TANGERANG (Waspada.id): Universitas Terbuka (UT) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) menggelar program pemberdayaan masyarakat bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat Desa Lengkong Kulon dalam Mewujudkan Desa Hijau, Bebas Sampah, dan Berwawasan Global” di Desa Lengkong Kulon, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang.
Kepala Pusat PkM Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UT, Dr. Heriani, S.IP., MA membuka secara langsung kegiatan tersebut, bertempat di Kantor Desa Lengkong Kulon, Tangerang, Banten, Selasa (28/7/2025).
“Program ini menyasar sejumlah elemen masyarakat desa, mulai dari Karang Taruna, ibu-ibu PKK, hingga guru PAUD, dengan harapan dapat membangun lingkungan yang bersih, sehat, dan berdaya saing global,” ujar Heriani. Heriani didampingi tim PkN Nasional UT, yakni Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan UT, Daniel Pasaribu, S.Pd, M.A serta Koordinator PkM Nasional Desa Lengkong Kulon Roman Hadi Saputro, S.Si., M.Si
Dari pihak desa, hadir dalam kesempatan itu Kepala Desa Lengkong Kulon Muhammad Sohib, Sekretaris Desa Mulyadi Setiawan, para Jaro (Kepala Dusun), para Ketua RW, Ketua Karang Taruna serta ibu-ibu PKK.
Dikatakan Heriani, ada 3 fakultas yang bakal terjun ke masyarakat Lengkong Kulon. Mereka terdiri dari dosen dan mahasiswa daei FHISIP, FST dan FKIP UT. Selama kurun waktu 3 tahun, para dosen dan mahasiswa UT berupaya melakukan berbagai kegiatan edukatif dan praktis. Antara lain penyuluhan literasi lingkungan dan pangan, pelatihan bahasa Inggris sederhana, hingga pelatihan pembuatan toilet ramah lingkungan.
“Tujuan kami ingin bersama membangun Desa Lengkong Kulon sebagai desa yang ramah lingkungan, hijau dan mendunia lewat kearifan lokalnya,”imbuh Heriani.
Dikatakan Heriani, Desa Lengkong Kulon mengalami pertumbuhan seiring perkembangan daerah di sekitar Bumi Serpong Damai (BSD) yang luar luar biasa pesat. Karena itu, diyakini kalau populasi penduduk di sekitar membutuhkan peningkatan kapasitas sumber daya manusia yang lebih maksimal. Keyakinan itu membawa UT pada PkM di Desa Lengkong Kulon yang menjadi salah satu dari puluhan Desa Binaan UT di sejumlah wilayah.
“Yang paling penting dari misi PkM Nasional ini adalah, kami ingin membangun kesadaran dan memberikan keterampilan kepada masyarakat desa, khususnya kaum mudanya, agar menjadi agen perubahan dalam menciptakan masyarakat yang sadar lingkungan, sehat, dan mampu berkiprah di era global,” ujarnya.
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan UT, Daniel Pasaribu, mengatakan pentingnya pengelolaan sanitasi dan sampah di desa.
“Toilet yang tidak layak dan pengelolaan sampah yang buruk masih menjadi permasalahan di banyak desa, termasuk Lengkong Kulon. Oleh karena itu, kami ingin membekali Karang Taruna dengan keterampilan praktis agar mereka dapat menjadi motor penggerak perubahan menuju desa sehat dan bebas sampah,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Tim PkM Desa Lengkong Kulon, Roman Hadi Saputro menyampaikan bahwa pelatihan untuk aparatur desa menjadi bagian penting dari penguatan tata kelola pemerintahan.
“Aparatur desa merupakan ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan di tingkat paling bawah. Namun, tidak semua aparatur memiliki latar belakang pendidikan atau pemahaman yang memadai tentang regulasi dan tata kelola desa,” jelasnya.
“Melalui kolaborasi lintas sektor, mulai dari akademisi hingga masyarakat desa, program ini diharapkan mampu menciptakan budaya sadar lingkungan, meningkatkan literasi pangan dan bahasa asing, serta menjadikan Desa Lengkong Kulon sebagai model desa hijau dan berwawasan global,” sambung Roman Hadi.
Kepala Desa Lengkong Kulon, Muhammad Sohib, menyambut baik kegiatan yang dilakukan UT. Apalagi sasaran dan target yang dituju memiliki kesamaan dengan apa yang dibutuhkan masyarakat desa.
“Kami sangat berterima kasih atas inisiatif ini. Program ini sejalan dengan visi desa kami untuk menjadi desa hijau, sehat, bersih, dan berdaya saing. Semoga semangat Karang Taruna, ibu PKK, dan guru PAUD dapat menjadi penggerak utama perubahan,” katanya.
Seperti diketahui, Desa Lengkong Kulon berada di antara kemajuan kawasan elit BSD dan wilayah Tangerang lainnya. Karena itu, sebagian besar penduduk desa sudah lama tidak mengenal pertanian dan industri, karena keterbatasan lahan.
“Persoalan kami yang sangat urgen adalah pengolahan limbah maupun sampah. Makanya kedatangan UT yang akan memberi arahan terkait pengelolaan sampah, menjadi sesuatu yang kami tunggu. Tinggal eksekusinya dan semoga berjalan lancar,” tandas Kepala Desa.
“Memang paradigma berpikir masyarakat desa kami soal sampah harus pelan tapi pasti diarahkan menuju yang lebih baik. Bagaimana pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga sampai ke lingkungan, tidak lain dan tidak bukan adalah soal mindset. Termasuk bagaimana caranya agar bank Sampah di tempat kami berkembang dan menambah nilai ekonomi rumah tangga,” jelas Sohib.