AEKKANOPAN (Waspada): Teknis kerja program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) tahun 2023 di Kabupaten Labuhanbatu Utara (Labura) yang diusulkan melalui jalur pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian daerah semakin menimbulkan kecurigaan.
Tidak saja sulitnya memperoleh informasi dari pihak Dinas Pertanian Kabupaten Labura akan data kelompok tani penerima program PSR serta luas dan lokasi areal, tetapi ada juga puluhan hektar lahan yang telah dibuka selama delapan bulan hingga kini belum bertanam akibat tidak tersedianya bibit.
Di mana menurut Kadis Pertanian Labura drh.Sudarija, M.M jika hal tersebut akibat belum adanya kontrak antara Koptan dan penyedia bibit.
“Oh. Kalo itu karena mereka belum berkontrak. Karena mereka cari bibit terbaik Mungkin minggu ini kontrak. Kalo uang masih di rekening lah. Harus kontrak dulu. Baru bisa transfer dana. Itu pun dananya transfer ke penyedia bibit,” terangnya.
Kini ditemukan pula adanya dugaan tidak dilakukannya proses chipping (perajangan) terhadap batang sawit yang telah di tumbang sebagaimana mestinya disalah satu lahan yang diduga kuat merupakan salah satu lokasi areal PSR tahun 2023 di Kecamatan Kualuh Selatan.
Pada areal yang terlihat baru dilakukannya penanaman ini, terlihat sekitar ratusan batang sawit dalam kondisi masih utuh. Bahkan sebagiannya terkesan sengaja ditutupi dengan tanah. Padahal lokasi areal sangat memungkinkan untuk dilakukannya proses chipping.
Terkait hal ini, coba dilakukan konfirmasi kepada Kadis Pertanian Labura drh.Sudarija,M.M, mengenai teknis kerja program PSR melalui nomor WhatsApp miliknya, Selasa (25/6). Namun kali ini hanya terlihat centang satu, bahkan hingga berita naik ke redaksi.
Demikian pula Kepala Bidang Perkebunan (Kabidbun) Dinas Pertanian Labura Dian Suroto, S.P tidak memberikan jawaban apapun saat ditanyai pada Selasa (25/6) terkait persoalan bibit dan dugaan adanya perubahan titik areal di salah satu lokasi PSR di Kecamatan Na IX-X.(cim)