TOBA (Waspada) : Mengatasi rendahnya daya beli masyarakat terhadap Ulos Batak di masa Pandemi Covid-19, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mengadakan Forum Group Discucssion (FGD) dengan Thema “Kolaborasi Pentahelix Dalam Upaya Peningkatan Usaha Kecil Menengah (UKM) Kerajinan Ulos Di Masa Pandemi”. FGD diselenggarakan di Labersa Toba Hotel Balige, Selasa (8/2).
Koordinator Hubungan Antar Lembaga Dalam Negeri, Kemenparekraf RI, Nurwan Hadiyono, SE, MM, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa kegiatan ini diselenggarakan untuk mencari masukan dari para peserta FGD dan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan daya jual ulos tenun. Melalui kolaborasi pentahelix ini akan ada masukan dari peserta untuk mewujudkan penguatan kelembagaan.
“Kita tau bersama bahwa Toba mempunyai potensi yang sangat baik pada ekonomi kreatif, saya yakin Toba akan banyak menghasilkan pengrajin-pengrajin ulos yang handal ke depannya, karena ulos memiliki keunikan dan karakteristik tersendiri,” ucap Nurwan.
Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Toba, Jhon Piter Silalahi dalam paparannya mengakui terjadinya penurunan drastis daya jual ulos sejak masa pandemi Covid-19 melanda.
Jhon Piter berharap agar para penenun ulos dapat lebih kreatif menghasilkan turunan-turunan kerajinan ulos. Tidak lagi semata ulos yang hanya digunakan pada pesta-pesta adat, tapi mampu menyediakan tenunan ulos yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari namun tidak bertentangan dengan budaya Batak itu sendiri.
“Salah satu contoh produk turunan ulos yang mungkin bisa dihasilkan dan akan digunakan secara berkesinambungan adalah taplak meja, dan pasti digunakan di setiap rumah. Dengan adanya FGD ini kita bisa menghasilkan kesepakatan yang lebih tepat guna untuk mendukung Toba sebagai Kabupaten Kreatif,” ujar Jhon Piter Silalahi.
Jhon Piter berharap, Pentahelix yang melibatkan Akademisi, Pengrajin, Komunitas, Pemerintah dan Media mampu bersinergi untuk meningkatkan ekonomi kreatif yang berdampak positif terhadap pertumbuhan daya jual ulos dan meningkatkan penghasilan pengrajin ulos.
“Harapannya, para pengrajin tetap dapat bertahan dan semakin berkembang meski Pandemi masih berlangsung,” harap Jhon Piter.
Kadis Perindagkop dan UMKM Toba, Tua Pangaribuan dalam paparannya berharap sinergisitas dan kolaborasi pentahelix berkontribusi pada pengembangan ekonomi kreatif pengrajin ulos dapat tercapai di Toba. Hasil-hasil kerajinannya dapat bersaing secara kualitas dengan hasil kerajinan ulos dari luar Toba.
Pihaknya sendiri dalam kurun beberapa tahun terakhir bekerjasama dengan Kementrian Perdagangan telah membantu para pengrajin ulos termasuk dari bantuan modal, benang dan pewarna kain. Meski masih terbatas bantuan yabg dapat disalurkan, Tua berharap pengrajin yang mau belajar dan mengembangkan ide-ide kreatif ulos, dapat menghasilkan karya yang berdaya jual tinggi.
Pemateri sesion ke dua, hadir Nuniek Mawardi mewakili Asosiasi Fashion dan Andi Marlon Sihombing mewakili Pelaku Ecraf Toba.
Nuniek Mawardi mengatakan, Ulos sebagai karya seni bisa design berbagai mode termasuk dalam penerapan zero waste (Tanpa Sisa). Dalam perkembangan dunia fashion, berbagai mode ulos bisa dipakai mulai dengan model sederhana dengan menggunakan peniti tanpa mengunting bahan ulos itu sendiri.
“Ulos ini bisa dipakai tidak hanya sebagai selendang biasa, tapi bisa dimodel lebih modis lagi dengan memberikan sedikit sentuhan pada bagian bagian ulos itu sendiri,” ujar Nuniek.
Dalam kesempatan itu sendiri, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Toba, Ny. Rita Marlina Poltak Sitorus menjadi model peragaan salah satu baju zero wiste hasil karya Nuniek Mawardi.
Tangan dingin Nuniek Mawardi memakaikan langsung hasil rancangannya itu di depan seluruh peserta FGD. Model baju sederhana yang bisa digunakan 3 model ini mampu memukau peserta. Ny. Rita Marlina Poltak Sitorus bersyukur bisa jadi model rancangan Nuniek Mawardi.
“Trimakasih bu, sudah memilih saya menjadi model. Kami mensyukuri kegiatan ini karena menambah wawasan, kemampuan dan sangat menginspirasi para pengrajin ulos Toba untuk lebih kreatif lagi,” pungkas Ny. Rita Marlina Poltak Sitorus.
Andi Marlon Sihombing, pada kesempatan itu memberikan materi tentang pengenalan ulos. Selain generasi milenial yang sudah banyak tidak mengetahui ulos dna fungsinya, diharapkan lewat FGD ini para pengrajin ulos juga turut menjadi pemandu yang bisa mencerita apa dan bagaimana ulos itu kepada para pembeli.
“Pengrajin ulos itu juga kita harapkan mampu bercerita tentang apa dan bagaimana ulos itu. Beda ulos, beda fungsinya, namun saya yakini dahulu ulos itu ditenun dengan cinta dan sepenuh hati sehingga tercipta karya seni berupa tenunan ulos yang luar biasa indahnya. Kamiplpun mengajak para pengrajin untuk kembali menenun dari hati,” papar Marlon.
Diakhir acara, dilakukan penyerahan souvenir bagi para pemateri. Kolaborasi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan ini diharapkan dapat berlanjut untuk hari mendatang demi terciptanya kerajinan ulos yang berkelanjutan.
Turut hadir dalam FGD ini, Wakil Dekranasda Toba, Ny. Erna Grace Tonny Simanjuntak, Ketua Ekonomi Kreatif Toba, Bima Marpaung, Akademisi IT DEL, Bisnis Nanda Ulos, Radio DEL FM, Media, Bisnis Sopo Galery Manurung Songket, Pengrajin Ulos Meat, Pengrajin Tarabunga, Penenun Sigaol Barat, Penenun Siregar Aek Nalas, Penenun Silaen, Penenun Sigumpar dan Penenun Desa Paindoan Balige. (a36)