BATUBARA (Waspada): Mantan Kadisdik Sumut Syaiful Syafri menilai secara umum kualitas pendidikan di Sumut 10 tahun terakhir sangat menurun, ini dapat ditandai dengan lemahnya kerja sama Pemprov Sumut dengan kabupaten/kota dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Demikian disampaikannya dalam sebuah pertemuan di Batubara, Kamis (26/6). “Apalagi semakin banyaknya para guru yang pensiun, sementara guru honor yang diangkat jarang menerima diklat tehnis tentang pembelajaran, di samping kucuran dana bos untuk pendidikan kesetiap sekolah tidak tepat waktu, serta sarana dan prasarana pendidikan belum merata,” ujarnya.
Lebih jauh dijelaskannya, dalam kaitan lapangan kerja, khususnya tamatan SMK, di masing- masing daerah sangat sulit diterima bekerja karena jurusan SMK yang dibuka tidak sesuai dengan kebutuhan potensi SDA dan Kebutuhan Industri yang ada di daerah itu.
Apalagi setiap daerah para pencari kerja bersaing, demikian juga dengan tamatan Perguruan Tinggi (PT ) masih banyak menjadi pengangguran, karena tamatan yang mau masuk perusahaan belum menyesuaikan peluang kerja dengan pendidikan saat ini.
Akibatnya, tamatan SLTA berfikirnya yang penting kuliah, terkecuali anak- anak yang visioner telah memahami cita-cita nya dan potensi dirinya serta didukung oleh kemampuan keuangan orang tuanya
Disebutkannya secara khusus Kab. Batubara yang memiliki satu kawasan industri Kuala Tanjung dan berdampingan dengan KEK Sei Mangkei. Daerah tersebut merupakan daerah Kawasan Ekonomi Khusus sesuai Peraturan Pemerintah nomor. 29 tahun 2012, memiliki potensi kelautan, perkebunan, pertanian, industri, kepariwisataan, serta memiliki gas dan minyak bumi yang belum dieksplorasi.
“Seharusnya SMK yang ada di Kabupaten Batubara berorientasi mendirikan jurusan jurusan sesuai potensi daerah, demikian juga masyarakat yang melanjutkan ke perguruan tinggi,” ujar Syaiful.
Bila dalam RPJM daerah tidak mempersiapkan membangun SDM maka bertentangan dengan RPJM Nasional, sekaligus daerah akan mengalami kerugian.
Bagi masa depan daerah karena generasi penerusnya tidak siap menghadapi pertumbuhan dan tantangan ekonomi global, demikian juga pengarus sosial dan budaya, khususnya dampak tehnologi informasi yang sangat terbuka.(a17)