MADINA (Waspada): Sesuai pengamatan, sulit rasanya korupsi diberantas jika saja karakter koruptor masih melekat di diri kita, ini sudah semacam lingkaran setan.
“Yang lain tidak korupsi, hanya karena kesempatan tidak punya, jika diberikan malah lebih lihai,” ujar pengamat politik dan pengamat ekonomi asal Mandailing Natal Irwan Daulay kepada waspada.id, Minggu (9/7).
Jika ditelusuri lebih dalam, lanjut dia, ini berkaitan dengan ideologi dan sistem ketatanegaraan. “Yaitu, sistem demokrasi inilah sebenarnya sebagaimana akar dari korupsi itu,” ujar Irwan Daulay.
Dijelaskan, demokrasi adakah sistem politik yang lahir dari paham materialisme, yaitu paham berasal dari buah pikiran manusia berdasarkan kehendak hawa nafsu.
“Hawa nafsu diartikulasikan kepada wakil-wakilnya, baik dilegislatif maupun eksekutif, sehingga sistem yang lahir, putusan-putusan dan implementasi semuanya didominasi hawa nafsu manusia,” ujar Irwan Daulay.
Justru itu dalam sistem ini, lanjut dia, karena sudut pandang dominan adalah hawa nafsu, maka akhirnya akan muncul budaya transaksional.
“Semua urusan mesti uang tunai, tidak ada budaya tolong menolong dalam kebenaran, sehingga alat tukar dipertuhankan,” ujar Irwan Daulay.
Harus Berubah
Karena itu, lanjut dia, jika kita masih berharap daerah ini berubah menuju kebaikan kita semua juga harus berubah, jangan lagi memaksakan diri jadi pemimpin atau aleg jika memang tidak memiliki kapasitas.
“Kalau kapasitas kita sebagai pengikut, janganlah memaksakan diri jadi pemimpin. Kalau kapasitas kita sebagai murid jangan berlaku sebagai guru, kalau kapasitas sebagai anggota jangan memaksakan diri sebagai ketua,” ujar Irwan Daulay.
Dijelaskan, saat ini kontribusi terbesar PDRB Madina adalah dari sektor perkebunan sawit. Masalah pasti ada jika pengawasan diabaikan, “tentu untuk meminimalisir masalah, pengawasan harus diperketat.”
(irh)