TAPANULI TENGAH (Waspada.id): Suhu politik di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) kembali meninggi. Mantan Bupati Tapteng, Bakhtiar Ahmad Sibarani, menantang Bupati Masinton Pasaribu untuk buka-bukaan soal proyek pembangunan Kantor Bupati Tapteng yang hingga kini tak kunjung rampung.
Dalam konferensi pers di kediamannya, Jalan R. Junjungan Lubis, Kelurahan Sibuluan Indah, Kecamatan Pandan, Jumat (31/10/2025), Bakhtiar menegaskan tudingan proyek mangkrak adalah bentuk penggiringan opini yang menyesatkan.
“Jangan menggiring isu seolah itu mangkrak. Kalau mangkrak berarti dananya habis tapi bangunannya belum selesai. Selama saya menjabat, proyek itu sudah diperiksa BPK dan selalu mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Semua bisa diperiksa, transparan,” ujar Bakhtiar di hadapan wartawan.
Menurut Bakhtiar, persoalan sebenarnya justru berada di tangan pemerintahan saat ini yang memilih tidak melanjutkan pembangunan.
“Harusnya yang ditanya itu Bupati Tapteng, Pak Masinton. Kenapa bangunan itu tidak dilanjutkan? Ada apa? Jangan karena bisikan seseorang lalu dicari-cari kesalahan saya,” tegasnya.
Ia bahkan menantang dilakukan debat atau audit terbuka di depan publik.
“Kalau memang ada korupsi, saya siap ditangkap. Mari kita buka siapa sebenarnya yang membuat proyek itu terhenti,” katanya dengan nada tinggi.
Bakhtiar membeberkan bahwa total anggaran pembangunan Kantor Bupati Tapteng mencapai Rp130 miliar, dengan realisasi sekitar Rp84 miliar, belum termasuk pengembalian senilai Rp3 miliar dan pajak PPh.
Ia juga menyebut bahwa pada masa Pj Bupati Tahun 2023, anggaran lanjutan sudah disiapkan, termasuk Rp5 miliar yang dikerjakan di masa Pj Bupati Sugeng Riyanta, bahkan sempat dianggarkan Rp15 miliar dalam Perkada, namun belakangan dicoret oleh Bupati Masinton.
“Kalau Pak Elfin dan Pak Sugeng itu birokrat dan penegak hukum yang tahu aturan, makanya mereka lanjutkan proyek itu. Tapi di masa Bupati Masinton ini, seolah disetting agar proyek itu terlihat mangkrak. Saya siap adu data di depan penegak hukum, BPK, atau siapa pun, biar terang-benderang,” ujarnya.
“Kalau mau undang stasiun televisi, saya siap datang. Jangan masyarakat Tapteng ini dipecah-belah. Mari kita bangun Tapteng bersama demi kemajuan daerah,” tambahnya.
Pernyataan Bakhtiar sontak menyita perhatian publik. Di berbagai forum warga, isu kantor bupati yang terbengkalai kembali menjadi topik panas. Sebagian menilai langkah Bakhtiar sebagai serangan balik terhadap narasi yang dibangun pemerintahan baru.
Di akhir konferensi persnya, Bakhtiar mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing provokasi.
Kini, publik menanti: apakah Bupati Masinton Pasaribu akan menjawab tantangan terbuka itu, atau memilih diam di tengah sorotan masyarakat? (tnk)




 
  
    
  
  
      









