Pendidikan

Tak Boleh Berhenti di Laboratorium, Pemerintah Dorong Riset Siap Masuk Industri

Tak Boleh Berhenti di Laboratorium, Pemerintah Dorong Riset Siap Masuk Industri
Riset nasional dituntut tidak lagi berhenti sebagai laporan akademik, tetapi menjadi solusi konkret bagi persoalan masyarakat dan penggerak industri nasional.
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Riset nasional dituntut tidak lagi berhenti sebagai laporan akademik, tetapi menjadi solusi konkret bagi persoalan masyarakat dan penggerak industri nasional. Pemerintah pun menegaskan arah kebijakan sains dan teknologi yang berorientasi pada dampak nyata, kolaborasi multipihak, serta hilirisasi hasil penelitian.
Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi (Ditjen Saintek) terus memperkuat ekosistem riset nasional melalui diseminasi hasil penelitian, pemanfaatan teknologi, serta penguatan kemitraan multipihak. Upaya ini bertujuan memastikan riset dan inovasi memberi dampak nyata bagi masyarakat dan industri.

Sebagai bentuk akuntabilitas publik dan penguatan reputasi kelembagaan, Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi menggelar Repertoar, agenda tahunan yang memaparkan capaian program, pembelajaran, serta praktik baik pengembangan sains dan teknologi di Indonesia.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan, Repertoar menjadi wadah penting untuk menunjukkan peran riset dan inovasi dalam menjawab persoalan nyata di masyarakat berbasis potensi lokal.
“Melalui program ini, dosen dari perguruan tinggi negeri maupun swasta didorong mengidentifikasi persoalan di daerahnya, memanfaatkan sumber daya lokal, lalu menghadirkan solusi melalui riset dan inovasi,” ujar Brian di Jakarta, Sabtu, 20 Desember 2025.

Beragam inovasi ditampilkan dalam Repertoar, mulai dari teknologi pembuatan garam, pewarna alami, hingga pengembangan kapal nelayan listrik. Seluruh karya tersebut masih berada pada tahap prototipe atau proyek percontohan, namun memiliki potensi besar untuk dikembangkan ke skala industri.
Menurut Brian, pemerintah tidak hanya mendorong riset fundamental agar Indonesia mampu bersaing secara global, tetapi juga memastikan hasil riset dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat dan dunia usaha.

“Kami ingin riset, inovasi, dan IPTEK tidak berhenti di laboratorium, tetapi siap didorong menjadi produk industri yang berdampak ekonomi dan sosial,” tegasnya.

Ia menambahkan, keterlibatan industri menjadi kunci untuk meningkatkan skala inovasi dari pilot project menuju produksi massal. Karena itu, pemerintah membuka peluang kolaborasi luas, termasuk dengan mitra internasional, tanpa membatasi negara asal.

Berdasarkan data dalam satu tahun terakhir, pendanaan riset melalui LPDP mencapai sekitar Rp100 miliar, sementara program Tera dan Insentek sekitar Rp2 miliar. Program ini juga merupakan kelanjutan dari riset sebelumnya dengan total anggaran pengembangan riset nasional lebih dari Rp2 triliun.

Repertoar menegaskan komitmen Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam membangun ekosistem riset yang kolaboratif, berkelanjutan, dan berdampak, sekaligus menjadikan sains dan teknologi sebagai penggerak utama pembangunan nasional.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Pendidikan

JAKARTA (Waspada.id): Paradigma riset di Indonesia mulai bergeser. Masyarakat kini tidak lagi ditempatkan sebagai penerima hasil penelitian, tetapi menjadi mitra aktif dalam proses penciptaan inovasi. Hal ini diwujudkan melalui peluncuran…