PEMATANGSIANTAR (Waspada): Gondongan merupakan penyakit menular yang penyebabnya virus gondongan dan termasuk dalam kelompok virus dengan nama paramyxovirus serta menyerang anak-anak usia 2-12 tahun.
“Penyakit ini mulai dengan gejala ringan seperti sakit kepala, demam dan kelelahan, namun penyakit ini biasanya menyebabkan pembengkakan pada kelenjar ludah tertentu (parotitis) yang menyebabkan pipi dan rahang bengkak,” sebut Kadis Kesehatan Pemko dr. Irma Suryani melalui Kadis Kominfo Johannes Sihombing, Rabu (8/11) menyikapi maraknya penyakit gondongan melanda anak-anak di Pematangsiantar.
Gondongan dulunya merupakan penyakit anak-anak yang sangat umum dan setelah vaksin gondongan tersedia pada 1967, jumlah kasusnya berkurang secara signifikan.
Meski demikian, wabah penyakit gondongan masih saja terjadi, terutama pada orang-orang yang melakukan kontak dekat dalam jangka waktu lama seperti di kampus-kampus.
Karena itu, masyarakat agar dapat melindungi anak-anak dengan vaksin campak- gondong-rubella (MMR), meski penyakit gondongan biasanya ringan, komplikasi serius bisa saja terjadi.
Gondongan paling sering menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun yang belum menerima vaksin gondongan. Namun, remaja dan orang dewasa bisa terkena juga meski sudah kena vaksin.
Hal itu terjadi, karena berkurangnya kekebalan terhadap vaksin setelah beberapa tahun, tapi cara terbaik untuk melindungi terhadap infeksi gondongan yakni dengan mendapatkan vaksinasi lengkap
Gejala gondongan pertama seringkali ringan, bahkan banyak yang tidak menunjukkan gejala dan tidak tahu mereka telah terinfeksi. Gejalanya juga tidak langsung muncul dan masa inkubasi (waktu antara infeksi dan penyakit) berkisar antara 7-25 hari.
Gejala gondongan ringan kemungkina besar antara lain, demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan dan kehilangan selera makan.
Beberapa hari kemudian, pembengkakan kelenjar parotis yang menyakitkan mungkin terjadi. Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah yang terletak diantara telinga dan rahang. Pembengkakan yang penyebutannya parotitis, bisa terjadi pada satu atau kedua sisi wajah.
Tanda klasik penyakit gondongan itu terlihat seperti pipi tupai, karena pipi menggembung dan rahang membengkak. Parotitis terjadi pada lebih dari 70 persen kasus penyakit gondongan.
Banyak virus dan bakteri berbeda yang dapat menyebabkan parotitis dan tidak selalu tertular virus gondongan.
Orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus gondongan melalui bersin, batuk atau berbicara, berbagi benda yang mengandung air liur yang terinfeksi, seperti mainan, cangkir dan peralatan makan, berolahraga, menari, berciuman atau berpartisipasi dalam aktivitas lain yang melibatkan kontak dekat dengan orang lain.
Beberapa kelompok mempunyai risiko lebih tinggi terkena penyakit gondongan yakni orang dengan sistim kekebalan lemah, yang melakukan perjalanan internasional, tidak menerima vaksinasi dan tinggal berdekatan.
Penyakit gondongan merupakan infeksi virus yang sangat menular. Jika anak menderita gondongan, penyakit ini menular mulai dari beberapa hari sebelum kelenjarnya membengkak, hingga lima hari setelah pembengkakan mulai terjadi. Karena itu, anak sebaiknya meminimalkan kontak dengan orang lain. Mereka tidak seharusnya pergi ke sekolah atau tempat penitipan anak.
Untuk mendiagnosa penyakit gondongan, dapat melakukan tes reaksi berantai polimerase (PCR) untuk mendiagnosis penyakit gondongan dengan mengusap bagian dalam pipi atau tenggorokan untuk mengambil sampel lendirnya.
Kemudian, mengirimkan sampelnya ke laboratorium, dimana ahli patologi akan memeriksanya dan mencari virus gondongan. Penyedia layanan kesehatan mungkin juga meminta tes darah untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit atau untuk menyingkirkan kondisi dan virus lain yang dapat menyebabkan parotitis.
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit gondongan dan penyakit itu akan sembuh sendiri dan biasanya hilang sendiri dalam beberapa minggu. Pengobatan gondongan berfokus pada meringankan gejala.
Bisa melakukan langkah-langkah untuk membantu mengatasi gejala, seperti minum banyak cairan, berkumur dengan air garam hangat, memakan makanan lembut dan mudah mengunyahnya.
Kemudian, menghindari makanan asam yang membuat mulut berair, mengisap es pop untuk meredakan sakit tenggorokan, menempatkan kompres es atau kompres panas pada kelenjar yang bengkak, minum obat non-aspirin seperti Asetaminofen dan Ibuprofen untuk mengurangi demam dan meredakan nyeri.
Selain itu, jangan memberikan Aspirin. Anak-anak yang mengidap virus seperti gondongan yang mengonsumsi Aspirin dapat mengembangkan sindrom Reye yakni penyakit berbahaya yang menyebabkan gagal hati, pembengkakan otak dan bahkan kematian.
Gondongan sangat dapat mencegahnya. Penyedia layanan kesehatan biasanya memberikan vaksin sebagai bagian dari kombinasi vaksin yang melindungi terhadap campak, gondongan dan rubella .
Anak-anak biasanya menerima dua dosis vaksin campak-gondong-rubella (MMR) sebagai bagian dari jadwal imunisasi masa kanak-kanak. Mereka menerima dosis pertama antara usia 12 dan 15 bulan dan dosis kedua antara usia 4 dan 6 tahun.
Mengenai cacar monyet (MonkeyPox/Mpox), dr. Irma juga mengimbau agar masyarakat mewaspadai. Melalui Surat Edaran (SE) Dinas Kesehatan No. 400.7.23.4/12012/DKK/X/2023 tanggal 25 Oktober 2023, kewaspadaan juga dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas, rumah sakit dan klinik.
Kepada seluruh direktur rumah sakit, kepala Puskesmas, pimpinan klinik, pimpinan laboratorium, praktik dokter spesialis, dokter umum serta praktik bidan mandiri untuk memantau perkembangan situasi dan informasi Mpox melalui sejumlah kanal resmi.
Kemudian, meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan penemuan kasus di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk di instalasi gawat darurat.
Selanjutnya, meningkatkan kewaspadan dan proaktif untuk menemukan kasus, memantau dan melaporkan temuan kasus yang sesuai dengan definisi operasional secara berjenjang ke Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan Dirjen P2P.
Selain itu, memperkuat kewaspadaan standar dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Fasyankes serta meningkatkan kemampuan pelayanan rujukan pada rumah sakit jejaring pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging.
Selanjutnya, menyebarluaskan informasi tentang Mpox kepada petugas dan masyarakat; dan meningkatkan komunikasi resiko sesuai pedoman, terutama menyasar kelompok berdasarkan temuan kunci serta jika menemukan kasus segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.(a28).