Scroll Untuk Membaca

SumutHeadlines

Banjir Sidimpuan, Jembatan Sihitang Nyaris Rubuh

Kondisi sekitar Jembatan Sihitang pasca Sidimpuan dikepung banjir. (Waspada/Sukri Falah Harahap)
Kondisi sekitar Jembatan Sihitang pasca Sidimpuan dikepung banjir. (Waspada/Sukri Falah Harahap)
Kecil Besar
14px

P.SIDIMPUAN (Waspada): Pengguna Jalan Lintas Sumatera yang lewat dari Jembatan Sihitang Kota Padangsidimpuan diharap ekstra hati-hati. Sebab, aspal sudah retak dan kedua sisi pangkal jembatan itu amblas dan abrasi.

Ini terjadi setelah Kota Padangsidimpuan dikepung banjir luapan sungai Batang Ayumi, Aek Rukkare dan Aek Sibontar yang airnya bermuara ke sungai Batang Angkola di bawah Jembatan Sihitang, Jumat (14/3/2025) dini hari.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Banjir Sidimpuan, Jembatan Sihitang Nyaris Rubuh

IKLAN

Pantauan di lokasi, pangkal jembatan dari arah pusat kota, sebelah kanannya sudah longsor atau abrasi. Sebagian bangunan dapur di perumahan dekat jembatan itu telah rubuh.

Banjir Sidimpuan, Jembatan Sihitang Nyaris Rubuh

Dek penahan sungai yang dibangun pihak pengembang perumahan itu, sudah tumbang dan bergeser sampai ke tebing pangkal jembatan.

Dari arah Pijorkoling, pangkal jembatan yang baru dipasang bronjong, sudah amblas. Aspal permukaan jembatan semakin bertambah retak.

Ketika truk melintas, jembatan itu bergetar kuat dan goyang. Warga yang mengabadikan foto sungai dari jembatan berhamburan, karna getaran kuat yang disertai bunyi “krak”.

Pukul 08:00 WIB belum ada siapapun yang mengatur lalu lintas kendaraan di lokasi. Masih banyak truk dengan tonase berlebihan yang melintas di Jembatan Sihitang.

“Kurasa tak lama lagi jembatan ini akan tumbang. Bapak ibu dan adek-adek semua, jangan lagi berdiri di pinggir jembatan ini,” imbau seorang pria berpakaian loreng.

Baca juga:

Sementara di arah perumahan dekat Jembatan Sihitang, puluhan orang berkerumun menyaksikan rumah-rumah yang digenangi air luapan sungai Batang Angkola.

Abdul, salah seorang pemilik rumah, menyebut saat banjir itu air sudah sepinggang orang dewasa. Padahal di hari biasa, jarak halaman rumah ke dasar sungai hampir 7 meter.

“Air luapan sungai datang dari berbagai arah. Dari dapurpun datang, karena sungai ada di belakang rumah,” kata Abdul.

Kemudian air sungai sangat deras pada saat kejadian itu, warga memperkirakan Jembatan Sihitang akan rubuh.

“Dari arah jembatan sering sekali terdengar suara dentuman. Mungkin kayu-kayu dan batu yang hanyut dan membentur abutment jembatan,” ujarnya. (a05)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE