PEMATANGSIANTAR (Waspada.id): Antrean Bahan Bakar Minyak (BBM) di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara (Sumut), mengular beberapa minggu belakangan. Kondisi ini diperparah hingga masyarakat terpaksa mengantre sampai dini hari.
Akademisi dari Universitas Simalungun (USI), Dian Purba mengatakan potret tersebut menambah catatan bahwa pemerintah belum mampu memberi jawaban yang menenangkan publik ditengah bencana alam yang sedang terjadi. Meski sebelumnya, Pertamina mengklaim stok BBM di Sumut aman.
“Apabila keadaan ini terus dibiarkan (berlarut-larut), kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah semakin pendek. Tidak tertutup kemungkinan sewaktu-waktu memicu kefrustasian bila tidak ada solusi yang terlihat,” ucapnya saat dihubungi, Senin (8/12/2025).
Dikatakan dosen fakultas ekonomi itu, pemerintah baik Pertamina melakukan penambahan kuota serta mengawasi ketat jalur pendistribusian untuk memecah kerumunan agar antrean di SPBU terurai dan masyarakat tidak perlu panik. “Ini adalah peran negara hadir untuk menjamin ketersediaan dan keamanan,” kata dia.
Dian mengatakan, potensi kelangkaan BBM yang beredar luas memicu kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Mengurangi mobilitas kendaraan, memperlambat pengiriman barang, meningkatkan waktu tunggu, menghambat perdagangan antarwilayah, hingga menurunkan produktivitas bisnis.

“Kelangkaan yang sudah kita lihat terjadi belakangan bahkan sampai ada yang viral [menginap di SPBU] semakin memperburuk kemiskinan. Umumnya, masyarakat kelas menengah-bawah menghabiskan lebih banyak BBM untuk transportasi demi mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan lainnya,” ujar Dian.
“Dampak itu pastinya memicu ketidakstabilan sosial ekonomi dan berujung menganggu pertumbuhan ekonomi,” katanya menambahkan.
Dian menuturkan, masyarakat sangat paham bahwa Indonesia sebagai salah satu negara penghasil minyak dan gas bumi dalam kapasitas produksi besar. Menurutnya, negara penghasil minyak dan gas bumi seharusnya mampu menyejahterakan rakyatnya dari hasil bumi atau sumber daya alam produksinya.
“Ini memperlihatkan salah satu fenomena negara gagal dalam memenuhi kebutuhan minyak atau BBM yang sudah merupakan salah satu bahan kebutuhan pokok rakyat untuk meningkatkan mobilitas dan kelancaran kerja serta produktivitas,” ucapnya.
Dikatakan dosen fakultas ekonomi itu, pemerintah baik Pertamina untuk melakukan penambahan kuota serta mengawasi ketat jalur pendistribusian guna memecah kerumunan agar antrean di SPBU terurai dan masyarakat tidak perlu panik. “Ini adalah peran negara hadir untuk menjamin ketersediaan dan keamanan,” kata Dian mengakhiri.
Di sisi lain, salah seorang masyarakat Kota Pematangsiantar, B Sitanggang mengaku rela antre untuk mendapatkan BBM Pertalite di SPBU Jalan Sisingamangaraja. Bersama istri, dia antre berjam-jam berburu BBM untuk keperluan sepeda motornya sehari-hari.
“Tadi ke SPBU Parluasan, habis. BBM di tangki udah menipis. Rusak motor kalau kedip-kedip, malah tambah pengeluaran ke bengkel nanti kalau sudah kena injeksinya,” tutur bapak satu anak itu di kawasan SPBU Jalan Sisingamangaraja.
Sebelumnya, Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi bersama Forkompinda mengunjungi SPBU yang berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Siantar Timur, guna memastikan ketersediaan BBM, Kamis (4/12/2025). Dia meminta masyarakat tidak panic buying (pembelian panik).
“Sebab pasokan dipastikan telah aman di Kota Pematangsiantar,” kata Wesly.
Pada kesempatan yang sama, Sales Manager PT Pertamina Rayon III Medan, Vifki Leondo memastikan pasokan BBM aman di Kota Pematangsiantar, bahkan hingga Tahun Baru 2026. Pertamina bilang, kondisi saat ini sudah mulai normal, meskipun sempat terjadi gangguan distribusi BBM ke SPBU.
Vifki sebut, saat ini pihaknya telah berhasil memulihkan pasokan BBM di wilayah yang menjadi tanggung jawab mereka dan memastikan 100 persen kebutuhan dapat dilayani seluruh SPBU.
Ia menerangkan, Kota Pematangsiantar memiliki 10 SPBU dan setiap harinya kebutuhan BBM Solar dan Dexlite mencapai 98 kiloliter, sementara untuk Pertamax dan Pertalite 180 kiloliter. Untuk mengatasi antrean kendaraan, dia meminta seluruh pengusaha SPBU agar menambah operator. (Ata)












