PANGKALANSUSU (Waspada): Ironis, sudah mendekati 79 tahun Indonesia merdeka, tapi kondisi infrastuktur jalan di Desa Pangkalansiata, Kec. Pangkalansusu, bukannya dibenahi agar lebih baik, tapi malah bertambah rusak.
Ruas jalan desa umumnya masih tanah dan apabila memasuki musim hujan, akses jalan dipenuhi lumpur bagaikan kubangan kerbau. Kondisi ini membuat kenderaan bermotor yang mengangkut hasil pertanian sulit untuk melintas karena medannya berlumpur.
Masyarakat desa yang umumnya bermata pencarian sebagai petani sudah sejak lama memendam kekecewaan, karena infrastruktur jalan di desa mereka selama berpuluh tahun luput dari perhatian, baik dari PUPR Pemkab Langkat, maupun aparat pemerintahan desa.
Salah seorang warga kepada Waspada.id, Jumat (31/6) menyebutkan, kondisi jalan dan jembatan di desanya sudah sangat parah. Apabila musim hujan, para petani tidak bisa mengeluarkan hasil pertanian karena kondisi jalan becek dan dipenuhi lumpur sehingga kenderaan susah melintas.

Begitu juga sebaliknya, para pedagang yang berasal dari luar tidak bisa masuk ke desa itu untuk memasarkan barang dagangannya akibat kondisi jalan yang rusak. Infrastruktur yang buruk ini sangat berdampak terhadap mobilitas perekonomian masyarakat di desa itu.
Seorang petani kelapa sawit mengungkapkan, apabila musim hujan, truk yang mengangkut hasil panen kerab terpatar ke dalam kubangan lumpur yang menghiasi hampir di sepanjang ruas jalan desa. Kondisi lumpur yang tebal ini, katanya, membuat arus transportasi lumpuh.
Tidak hanya kondisi jalan yang buruk, tapi jembatan gantung sebagai salah satu akses penyeberangan menuju ke Desa Halaban, Kec. Besitang, kondisinya kini sudah korosif alias berkarat dan sangat berbahaya untuk dilalui oleh masyarakat.
Menurut warga, konstruksi galangan besi jembatan sebagian sudah ada yang putus akibat korosif. “Agar tetap bisa dilalui, warga terpaksa mengganti galangan besi tersebut dengan kayu bakau yang hanya diikat dengan tali,” kata warga sembari membagikan foto jembatan.
Begitu juga dengan plat besi lantai jembatan sudah keropos, namun hingga kini belum juga mendapat perhatian dari pihak PUPR Pemkab Langkat untuk memperbaikinya, padahal jembatan gantung ini setiap hari dilintasi masyarakat, termasuk para anak sekolah.

“Kami tidak habis pikir kenapa jembatan yang sangat vital ini tidak segera diperbaiki. Apakah menunggu setelah ada jatuh korban jiwa baru pemerintah membangun jembatan ini,” ujar masyarakat dengan nada kecewa bercampur marah.
Para petani di desa ini merasa sangat kecewa karena perhatian pemerintah terhadap desa mereka dirasakan sangat minim. Menurut warga, percuma saja ada dana APBD dan DD (dana desa), tapi kondisi infrastruktur tetap saja buruk.
Menurut catatan, tahun 2021 lalu, ruas jalan di Dusun II Tungkam Sakti, pernah diaspal sepanjang 500 meter dengan anggaran APBD Langkat sebesar kurang lebih Rp700 juta. Namun, yang disesalkan, belum lama proyek selesai dikerjakan, badan jalan desa ini kembali rusak.
Desa Pangkalansiata, termasuk salah satu desa di Langkat yang minim mendapatkan sentuhan pembangunan. Infrastruktur jalan di desa ini umumnya sangat buruk, karena akses jalan nyaris seluruhnya masih tanah.
Sebagian masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir menggunakan sarana transportasi perahu motor menempuh jalur laut jika ada suatu keperluan ke ibu kota kecamatan yang berada di “kota minyak” Pangkalansusu.
Kades Pangkalansiata Tahansyah Silalahi dihubungi Waspada.id melalui selular untuk dimintai konfirmasinya terkait keluhan warga menyangkut buruknya kondisi infrastruktur jalan dan jembatan tidak merespon panggilan masuk.(a10)