MADINA (Waspada.id): Ribuan warga dari dua desa di Kecamatan Muara Batang Gadis, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mendambakan penerangan listrik dari PT PLN.
Warga dari kedua desa yakni Desa Batu Mondam dan Desa Sikapas, Kecamatan Muara Batang Gadis yang wilayahnya berada di sepanjang jalan nasional lintas barat antara Kabupaten Tapanuli Selatan menuju Kabupaten Mandailing Natal tersebut sudah bertahun-tahun tidak pernah menikmati layanan penerangan jaringan listrik dari PT PLN.
Di sepanjang ruas jalan nasional lintas barat yang melintasi Desa Batu Mondam dan Desa Sikapas tersebut tidak terlihat satupun tiang jaringan listrik yang dibangun oleh PT PLN.
Salah seorang warga bernama Patahean menuturkan, jelang lima belas tahun tinggal di Desa Batu Mondom tepatnya Pam Boma di ruas Jalan Nasional Tapsel menuju Madina hingga saat ini belum ada akses jaringan listrik yang dibangun oleh PT PLN.

“Benar bang, sejak ruas jalan ini selesai dibangun pada tahun 2018, jangankan untuk Penerangan Jalan Umum (PJU), penerangan rumah penduduk masih menggunakan tenaga genset atau mesin dompeng,” ujar Patahean, Jumat (10/10).
Menurut Patahean, mereka sudah berulangkali memohon baik secara lisan maupun permohonan tertulis ke pihak PT. PLN (Persero) di Cabang Tapsel dan PT. PLN (Persero) Cabang Madina. Namun jawaban yang mereka peroleh menyebutkan daya listrik dari PLN masih belum memadai.
“Tentu ini menjadi kerugian bagi kami sebagai masyarakat yang tinggal di sepanjang ruas jalan nasional tersebut, akses layanan listrik dan juga layanan jaringan intermet tidak ada, lengkaplah sudah penderitaan kami, imbuhnya.
Dia berharap kiranya Gubernur Sumut, Bobby Nasution dan Pimpinan PT. PLN (Persero) Sumbagut mau mendengarkan jeritan dan keluhan ribuan Kepala Keluarga (KK) yang mendiami sepanjang ruas Jalan Nasional Lintas Barat, dari Kabupaten Tapsel menuju Kabupaten Mandailing Natal (Madina), harap Patahean.
Senada juga disampaikan Hansen Pandapotan warga setempat, sudah tahunan merasakan tidak ada layanan arus listrik dari PLN. Mereka hanya menggunakan mesin genset (dompeng) untuk pengadaan listrik.
“Itu pun pemakaian mesin genset waktunya terbatas, mulai pukul 19.00 Wib sampai pukul 22.00 Wib, bergantung kemampuan finansial, selebihnya gelap gulita yang kita rasakan,” tutur Hansen.
Pada tempat yang sama, salah seorang supir ekspedisi namanya tidak mau disebut, juga mengeluh terkait hal tersebut. Tidak adanya penerangan listrik berpengaruh pada layanan jaringan internet.(id60/id100).