MADINA (Waspada.id): Untuk meningkatkan hasil panen kebun sawit sampai tiga kali lipat, Bupati Madina H. Saipullah Nasution membawa sejumlah pejabat ke PT.Basimbah Tani Syahdilata milik H. Suyono di Rantauprapat, Kabupaten Labuhanbatu selama dua hari sejak Sabtu-Minggu (26-27 Juli 2025).
Demikian disampaikan Bupati Madina melalui Plt Kadis Kominfo, Ashar Hasibuan kepada Waspada.id, Senin (28/7/25). Dijelaskan, dalam study banding ini Bupati Madina dan rombongan mengecek empat hamparan kebun dan pusat produksi pupuk yang ada di lokasi perkebunan tersebut.
Sedangkan pejabat yang dibawa bupati antara lain Pj. Sekda Drs. M. Sahnan Pasaribu, Ketua TP PKK Madina Yupri Astuti Saipullah, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ahmad Meinul Lubis, Kepala Dinas Pertanian Taufik Zulhandra Ritonga, Kepala Badan Pendapatan Daerah Ahmad Yasir Lubis, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Azhar Paras Muda Hasibuan, Sekretaris Dewan Afrizal Nasution, Kepala Dinas PMD Irsal Pariadi, dan Kepala Dinas PMPTSP Ahmad Faisal.

Bupati Madina H. Saipullah Nasution sengaja membawa rombongan berkunjung ke Rantauprapat untuk bertemu dengan H. Suyono, pengusaha sawit yang telah lama dikenal bupati sebagai peneliti alamiah dan pekebun sawit yang berhasil menciptakan pupuk organik.
Studi banding Ini adalah program yang sengaja diinisiasi bupati dengan membawa sekda dan beberapa kepala OPD melakukan studi banding, sekaligus rencana kegiatan untuk berkebun sawit di Madina. Kebun H. Suryo sengaja dipilih bupati karena teknologi yang digunakan ramah lingkungan dan hasilnya terbukti.
Bupati sendiri sudah melihat secara langsung bibit yang dikembangkan H. Suyono telah berbuah pada umur satu tahun empat bulan. Buah yang dihasilkan pun langsung bisa dijual, atau tidak terlebih dahulu menunggu berbuah pasir seperti kebun sawit biasanya.Karena itu study banding ini juga bagian dari persiapan Pemkab Madina menyambut program pemerintah pusat berupa penanaman sawit sebanyak 2,5 juta hektare.
Pemkab Madina menangkap wacana ini sebagai peluang, karena itu secepatnya akan memanggil para camat untuk konsolidasi bagaimana nanti mengganti kebun karet menjadi kebun sawit. Kemudian satu hal yang menarik perhatian adalah jarak tanam kebun H. Suyono ini 5×6 meter. Dengan begitu, luasan tanah yang sama dengan pola tanam umum bisa berbanding satu banding tiga, tetapi dengan hasil yang lebih banyak juga.
Atas dasar itu bupati optimistis pupuk yang diolah H.Suyono bisa diterapkan di Madina. Sebab, bahan-bahan pokok pembuatan pupuk tersebut banyak tersebar di Madina.Bupati pun optimis saat program ini berjalan akan terjadi peningkatan ekonomi yang signifikan bagi petani sawit, dan berimplikasi pada tercapainya target pertumbuhan ekonomi delapan persen pada tahun 2030.

Sementara itu H. Suyono kepada rombongan Pemkab Madina menceritakan inovasi ini muncul saat melihat petani saawit kewalahan membeli pupuk kimia yang harganya tinggi. Pola tanam 5×6, kata dia, digunakan karena petani itu punya lahan terbatas. Kalau pola tanam ukuran 5×6 dilakukan, maka akan ada 330 batang sawit/ hektare. Sedangkan pola tanam biasa hanya 130-140 batang/hektare.
Terkait pupuk, H. Suyono menjelaskan pupuk organik ini dia ciptakan pada 2004, tapi baru mendapat izin tahun 2008. Ia mengakui mengurus izin pupuk ini lama, dua tahun izin-izinnya, dan dua tahun juga pengujian. Selain bagi petani di Labuhanbatu, pupuk milik H.Suyono ini juga sudah dikirim ke beberapa perusahaan dan petani sawit di Pekanbaru, Kalimantan, Aceh, sampai Nias.
Suyono mengaku senang dengan kunjungan Bupati Madina H. Saipullah Nasution ke tempatnya. Sebab, ini bukti niat bupati untuk membantu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Apalagi nanti kalau di Madina sudah diterapkan pola tanam yang dipakai, H. Suyono optimis perlakuan yang sama di Madina akan memperoleh hasil lebih baik karena kontur tanah yang lebih subur dari pada di Labuhanbatu.
Kepala Bapenda Madina, Ahmad Yasir Lubis, yang juga memiliki kebun sawit mengaku sistem yang digunakan Suyono tidak biasa dipakai dalam perkebunan.Tapi, ia melihat ada inovasi baru yang bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi petani sawit, termasuk menekankan biaya produksi yang selama ini cukup tinggi.
Yasir juga melihat pola tanam 5×6 dapat melipatgandakan hasil produksi jika dibandingkan dengan tanah satu hektare yang biasanya hanya 130-140 batang. Ia berkeyakinan penggunaan pola tanam yang sama akan meningkatkan pendapatan petani sawit di Madina.
Pupuk yang dikembangkan H. Suyono ini tidak hanya dipakai untuk sawit, tapi juga untuk tumbuhan lain seperti kako, padi, dan cabai.(a32).