Scroll Untuk Membaca

EkonomiSumut

Bulan Ramadan, Harga Beras Diprediksi Tembus Rp250.000/Karung

Bulan Ramadan, Harga Beras Diprediksi Tembus Rp250.000/Karung
DISTRIBUTOR beras asal Provinsi Aceh memasarkan beras ke Langkat, Sumut. Waspada/Asrirrais
Kecil Besar
14px

LANGKAT (Waspada): Harga bahan pokok beras dipastikan tidak akan turun dalam sebulan ke depan, malah harga bahan pangan ini diperkirakan terus bergerak naik sampai memasuki bulan suci Ramadan.

Saat ini, harga beras medium dan premium di pasaran mencapai Rp200.000 sampai dengan Rp215.000. Memasuki bulan suci Ramadan, harga beras diperkirakan bisa menembus angka Rp250.000 per karung volume 15 Kg.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Bulan Ramadan, Harga Beras Diprediksi Tembus Rp250.000/Karung

IKLAN

“Saya memperkirakan, harga komoditas beras bisa mencapai Rp250.000 memasuki bulan Ramadan,” ujar Nasir, salah satu distributor asal Aceh saat ditemui Waspada, Minggu (28/1).

Dia mengatakan, harga beras terus bergejolak naik dipicu harga pembelian gabah dari petani yang cukup tinggi. “Terhitung hari ini, harga pembelian gabah sampai ke kilang di Aceh Utara dan Aceh Timur mencapai Rp7400/Kg,” ujarnya.

Menurut dia, sejumlah kilang pada di Lhok Nibung dan Pantonlabu sudah tak beroperasi karena stok gabah yang sangat minim. Hasil produksi gabah dari daerah Aceh Utara dan Aceh Timur, menjadi rebutan para agen dari luar daerah.

Nasir mengatakan, untuk mendapat gabah, para agen timpa menimpa harga. “Kami beli gabah seharga Rp7400/Kg, tapi agen dari Sigli dan Medan, bisa membeli di atas harga kami,” kata diatributor beras asa Lhok Nibung itu.

Tingginya harga beras di pasaran membuat beban hidup masyarakat kelas menengah ke bawah terasa semakin berat, apalagi harga ikan untuk lauk pauk dan sejumlah komiditas kebutuhan pokok lainnya ikut bergerak naik.

Rapeah, 65, salah seorang warga miskin saat ditemui mengatakan, meski ia sudah tidak memiliki tanggungan lagi, tapi kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok ini terasa sangat memberatkan dirinya .

Meskipun diakuinya bantuan sosial (bansos) berupa beras ada diterimnya dari pemerintah, tapi bantuan tersebut tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, apalagi usianya sudah tidak produktif lagi.

Rapeah tidak bisa berharap banyak dari pemberian anak, sebab anak juga punya tanggungan. Untuk tetap survive, nenek yang sudah puluhan tahun menyandang status janda ini harus pasrah dengan kenyataan.

Ironisnya, di tengah himpitan ekonomi rakyat kecil, pemerintah pusat malah menaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN). Kenaikan gaji ASN, justru dapat memicu kenaikan harga bahan pokok yang membuat beban hidup rakyat jelata semakin berat. (a10)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE