P.SIDIMPUAN (Waspada.id): Sekretaris Badan Kesbangpol Kota Padangsidimpuan, Rahmat Timbul Halomoan Lubis mengatakan, dalam menumbuhkan rasa nasionalisme mahasiswa sebagai bagian dari generasi muda harus memahami sejarah perjalanan bangsa, termasuk sejarah kebangsaan.
“Indonesia adalah negara yang memiliki sejarah panjang serta memiliki banyak ciri khas kebudayaan yang beragam yang harus dipahami generasi muda,” Kata Sekretaris Badan Kesbangpol Padangsidimpuan, Rahmat Timbul Halomoan Lubis pada acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kebudayaan di UIN Syahada Padangsidimpuan, Kamis (21/8/2025).
Pengenalan Budaya Akademik dan Kebudayaan kepada mahasiswa UIN Syahada yang berlangsung selama 4 hari (19-22 Agustus 2025) bertujuan untuk membentuk karakter mahasiswa yang disiplin, berkhlak, cerdas dan cinta tanah air.

Keragaman sejarah dan budaya, ucap Timbul Lubis, harusnya menjadi salah satu instrumen yang menarik bagi kalangan anak muda, namun pada kenyataannya, banyak generasi muda, termasuk mahasiswa yang kurang memahami sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
“Kecintaan terhadap bangsa dan negara haruslah tetap terpelihara dari masa ke masa tanpa membeda bedakan umur ataupun usia. Namun, rasa ingin tahu generasi muda tentang sejarah kebangsaan saat sekarang ini relatif minim,” tuturnya.
Menurutnya, keragaman sejarah dan budaya merupakan bagian dari kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia, namun sejalan dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi, karifan lokal tergerus.
Timbul Halomoan Lubis yang juga sebagai Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Sumatera Utara, menegaskan bahwa empat pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus menjadi salah satu pengetahuan dasar yang dimiliki pemuda saat ini.
Pemahaman terhadap empat pilar kebangsaan, lanjut Timbul, sangat penting karena sejarah membuktikan bahwa peranan golongan muda dari masa ke masa selalu memberi pengaruh bagi perjalanan sejarah bangsa.
“Jangan sampai anak muda sekarang dengan istilah gen z ataupun generasi milenial tidak mengerti dengan peran serta pemuda di masa lalu dalam memperjuangkan bangsa dan negara tercinta ini,” jelas Timbul.
Dalam paparannya di hadapan mahasiswa baru UIN Syahada Padangsidimpuan, Timbul menjelaskan kata Indonesia terdiri dari dua sub kata yaitu indo dan nesia (nesius). Indo itu berarti banyak, lebih dari satu atau campuran sedangkan nesia (nesius) adalah pulau atau kepulauan.
Secara sederhana makna dari kata Indonesia adalah wilayah yang terdiri dari banyak pulau. Kata Indonesia menurut beberapa sejarawan pertama kali muncul pada tahun 1850 dalam sebuah artikel yang ditulis oleh James Richardson Logan.
“Logan dalam tulisannya, menulis kata Indunesia dengan huruh u yang menyatakan tempat atau wilayah yang menjadi daerah jajanan Hindia Belanda. Huruf u pada kata Indunesia akhirnya dirubah dengan huruf o menjadi kata Indonesia karna lebih enak dibaca dan didengar,” ujar Timbul.
Ia mengungkapkan, pada tahun 1885 seorang etnolog Jerman Adolf Bastian dengan jelas menulis kata Indonesia dalam sebuah penelitiannya yang menjadikan kata Indonesia menjadi populer dan mulai dikenal banyak kalangan.(id46).