Scroll Untuk Membaca

Sumut

Kampus Merdeka Mata Rantai Hulu-Hilir SDM Unggul

Kecil Besar
14px

TANJUNGBALAI (Waspada) : Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud Ristek RI, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng menjadi narasumber dalam Program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (FJP GWPP) yang diikuti oleh wartawan dari berbagai daerah di Indonesia, Kamis (14/4).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Kampus Merdeka Mata Rantai Hulu-Hilir SDM Unggul

IKLAN

Nizam secara virtual memaparkan bahwa Kemendikbud Ristek sedang gencar menggulirkan berbagai program untuk menciptakan sumber daya manusia unggul terutama yang berasal dari perguruan tinggi. Salah satunya Kampus Merdeka yang nantinya dapat menjadi jembatan dan mata rantai antara kampus dengan dunia usaha dan industri.

Menurut Nizam, dulu jurusan perguruan tinggi itu harus linier dengan pekerjaannya, sarjana teknik bekerja di bidang teknik, ekonomi tugasnya bekerja di bidang ekonomi dan lain sebagainya. Sekarang katanya tidak lagi, lulusan dari teknik bisa bekerja di perbankan, ekonomi bisa bekerja di dunia konstruksi dan lain lain.

“Kita tidak ingin perguruan tinggi itu yang seharusnya menjadi jembatan menuju dunia profesi menjadi mata rantai yang putus, tidak bisa mengantarkan para mahasiswa dari dunia pendidikan menuju ke dunia kerja,” ucap Nizam.

Program utama Kemendikbud Ristek seperti Merdeka Kampus memastikan SDM yang dihasilkan di perguruan tinggi betul siap adaptif, kreatif, inovatif terhadap dunia yang cepat sekali berubah. Kemendikbud Ristek katanya mentransformasikan perguruan tinggi dari pendekatan yang sempit menuju pembelajaran yang fleksibel. Mahasiswa katanya harus multi kompetensi, sehingga mereka bisa memasuki setiap kesempatan bekerja, bisa menciptakan lapangan pekerjaan, dan lebih siap dengan dinamika dunia kerja yang sedang berubah.

Salah satu caranya papar Nizam, dengan memberikan 3 semester mahasiswa untuk memilih bisa belajar di luar prodi dan luar kampusnya. Jadi, selama lima semester mahasiswa belajar di prodinya sendiri, tiga semester berikutnya ia bisa mengambil program studi lainnya di luar prodi.

“Mahasiswa yang mengambil prodi lain juga diperkenankan, termasuk teknik ingin belajar tentang perbankan, marketing, Dia bisa mengambil mata kuliah ekonomi komunikasi di Fisipol, dan diberikan pula kesempatan belajar dari kampus kehidupan, seperti contoh perusahaan percetakan dan industri lainnya,” papar Nizam.

Sehingga, meskipun latar belakangnya dari teknik, dengan memahami dunia penerbitan, maka mahasiswa tersebut nantinya bisa berkarir bidang engineering karena di setiap sektor itu selalu ada multidisiplin keilmuan. Hal inilah ungkapnya dikembangkan melalui program Kampus Merdeka dengan memberikan ruang seluas-luasnya untuk menggali potensi mahasiswa.

Nizam melanjutkan, ada sembilan poin dari program kampus merdeka ini. Mulai dari pertukaran mahasiswa, membangun semangat kebhinekatunggalikaan melalui pertukaran mahasiswa nusantara. Mahasiswa dari Jakarta katanya bisa satu semester belajar di Papua, satu semester di Medan, dan satu semester di Kalimantan Tengah.

“Hal ini mewujudkan semangat Bhinneka Tunggal Ika yang nyata sekaligus melihat peluang nyata bahwa di Kalimantan itu sangat sangat potensial untuk pengembangan sumber daya alam bagi kemajuan masyarakat,” ucap Nizam.

Selain peluang melihat potensi yang ada, Merdeka Kampus juga dapat membangun persahabatan Nusantara antar suku, agama, dan daerah. Ternyata tidak hanya di dalam negeri, Kemendikbud Ristek juga memberikan kesempatan untuk pertukaran mahasiswa di tingkat Internasional.

“Tahun lalu sudah dikirim seribu mahasiswa ke empat benua untuk belajar di 51 negara,” ungkap Nizam.

Poin berikutnya, Program Magang. Magang ini tidak hanya sekedar magang tanpa program yang jelas, hanya datang melihat orang bekerja, jadi tukang antar kopi, fotocopy, koran, tapi magang yang betul-betul direncanakan seperti management trainee. Mahasiswa selama satu semester penuh akan didampingi oleh profesional di bidangnya.

Untuk itu pemerintah tuturnya memberikan dukungan pendanaan untuk menjadi mentor termasuk biaya mahasiswa ketika misalnya dari NTT Magang di Medan, maka transportasi dan bantuan biaya hidup selama di Medan akan diberikan.

Selanjutnya Program Mengajar di Sekolah atau Kampus Mengajar. Puluhan ribu mahasiswa paparnya telah menjadi guru untuk mengajar di sekolah satu semester penuh di SD, SMP Negeri pelosok negeri, di tempat-tempat yang kekurangan guru. Para mahasiswa juga akan membawa transformasi digital untuk dikembangkan dalam pembelajaran.

Kemudian Penelitian, mahasiswa bisa mengikuti kapal ekspedisinya LIPI sehingga mereka bisa bersama para peneliti meneliti kekayaan samudra Indonesia. Tak cukup hanya di situ, penelitian-penelitian yang terkait dengan sosial, teknologi semua bisa dilakukan mahasiswa secara full time, tidak paruh waktu di lembaga lembaga penelitian maupun di pusat studi perguruan tinggi.

Ada pula Proyek Kemanusiaan, selama pandemi ini puluhan ribu mahasiswa itu juga mengikuti program ini untuk membantu mitigasi pandemi Covid 19 baik itu tracing, tracking, imunisasi, vaksinasi dan berbagai macam program dari Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Mitigasi Pandemi Covid 19.

Kewirausahaan mahasiswa juga sangat penting karena banyak keunggulan dalam kreativitas dengan dibantu teknologi. Mereka bisa mengembangkan berbagai startup Indonesia. Menurut Nizam, jumlah startup digital di Indonesia itu lima kali lipat dibanding jumlah seluruh startup di Asia Tenggara.

“Banyak sekali startup kita, hanya kalah dari India di Asia, sedangkan di level dunia, kita berada di peringkat kelima, kewirausahaan digital terus kita dorong dan akselerasikan,” pungkas Nizam.

Program lainnya yakni studi/proyek mandiri. Hal ini sangat menarik bagi para mahasiswa agar membuat project based learning seperti pembuatan aplikasi Android, pengembangan mobil listrik, dan pengembangan alat-alat kesehatan dan sebagainya.

Selanjutnya Membangun Desa. Puluhan ribu mahasiswa paparnya telah membantu mendampingi masyarakat desa mengimplementasikan Dana Desa dan mendampingi masyarakat membangun desa.

Untuk Kementerian Pertahanan, ada pula program Bela Negara untuk menyiapkan komponen cadangan.

“Jadi dari sembilan menu yang bisa diikuti oleh mahasiswa, pada 2022 ini, ada 150.000 mahasiswa bisa mengikuti program Kampus Merdeka yang tujuannya untuk membangun inovasi di berbagai bidang,” kata Nizam.

Lanjutkan Kampus Merdeka

Seorang mahasiswi pertukaran dari Universitas Merdeka Malang, Donatalia Bete Mauk, mengaku bersyukur bisa mengikut program Merdeka Kampus. Gadis yang akrab disapa Dona ini telah menyelasaikan program pertukaran mahasiswa dan kembali ke kampusnya pada Januari 2022 lalu.

Dona yang berasal dari Nusa Tenggara Timur ini mengisahkan awal dirinya mengikuti program ini. Dona menuturkan mendapat informasi bahwa ada program pertukaran pelajar dari Kemendikbud Ristek, lalu coba-coba mendaftarkan dirinya dan akhirnya diterima.

Dona kemudian terbang dari Jawa bersama 10 mahasiswa lainnya untuk belajar di Kampus Universitas Asahan di Sumatera Utara. Di sana, Dona yang duduk di Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengambil program studi lainnya di Fakultas Hukum konsentrasi Perlindungan Perempuan dan Anak.

Selama tiga bulan di Kampus UNA, Dona banyak mendapatkan pengalaman baru, teman baru, bahkan ilmu baru karena diperkenankan belajar di fakultas dan program studi yang berbeda. Biaya selama belajar kata Dona, sepenuhnya ditanggung oleh Kemendikbud Ristek termasuk modul nusantara dengan berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata lokal seperti Danau Toba, Tanjungbalai, bahkan ke Inalum, Industri Peleburan Timah milik BUMN di Kabupaten Batubara.

Masih kata Dona, program Kampus Merdeka sangat layak untuk dilanjutkan guna membangun sumber daya manusia yang unggul dan multitalenta. Dona berharap program ini pula dapat mengakomodir para mahasiswa yang jumlahnya semakin banyak.

“Selama ini dunia saya hanya NTT-Malang, ternyata tanpa saya duga, bisa terbang ke Sumatera Utara, belajar di sana, mencari ilmu dan pengalaman,” tutup Dona. (a32)

Kampus Merdeka Mata Rantai Hulu-Hilir SDM Unggul

Keterangan foto:
Waspada/ist

Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud Ristek RI, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng (kiri) menjadi narasumber dalam Program Fellowship Jurnalisme Pendidikan Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (FJP GWPP).

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE