“Dana pendidikan itu ibarat cahaya untuk masa depan. Kalau itu diselewengkan, kita sedang merusak masa depan bangsa”
Ada yang berbeda di halaman Polres Tanjungbalai pada Kamis (5/9) pagi itu. Bukan hanya hiruk-pikuk kegiatan polisi yang biasanya menarik perhatian, tapi deretan papan bunga yang memenuhi halaman depan kantor polisi.
Ucapan-ucapan terima kasih dan apresiasi dari berbagai kelompok masyarakat memenuhi papan-papan itu. Mereka menghaturkan rasa terima kasih kepada Polres atas penyelidikan kasus dugaan korupsi yang kini menjadi sorotan di kota kecil ini.
Kasus yang mencuat di Politeknik Tanjungbalai (Poltan) melibatkan dana hibah sebesar Rp 2,8 miliar dari Pemerintah Kota Tanjungbalai untuk anggaran tahun 2022. Penyimpangan dalam pengelolaan dana ini pertama kali dilaporkan oleh masyarakat, dan sejak Januari 2024, Unit Tipikor Sat Reskrim Polres Tanjungbalai, melakukan penyelidikan yang kini semakin menghangatkan situasi.
Papan Bunga, Simbol Dukungan Rakyat
“Pendidikan adalah pilar bangsa,” ujar Arif Irfan, Ketua Forum Komunikasi Anak Desa (FOKAD), salah satu elemen masyarakat yang turut mengirimkan papan bunga. Baginya, langkah Polres Tanjungbalai adalah bentuk keberpihakan terhadap rakyat.
“Dana yang disalahgunakan harus dikembalikan kepada rakyat,” tegasnya.
Bukan hanya FOKAD, sejumlah organisasi lain, seperti Gerakan Aktivis Sosial (GAS) dan kelompok Masyarakat Anti Korupsi Tanjungbalai, juga menunjukkan dukungan mereka melalui papan bunga. Pemandangan ini memberikan warna yang berbeda di kota kecil yang kerap tenggelam dalam isu-isu politik lokal.
Kapolres Tanjungbalai, AKBP Yon Edi Winara, melalui Kasat Reskrim, didampingi Kanit Tipikor, Iptu Demonstar, menjelaskan, penyelidikan terus berjalan dengan transparan.
“Kami sudah memeriksa banyak pihak, dan saat ini menunggu hasil audit investigatif dari Inspektorat untuk menghitung kerugian negara,” katanya.
Namun, di balik apresiasi yang mengalir, bayang-bayang kerumitan kasus ini tak bisa diabaikan. Di satu sisi adanya informasi bahwa Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara juga sedang melakukan penyelidikan. Meski demikian, Iptu Demonstar menegaskan bahwa pihaknya akan tetap fokus pada laporan masyarakat yang masuk ke Polres.
Dari Papan Bunga Ke Peti Es, Aksi Unik Protes Korupsi
Tak hanya papan bunga, dukungan terhadap pengusutan kasus korupsi ini juga hadir dalam bentuk protes yang tak biasa. Dua hari sebelum banjir ucapan terima kasih, sekelompok aktivis dari Koalisi Aktivis Pemberantas Korupsi (KAPK) Kota Tanjungbalai melakukan aksi unjuk rasa dengan cara masuk ke dalam peti es.

Aksi ini menyimbolkan “membekukan” atau memperlambat proses hukum yang mereka laporkan selama ini. Aksi yang berlangsung di depan kantor Kejaksaan Negeri Tanjungbalai ini berhasil menarik perhatian publik.
Para demonstran menuntut agar dugaan penyelewengan dana hibah di Poltan segera ditindaklanjuti. Mereka meyakini adanya penyelewengan dana untuk program studi baru dan upah dosen yang diduga tidak sesuai prosedur.
“Seret para koruptor ke meja hijau, bersihkan dunia pendidikan dari korupsi,” seru orator, Kacak Alonso, satu demonstran dengan lantang. Seruan itu menggema di tengah hiruk-pikuk aktivitas masyarakat sekitar.
Aksi unik ini menjadi sorotan berbagai media lokal dan Nasional membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya integritas dalam dunia pendidikan.
“Dana pendidikan itu ibarat cahaya untuk masa depan. Kalau itu diselewengkan, kita sedang merusak masa depan bangsa,” ujar Ilham, seorang pengguna jalan yang kebetulan melintas di lokasi aksi.
Poltan Pusat Perhatian
Di sisi lain, Budi Dharma, Direktur Politeknik Tanjungbalai, tetap tenang menghadapi tudingan yang muncul. Menurutnya, Politeknik siap bekerja sama dengan pihak yang berwenang dan bersedia mengikuti audit.
“Kami harap audit ini bisa memperjelas bahwa dana hibah telah digunakan sesuai ketentuan,” ujarnya penuh percaya diri.

Namun, kasus ini belum selesai. Polres Tanjungbalai terus mengumpulkan bukti, dan tekanan dari masyarakat semakin besar. Tak hanya dari aktivis, warga biasa pun mulai melontarkan harapan agar kasus ini segera diselesaikan dengan tuntas.
Dari aksi protes yang berani hingga papan bunga yang rapi berjejer, kasus dugaan korupsi dana hibah di Poltan ini telah menarik perhatian luas. Di kota kecil ini, harapan untuk keadilan kini tidak hanya tersimpan di tangan aparat hukum, tapi juga di hati masyarakat yang mendambakan perubahan.
Kasus ini adalah pengingat bahwa ketika ada yang tidak beres di ruang-ruang pendidikan, suara masyarakat, dari yang paling lantang hingga yang penuh penghormatan, bisa menjadi kekuatan perubahan. Kini, publik menunggu, menunggu siapa yang akan dimenangkan oleh waktu dan kebenaran. WASPADA.id/Rasudin Sihotang
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.