KISARAN (Waspada.id): Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Asahan mencatat angka kemiskinan di daerah ini terus menunjukkan tren positif dengan penurunan yang signifikan. Per Maret 2025, persentase penduduk miskin berada di angka 7,18 persen, lebih baik dibandingkan 9,04 persen pada tahun 2020.
Hal tersebut disampaikan Kepala BPS Asahan, Dadan Supriadi, saat menjadi narasumber dalam kegiatan Sarasehan Statistik Berdampak pada Pembangunan Asahan yang berlangsung di Aula Melati, Kantor Bupati Asahan, Rabu (24/9).
“Angka 7,18 persen ini termasuk salah satu yang terendah di Sumatera Utara,” ujar Dadan.
Berdasarkan data, jumlah penduduk Asahan mencapai 824.597 jiwa yang terdiri dari 416.498 laki-laki dan 408.099 perempuan dengan rasio jenis kelamin 102.
Dadan menambahkan, meski angka kemiskinan turun, garis kemiskinan justru naik dari Rp377.752 per kapita per bulan pada 2021 menjadi Rp469.559 pada 2025. “Perlu dipahami, angka ini menggambarkan batas minimum pendapatan masyarakat miskin, bukan standar hidup layak,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan agar pemerintah tetap waspada, mengingat sekitar 20 persen warga berada pada kategori rentan miskin. Kenaikan harga bahan pokok maupun inflasi dapat berdampak langsung pada naiknya jumlah penduduk miskin.
Dalam pemaparan tersebut, BPS mengungkapkan komoditas utama yang berpengaruh terhadap garis kemiskinan di Asahan. Untuk wilayah perkotaan, makanan menyumbang 75,55 persen, dengan beras sebagai komoditas tertinggi (21,27 persen), disusul rokok (11,58 persen), dan ikan (4,80 persen). Sedangkan pengeluaran non makanan tercatat 24,45 persen, terdiri dari perumahan (6,45 persen), bahan bakar minyak (3,61 persen), dan listrik (2,95 persen).
Sementara di pedesaan, porsi makanan lebih besar yaitu 78,03 persen, dengan beras tetap menduduki peringkat pertama (29,09 persen), diikuti rokok (8,98 persen), dan ikan (3,73 persen). Untuk non makanan, pengeluaran terbesar berasal dari perumahan (5,94 persen), BBM (3,08 persen), dan pendidikan (1,86 persen).
“Beras masih menjadi kebutuhan dominan masyarakat, sementara rokok juga terbukti menjadi komoditas kedua yang paling memengaruhi garis kemiskinan,” pungkas Dadan.(id39/id38)