MEDAN (Waspada): Dalam era digital yang terus berkembang pesat, kebutuhan akan media pembelajaran yang interaktif dan berbasis teknologi informasi menjadi semakin mendesak.
Merespons tantangan ini, tim pengabdian kepada masyarakat dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Medan (Unimed) melaksanakan program pelatihan komprehensif untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif.
Tim pengabdian ini dipimpin oleh Harvei Desmon Hutahaean, S.Kom., M.Kom sebagai ketua, bekerja sama dengan Dr. Enny Keristiana Sinaga, S.Pd., M.Si dan Saut Marulitua Hutapea, S.Pd sebagai anggota, telah berhasil menyelenggarakan serangkaian workshop dan pelatihan yang bertujuan untuk membekali para pendidik dengan keterampilan teknologi terkini di Yayasan Pendidikan Bina Agung Medan Selasa – Rabu (15-16 Juli).
Program pengabdian ini berangkat dari kebutuhan mendesak untuk mentransformasi metode pembelajaran tradisional menuju pendekatan yang lebih interaktif dan engaging.
Harvei Desmon Hutahaean menjelaskan bahwa di era digital ini, guru dituntut untuk mampu mengintegrasikan teknologi informasi dalam proses pembelajaran agar dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif.
“Kami melihat bahwa masih banyak guru yang belum optimal dalam memanfaatkan teknologi untuk media pembelajaran. Padahal, siswa zaman sekarang adalah generasi digital native yang lebih responsif terhadap pembelajaran berbasis teknologi,” ujar Harvei.
Dr. Enny Keristiana Sinaga, menyampaikan bahwa program ini mencakup berbagai aspek penting dalam pengembangan media pembelajaran interaktif. Materi pelatihan meliputi pengenalan tools dan aplikasi untuk membuat konten multimedia, teknik storytelling digital, serta strategi pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran.
“Kami tidak hanya mengajarkan aspek teknis, tetapi juga bagaimana mengembangkan konten yang sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran,” jelasnya.
Saut Marulitua Hutapea, yang bertanggung jawab dalam aspek praktis implementasi, melaporkan bahwa para peserta pelatihan menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti setiap sesi. Guru-guru yang mengikuti program ini berhasil menciptakan berbagai media pembelajaran interaktif, mulai dari video pembelajaran, kuis digital, hingga simulasi virtual.
“Hasil yang paling menggembirakan adalah ketika para guru mulai berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dalam pembelajaran setelah menggunakan media interaktif yang mereka kembangkan,” ungkap Saut Hutapea.
Program pengabdian ini telah memberikan dampak signifikan terhadap kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah peserta. Para guru melaporkan peningkatan partisipasi siswa dalam kelas, pemahaman materi yang lebih baik, serta terciptanya suasana pembelajaran yang lebih dinamis dan menyenangkan.
Selain itu, program ini juga telah membantu guru-guru untuk lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan pembelajaran di era digital. Mereka kini memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai untuk terus berinovasi dalam mengembangkan media pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Tim pengabdian menyatakan komitmen mereka untuk terus mendampingi para guru dalam implementasi teknologi pembelajaran. Rencana ke depan mencakup pengembangan platform digital untuk berbagi resource pembelajaran, pembentukan komunitas guru inovatif, serta penyelenggaraan workshop lanjutan untuk topik-topik teknologi pembelajaran yang lebih spesifik.
“Kami berharap program ini dapat menjadi katalisator untuk transformasi pendidikan yang lebih luas, tidak hanya di tingkat sekolah tetapi juga di tingkat sistem pendidikan secara keseluruhan,” tutup Harvei Desmon Hutahaean.
Program pengabdian kepada masyarakat ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara akademisi dan praktisi pendidikan dapat menghasilkan solusi konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam menghadapi tantangan era digital yang terus berkembang. (Rel)