BESITANG (Waspada.id): Kurang proaktifnya Camat Besitang dalam penanganan masalah sejak awal banjir sampai hari kelima banjir menuai perbincangan miring kalangan masyarakat, termasuk pimpinan organisasi pemuda.
Dari awal terjadi bencana banjir, Rabu (26/11), sampai memasuki hari kelima banjir, Minggu (30/11), warga mengaku tidak pernah melihat camat turun untuk melihat secara langsung kondisi warganya yang sedang menderita di pengungsian di Masjid Raya yang letaknya bersebelahan dengan kantor camat.
Masyarakat merasa sangat kecewa minimnya perhatian sang camat terhadap para korban. Berkembang wacana, masyarakat akan membuat petisi ke Bupati Langkat agar camat segera dicopot dari jabatannya karena dinilai abai terhadap warganya yang sedang ditimpa musibah.
Ketua DPK KNPI Kecamatan Besitang, Aswan Saukani, S.Pd, kepada waspada.id, Kamis (4/12), menyampaikan kekecewaannya terhadap camat karena dari awal banjir, sampai sudah memasuki hari sembilan, tak pernah berkomunikasi dengan camat.
“Hingga kini camat tidak pernah berkoordinasi guna membicarakan bagaimana penanganan masalah pasca banjir, padahal dinamika atau problem sosial cukup banyak ditemukan di lapangan,” ujarnya dengan nada kecewa.
Menurut Aswan, dari awal banjir, hingga sekarang ini, ia hanya berkoordinasi dengan Kapolsek Besitang, AKP Sugiono. “Pak Kapolsek dari awal sampai sekarang ini terus mobile turun ke lapangan memantau situasi dan sekaligus menyalurkan bantuan,” ujarnya.
Ketua DPK KNPI Besitang yang juga Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiayah (PDPM) Kabupaten Langkat ini mengaku kecewa atas sikap camat sebagai sosok pimpinan yang terkesan sangat eksklusif, padahal penanganan bencana ini harusnya kolaboratif.
“Saya atas nama pribadi dan juga sekaligus sebagai Ketua KNPI meminta jabatan camat segera dievaluasi,” ujarnya seraya menegaskan, ia sangat mendukung adanya wacana pengajuan petisi agar camat dicopot dari jabatannya.
Beberapa petugas di Posko banjir di Kelurahan Bukit Kubu yang ditemui waspda.id mengaku, sampai memasuki hari kesembilan usai banjir, camat mereka tidak pernah sama sekali turun untuk meninjau. “Camat tidak pernah datang meninjau ke Posko kami,” ujar Wati, petugas Posko di Lingk IX, Kel. Bukit Kubu.
Camat Besitang, Restra Yudha, dikonfirmasi waspada.id terkait pengakuan warga yang mengungsi di Masjid Raya tidak pernah melihat sosoknya sejak awal banjir sampai hari kelima setelah banjir, ia menjelaskan mungkin orang itu tidak tau kalau dia camat.
Ia mengaku, pada hari pertama banjir ia turun turut membantu proses evakuasi warga. “Kita juga basah-basah dan HP saya juga basah,” ujar Restra seraya menambahkan, ia juga korban banjir karena rumahnya di P. Brandan terendam.
Kemudian, terkait dengan penanganan banjir, Restra mengatakan, Kapolsek dan Danramil lebih menguasai lapangan. “Kapolsek dan Danramil lebih hebat menguasai lapangan,” ujarnya yang terkesan buang badan.
Menyinggung pernyataan Ketua KNPI bahwa ia sulit berkoordinasi dalam penanganan masalah pasca banjir, camat mengaku bawa ia tak tau dengan Ketua KNPI. “Aku gak tau dia Ketua KNPI dan ia tidak ada menghubungi,” ujar Restra.
Sejak hari pertama banjir, lurah dan Kades berjibaku bersama masyarakat membangun Posko dapur umum di daerah masing-masing agar para pengungsi tidak kelaparan. Dapur umum dibuka sebelum turun bantuan logistik dari Pemkab Langkat.(id24)












