BUKIT MALINTANG (Waspada.id): Sejak beroperasi pada 11 Januari 2025, Bandar Udara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution masih sepi penumpang. Mahalnya harga tiket menjadi penyebab utama masalah ini.
Putra Madina di Jakarta, Miswar Nasution, mengungkapkan kekecewaannya melalui akun Facebooknya pada Rabu (10/09). Ia menyebutkan bahwa kesalahan manajemen, terutama terkait harga tiket yang mahal ke Medan, membuat calon penumpang enggan menggunakan bandara tersebut.

“Dari awal pertama dibuka Bandara ini, telah membuat kesalahan teknis Management, yaitu harga Tiket pesawat yang terlalu mahal tujuan Medan, membuat banyak orang atau calon penumpang malas naik Pesawat dari Bandara ini,” tulis Miswar.
Komentar serupa juga datang dari pemilik akun Facebook lainnya. Assudeis berpendapat bahwa bandara ini hanya dijadikan pajangan dan pencitraan, tanpa niat memajukan ekonomi masyarakat setempat. Raja Lotung menambahkan bahwa bandara perintis di Indonesia umumnya tidak sukses karena Madina bukan kota bisnis atau industri.
Sulthon Nasution menjelaskan bahwa Bandara Abdul Haris Nasution adalah bandara perintis dengan runway sepanjang 1450 meter, yang hanya bisa dilalui pesawat berbadan kecil. Ia menambahkan bahwa Pemkab Madina telah berupaya melobi Kemenhub untuk memperpanjang runway, namun belum berhasil.

Ilham Rangkuty berpendapat bahwa selain harga tiket, pengelolaan objek wisata yang baik di Madina juga bisa menarik minat penumpang. Sementara itu, Mandongan Siregar menyebutkan bahwa rute langsung ke Jakarta sangat dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah penumpang. Fahrul Rozy menekankan pentingnya membenahi manajemen dan memikirkan harga tiket yang terjangkau.
Kasatpel Bandara Jenderal Abdul Haris Nasution, Doni Romandika, belum memberikan jawaban saat dikonfirmasi Rabu (10/9) melalui WhatsApp terkait masalah ini. (id.100)