Scroll Untuk Membaca

Sumut

Edy Rahmayadi: Kehidupan Petani Belum Sejahtera

CAGUBSU Edy Rahmayadi, bersama istri Nawal Lubis, saat berkunjung ke Pasar Tiga Raya. Waspada/Ist
CAGUBSU Edy Rahmayadi, bersama istri Nawal Lubis, saat berkunjung ke Pasar Tiga Raya. Waspada/Ist
Kecil Besar
14px

SIMALUNGUN (Waspada): Calon Gubernur Sumatera Utara (Cagubsu) Edy Rahmayadi, berjanji akan sungguh-sungguh memperhatikan sektor pertanian. Karena dia merasa pemerintah belum hadir untuk menangani sektor ini. Akibatnya, harga pangan tidak terkendali, dan kehidupan petani belum sejahtera.

Cagubsu nomor urut 2 Edy Rahmayadi, mengatakan itu, saat bertemu dengan kelompok petani dan mahasiswa, di Kabupaten Simalungun, Sabtu (19/10). Hari itu, dia melakukan kunjungan dan melakukan sejumlah pertemuan dengan masyarakat di sana. Termasuk juga mengunjungi Pasar Tiga Raya, di Kecamatan Raya.

Saat bertemu dengan kelompok petani jeruk di Simpang Portibi, Kecamatan Purba, Edy Rahmayadi, banyak menerima masukan dari mereka. Terutama tentang biaya produksi petani yang terus naik, sementara harga jual jeruk cenderung tetap.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Edy Rahmayadi: Kehidupan Petani Belum Sejahtera

IKLAN

Seorang petani jeruk Alson Purba mengatakan, sejak lima tahun lalu harga pupuk terus naik. Kesulitan petani berproduksi semakin terasa dua tahun terakhir ini. “Sekarang, bukan jeruk lagi yang mau kami jual bapak, tapi tanahnya yang mau kami jual,” katanya.

Hal yang sama juga dikatakan Jhon Sanger. Petani muda ini mengaku, sepertinya bidang pertanian sudah tidak bisa lagi diandalkan untuk dijadikan sebagai lahan pekerjaan. Karena harga jualnya produknya, hampir tidak dapat menutupi biaya produksinya.

“Saya punya jeruk 300 batang. Untuk Insiktesida (obat semprot hama daun) saja, saya harus keluarkan biaya Rp1 juta tiap minggu. Belum lagi harga pupuk yang terus naik, sementara pupuk subsidi, sepertinya tidak basuk ke tempat kami ini. Tolonglah kami pak Gubernur,” kata Jhon.

Sungguh – sungguh

Mendengar keluhan para petani tersebut Cagubsu Edy Rahmayadi, berjanji akan sungguh-sungguh memperhatikan stabilitas harga pangan.

Untuk itu, dia mengaku sudah membuat program yang akan dikerjakan ke depan. Dan bidang pertanian, masuk dalam salah satu program prioritasnya, bersama dengan bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan pariwisata.

Dikatakan Edy Rahmayadi, muara dari persoalan yang dihadapi petani adalah stabililasi harga pangan, yakni mulai dari tingkat petani, pedagang dan konsumen. Makanya, pemerintah harus hadir mengaturnya. “Selama ini pemerintah belum hadir menjadi ‘wasit’, sehingga harga tidak terkendali,” katanya.

Sebelum bertemu dengan petani, kata Edy Rahmayadi, dia menyempatkan diri berkunjung ke Pasar Tiga Raya. Di sana, katanya, dia mendengar juga kalau masyarakat mengeluhkan tingginya harga kebutuhan pokok. Sementara pedagang juga mengaku harus menjual dengan harga tinggi, karena harga beli mereka juga tinggi.

“Saya mendengar tadi, harga bawang merah di posisi Rp40.000 per Kg, cabai rawit Rp 30.000. Ini terlalu tinggi. Kalau terlalu mahal, konsumen tidak mampu beli, akibatnya, pedagang tidak bisa jual, dan hasil petani juga tidak tertampung. “Makanya perlu ada ‘wasitnya’. Pemerintah harus hadir menangani persoalan ini,” kata Edy Rahmayadi.

Ke depan, kata Edy Rahmayadi, pemerintahannya akan sungguh – sungguh memperhatikan masalah ini. Di antaranya, dengan memperbaiki infrastruktur jalan. Karena menurut Edy Rahmayadi, infrastruktur yang baik akan mempengaruhi harga di pasar.

“Bayangkan, sekarang ini, harga jeruk dari China, lebih murah dibanding dari Simalungun. Salah satu penyebabnya, karena kondisi jalan kita yang belum baik, sehingga biaya transportasinya menjadi mahal,” sebut Edy Rahmayadi.

Selain itu juga masalah pupuk dan obat-obatan pertanian lainnya. Kata Edy Rahmayadi, pemerintah harus menjamin ketersediaannya dengan harga murah. “Saya, kok kurang setuju denga subisi – subsidian ini. Yang lebih penting adalah barangnya tersedia dan harganya murah. Adapun pupuk subsidi, kalau susah dicari, buat apa?,” katanya.

Karena itu, Edy Rahmayadi berharap, pertemuan dengan petani dapat dilanjutkan ke depannya, karena dia akan serius menangani sekor ini.

Dan petani di Simalungun, menurut Edy Rahmayadi, tidak boleh berhenti berproduksi. Karena sentra pertanian hortikultura di Sumut hanya ada di Karo, Simalungun dan Dairi. “Makanya dulu, saya sarankan food estate itu dibuat di tiga kabupanen ini, bukan di Humbahas sana,” sebutnya. (m07)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE