BINJAI (Waspada) : Penolakan relokasi warga Rempang, Batam, Kepulauan Riau, yang berujung bentrok menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat, khususnya warga Melayu Kota Binjai.
Menyikapi bentrokan yang terjadi, Ketua Majlis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Kota Binjai, Noor Sri Syah Alam Putra, Rabu (13/9) menegaskan, bahwa pihaknya siap menurunkan perwakilan ke Batam.
Namun begitu, sebutnya, untuk mengambil langkah pengiriman perwakilan itu, MAMBI Kota Binjai terlebih dahulu berkoordinasi dengan MABMI Pusat. “Kita tunggu arahan MAMBI Pusat, jika diizinkan kita berangkat,” tuturnya.
Jika nantinya MAMBI Pusat tak meberikan izin, sambung Noor Sri Syah Alam Putra, maka pihaknya akan bergerak mengatas namakan Tokoh Melayu. “Itu kalau tidak dapat izin ya,” tuturnya.
Terkait dengan statemen, kata Kires, sapaan akrab Noor Sri Syah Alam Putra, akan disampaikan secara resmi pada Jumat (15/9) mendatang. “Pada intinya, MAMBI Binjai prihatin dengan kondisi masyarakat Melayu Batam,” tegas Kires.
Diketahui, konflik agraria di Pulau Rempang bermula ketika Badan Pengusahaan (BP) Batam berencana merelokasi seluruh penduduk Rempang, yang jumlahnya lebih kurang 7.500 jiwa. Hal itu dilakukan untuk mendukung rencana pengembangan investasi di Pulau Rempang.
Kemudian, pada Kamis (7/9/2023), terjadi bentrok antara aparat kepolisian-TNI dan warga di Jembatan Batam-Rempang-Galang (Barelang) IV. Kericuhan pecah saat warga setempat menghadang ribuan aparat gabungan yang akan melakukan pengukuran dan pematokan lahan di Pulau Rempang. Mereka menolak pengukuran tersebut karena akan menggusur permukimannya. (a34)