Scroll Untuk Membaca

Pendidikan

Perguruan Tinggi Jangan Takut ‘Kehabisan’ Persoalan, M Nuh: Tetap Semangat Untuk Maju

Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Para pengelola perguruan tinggi, utamanya yang dikelola swasta, jangan takut ‘kehabisan’ masalah. Justeru berbagai persoalan atau masalah yang datang mendera, harus dianggap sebagai tantangan yang akan membuat perguruan tinggi lebih baik lagi.

“Para pengelola perguruan tinggi harus tetap semangat. Percayalah, kita itu tidak akan kehabisan persoalan. Akan terus datang. Tinggal bagaimana kita semua mengupayakan supaya persoalan yang datang dapat teratasi dan perguruan tinggi yang dikelola jadi lebih maju,” ujar mantan Menteri Pendidikan Nasional dan Ketua Dewan Pers periode 2019-2022, Prof Muhammad Nuh, dalam webinar berjudul ‘Strategi Meningkatkan Pendaftar Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) dan Memviralkan Prestasi Kampus’ yang digelar Sevima, Kamis (9/6/2022).

Saat ini Indonesia memiliki lebih dari 4.500 perguruan tinggi se-Indonesia. Sayangnya, belum semua kampus tersebut memiliki kualitas yang baik dan pendaftar yang mencukupi.Mohammad Nuh menyebut kampus-kampus tersebut sebagai kampus stunting (kuntet).

Karena itu, Nuh mengajak kampus untuk terus meningkatkan diri dan jumlah mahasiswa. Jangan sampai, kampus ‘hidup enggan mati pun tak mau’.

“Karena, masyarakat Indonesia yang butuh berkuliah jumlahnya juga tak sedikit. Karena Angka Partisipasi Kasar atau jumlah anak Indonesia yang berkuliah baru 30 persen. Artinya masih jutaan masyarakat belum berkesempatan kuliah,” imbuhnya.

Menurutnya ada tiga jenis kampus yang ada saat ini. Pertama, kampus yang baru didirikan langsung bertemu ajalnya. Kedua, kampus stunting yang hidup enggan mati tak mau. Ketiga, kampus yang berkembang.

“Tentu kita ingin kampus di Indonesia berkembang dan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan jadi kampus stunting, atau biasa orang jawa bilang kuntet.  ungkap pria yang akrab disapa Pak Nuh ini.

Agar kampus terhindar dari kondisi stunting, Pak Nuh membagikan beberapa tips agar kampus bisa terus meningkatkan kualitas dan memiliki jumlah mahasiswa sesuai target.

Agar kampus bisa tumbuh berkembang dibutuhkan sebuah image atau citra yang bagus dari kampus tersebut. Karena tak jarang, ada kampus yang kualitasnya sangat baik, tapi belum diketahui masyarakat luas. Sebaliknya, ada pula kampus yang kualitasnya kurang baik tapi populer di masyarakat karena banyak melakukan pencitraan.

“Pencitraan itu baik. Namun pencitraan yang bagus harus disertai dengan substansi yang bagus pula. Hal ini juga berlaku bagi kampus, jadi antara pencitraan agar dikenal masyarakat, dan meningkatkan kualitas, harus seimbang,” jelas Nuh.

Untuk memiliki kampus dengan jumlah mahasiswa yang banyak tak harus menjadi yang terbaik. Namun bisa dengan memiliki spesialisasi di bidang tertentu. Nuh menyontohkan kepemimpinannya di Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya, yang memiliki kampus swasta bernama Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Pada Juni ini saja, kapasitas UNUSA sudah terisi 40 persen. Padahal, kampus-kampus negeri favorit di Surabaya, jumlahnya tak sedikit.

“Saya juga mengelola kampus swasta, yaitu di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Untuk berkompetisi, kampus dan mahasiswa tak harus menjadi yang terbaik di semua bidang. Tapi kampus Anda bisa memiliki spesialisasi di bidang tertentu. Kampus juga tidak perlu membeda-bedakan status negeri dan swasta. Karena semua itu ada pasarnya masing-masing,” tambah Nuh.

Jumlah mahasiswa yang banyak di suatu kampus, memang menjadi harapan banyak pimpinan dan civitas akademika kampus. Banyaknya mahasiswa bisa jadi indikator kebesaran dan popularitas kampus.

Walaupun demikian, kampus sebaiknya tidak berfokus pada mengejar kuantitas jumlah mahasiswa. Karena kuantitas hanyalah salah satu indikator kualitas saja yaitu bersifat input base (masukan).

Kampus juga bisa besar dan populer, jika kualitas lulusannya bagus dan berperan luas di masyarakat. Karena alumni menurut Nuh adalah juru kampanye terbaik.

Semakin sukses alumni suatu kampus, maka semakin mudah kampus dikenal masyarakat dan mendapatkan calon mahasiswa yang berkualitas. 

“Sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Anda bisa menggunakan outcome base (orientasi dampak). Anda boleh mencari mahasiswa dalam jumlah banyak, namun perlu diingat bahwa meningkatkan kualitas juga diperlukan. Promosi oleh alumni, jauh lebih efektif dibanding baliho,” seru Nuh.

Wartawan senior Syarief Oebaidillah selaku Ketua Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan (Fortadikbud) juga membagikan praktik pemberitaan agar kampus bisa viral dan masuk berita nasional yang dapat mendukung penerimaan mahasiswa baru (PMB) di kampus.

Praktik-praktik tersebut diantaranya menjalin kerjasama dengan wartawan dan dapat menyebarkan informasi seperti beasiswa kuliah gratis, prestasi kampus, kolaborasi dengan Dunia Industri (DUDI) dan penemuan-penemuan baru kampus yang bisa menjadi branding bagus bagi kampus.

Pranatha selaku Product Manager SEVIMA, juga mengajak perguruan tinggi agar memberikan sebuah pelayanan terbaik kepada mahasiswa dan masyarakat, sehingga dapat membuat image yang positif bagi perguruan tinggi. Salah satu layanan tersebut adalah menyederhanakan administrasi pendaftaran mahasiswa dengan pelayanan One Day Service (ODS) (layanan satu hari).

Sistem Akademik berbasis awan (Siakadcloud) yang telah tersedia di internet, sudah memungkinkan kampus untuk menggelar seluruh administrasi pendaftaran mahasiswa hanya dalam waktu satu hari. Misalnya, pengisian formulir pendaftaran secara online, ujian masuk berbasis komputer, seleksi wawancara melalui video conference, hingga pengumuman secara online.

“Intinya, masyarakat dibuat semudah mungkin untuk memperoleh layanan dari kampus. Baik itu sistem akademik dan pendaftaran mahasiswa baru yang cepat, mudah, dan efisien. Maupun dipermudah untuk memperoleh informasi dan berita-berita baik dari kampus dengan pemberitaan di media massa, layaknya disampaikan Bapak Ketua Forum Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan. Jangan sampai terlalu lama kampus dan mahasiswa, berkutat pada proses administrasi!,” pungkas Pranatha.(J02)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE