SIULANGALING (Waspada.id): Arus sungai yang deras harus dilawan, perjalanan panjang selama empat jam dengan perahu robin pun tak terelakkan. Di tengah keterbatasan akses, Bupati Mandailing Natal (Madina) H. Saipullah Nasution tetap menyusuri Sungai Parlampungan menuju Siulangaling, Kecamatan Muara Batang Gadis (MBG), Sabtu (13/12/2025).
Siulangaling adalah wilayah yang juga terdampak banjir. Ada empat desa di Siulangaling yakin Hutarimbaru, Lubuk Kapundung I, Lubuk Kapundung II, dan Ranto Panjang.

Saipullah datang bersama rombongan membawa bantuan untuk warga terdampak. Namun yang dibawa bukan sekadar logistik, melainkan kepedulian di tengah keterisolasian yang lama dirasakan warga.
Lokasi pertama yang dikunjungi Saipullah adalah Desa Hutarimbaru.
Saat perahu merapat dan kaki menginjak tanah Siulangaling, suasana berubah hening. Warga menatap dengan mata berkaca-kaca, seakan melihat seseorang yang lama dinanti untuk pulang. Duka seketika hilang, pecah dengan tawa dan sorakan dari warga.
Usai dari Desa Hutarimbaru, Saipullah melanjutkan perjalanan ke Desa Lubuk Kapundung I.

Kedatangan Saipullah bertepatan dengan kumandang azan Ashar. Anak-anak, orang dewasa hingga para orang tua perlahan mendekat dan menyalami.
Sorot mata Saipullah terlihat dalam dan penuh arti. Seolah tak mampu berkata banyak, ia menyaksikan langsung luka warganya. Sore itu duka dan kerinduan bertemu dalam diam.
Usai melaksanakan salat, Saipullah langsung menuju lokasi pertemuan dengan warga. Dalam kesempatan itu, kata pertama yang terucap hanyalah permintaan maaf. Sebuah kata sederhana, namun diucapkan dengan nada yang tulus.
“Maaf kami datang terlambat ke wilayah ini. Tiga hari sesudah bencana kami sudah di Singkuang dan sempat ingin ke sini, namun dari laporan camat, akses menuju lokasi belum dapat dilalui,” ucapnya.

Meski demikian, Saipullah menegaskan bahwa Pemkab tetap memantau kondisi wilayah tersebut dan terus menerima laporan dari kecamatan serta desa-desa terdampak bencana.
Permintaan maaf itu disambut warga dengan hati yang lapang. Tak ada amarah, hanya pengertian dan harapan, bahwa mereka tidak dilupakan.(Id100)











