TAPANULI TENGAH (Waspada.id) Saat warga Kecamatan Barus masih hidup dalam bayang-bayang trauma banjir dan tanah longsor, Bakhtiar Ahmad Sibarani justru hadir lebih dulu dengan tindakan nyata.
Tanpa seremoni dan tanpa menunggu instruksi, ia menurunkan tiga unit ekskavator untuk menormalisasi Sungai Aek Sirahar yang selama pasca banjir menjadi sumber ancaman setiap hujan turun, Senin (29/12/2025).
Langkah cepat tersebut kontras dengan kondisi di lapangan, di mana hingga kini perhatian Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah nyaris tak terlihat. Di saat warga berjibaku menyelamatkan rumah dan masa depan mereka, negara seolah absen.
Normalisasi Sungai Aek Sirahar dilakukan agar masyarakat di sepanjang bantaran sungai dapat kembali hidup dengan rasa aman. Bagi warga Barus, kehadiran alat berat bukan sekadar kerja teknis, melainkan harapan yang lama tak datang dari pemerintah.
Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara sekaligus Ketua DPD Partai NasDem Tapanuli Tengah, Rahmansyah Sibarani, secara terbuka menyampaikan kritik keras terhadap lambannya respons pemerintah daerah.

“Barus ini bukan wilayah di luar peta. Barus adalah bagian dari Tapanuli Tengah dan juga bagian dari Sumatera Utara. Tapi sampai hari ini, perhatian pemerintah nyaris tidak ada. Kalau bukan kita yang bergerak, lalu siapa?” tegas Rahmansyah.
Ia menilai, penanganan bencana di Barus menunjukkan wajah ketimpangan pembangunan. Ketika daerah lain cepat disentuh, Barus justru harus menunggu—bahkan saat warganya berada dalam kondisi darurat.
Rahmansyah juga mengajak seluruh warga Barus yang berada di perantauan untuk tidak menutup mata terhadap penderitaan kampung halaman.
“Jangan biarkan Barus berjuang sendiri. Mari kita bergandengan tangan, membantu semampu kita, agar Barus bisa kembali normal dan warganya bisa hidup tanpa rasa takut setiap hujan datang,” ujarnya.
Di sisi lain, suara masyarakat Barus terdengar lirih namun penuh keteguhan. Mereka mengaku selama ini hanya bisa berharap, sementara bantuan tak kunjung tiba.
“Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Bakhtiar Ahmad Sibarani. Beliau hadir saat kami paling membutuhkan. Dengan adanya ekskavator ini, kami sedikit lebih tenang menghadapi hujan. Kalau bukan beliau, mungkin kami masih menunggu tanpa kepastian,” ungkap seorang warga.
Di tengah bencana, kehadiran nyata lebih bermakna daripada janji. Dan di Barus hari ini, aksi Bakhtiar Ahmad Sibarani berbicara lebih keras daripada keheningan pemerintah.(tnk)











