Wijoyo, yang menjadi salah satu narasumber dalam acara ini mengatakan bahwa tren usaha kopi kekinian memang membuka peluang yang sangat besar bagi lulusan PKW di bidang barista. Kesempatan ini tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi kini sudah merambah ke daerah-daerah dengan memanfaatkan potensi-potensi kopi lokal yang juga kian bermunculan.

“Ini menjadi tren yang membuka peluang besar. Apalagi, selama ini memang banyak sekali kedai-kedai kopi mereka tidak memiliki barista. Jadi, kebutuhan tenaga barista-barista ini sangat besar, baik sebagai pekerjanya maupun owner atau pemilik kedai kopinya,” kata Rendro menambahkan.

Oleh karena itu, Rendro melihat PKW bidang keterampilan barista menjadi sangat penting dan memiliki potensi yang sangat besar bagi rekan-rekan penyelenggara kursus dan pelatihan. Meski demikian, Rendro menekankan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh LKP dalam penyelenggaraan PKW keterampilan barista, yakni dukungan sarana dan prasarana yang harus sesuai standar industri serta kerja sama dengan DUDI. Hal ini dimaksudkan agar lulusan yang dihasilkan benar-benar kompeten dan siap untuk berwirausaha.

Di LKP Filbert sendiri, menurut Rendro, ia tidak hanya membuka keahlian barista saja, tetapi juga kompetensi lainnya, seperti bidang roasting coffee dan juga kursus owner coffee shop, yang memang ditujukan untuk para peserta kursus yang ingin membuka kedai kopi.

Pembicara lainnya, Sugeng Pujiono selaku pemilik Critoe Coffee, Bandung mengatakan bahwa bisnis usaha kopi kekinian memang cukup menjanjikan. Selain memang sedang menjadi tren dan gaya hidup masyarakat, keuntungan dari bisnis ini juga cukup menjanjikan.

Sugeng mencontohkan, berdasarkan pengalamannya selama ini,  dengan modal sekitar Rp3.200,00 untuk satu cup es kopi susu gula aren, keuntungan yang didapat bisa mencapai Rp7.000,00 per cup-nya. Itu pun dengan asumsi penjualan es kopi susu yang terbilang cukup murah, yakni Rp10.000,00.

“Artinya, dijual Rp5.000,00 saja kan juga sudah untung. Akan tetapi, rata-rata es kopi susu gula aren kan dijual di atas Rp10.000,00 per cup-nya,” kata Sugeng menjelaskan.

Sugeng yang sudah mendirikan beberapa cabang coffee shop juga mengatakan bahwa pada dasarnya siapa pun bisa dengan mudah membuka usaha kopi kekinian. Namun, bagaimana mempertahankan kelangsungan usaha tersebut tentu membutuhkan upaya tersendiri.

“Kuncinya adalah memperbanyak ide dan gagasan dengan cara mengasah keterampilan, menambah pengetahuan, serta terus meningkatkan sikap dan perilaku positif,” kata Sugeng.

Pada kesempatan tersebut, Sugeng juga membagikan sejumlah tips agar bisa berhasil dalam bisnis kopi kekinian tersebut. Salah satu tipsnya adalah dengan menciptakan produk yang benar-benar berkualitas dan bagus. “Kalau produknya sudah bagus, ini sudah seperti dia (produk kopi kekinian) memasarkan dirinya sendiri,” kata Sugeng.

Sebagai informasi, Ngobrol di Kedai merupakan rangkaian Serial Diskusi Akhir Tahun #1 yang diselenggarakan Direktorat Kursus dan Pelatihan sebagai kegiatan penutup tahun yang dapat menjadi bahan pembelajaran untuk tahun mendatang. Kegiatan ini diadakan bekerja sama dengan LKP-LKP dan pengusaha yang dapat membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada peserta, baik peserta didik, calon peserta didik, maupun pengelola LKP.(J02)

  • Bagikan