P.SIDIMPUAN (Waspada): Dua bulan pasca banjir dan longsor menghabisi beberapa rumah di Gang Air Bersih, Lingkungan III, Kelurahan Sitamiang Baru, Kecamatan Padangsidimpuan Selatan. Ternyata kehadiran Pemerintah Kota Padangsidimpuan baru sebatas mendata dan foto-foto saja.
Sehingga akibat keterbatasan ekonomi, para korban hanya menumpang tinggal di rumah warga sekitar dan di teras masjid. Ada juga yang memanfaatkan material sisa bencana untuk dirangkai menjadi tempat tinggal.
“Kemarin kita gotong royong membantu pembangunan rumah korban,” kata Sabar M. Sitompul, tokoh muda setempat yang membantu kosen dan daun jendela serta sejumlah material bangunan bagi para korban, Kamis (15/5/2025).
Warga yang rumahnya hancur total, sebut wartawan media online ini, masih menjalani hidup dalam kondisi memprihatinkan. Tanpa ada bantuan untuk tempat tinggal dari pemerintah kota. Sehingga warga sekitar tergerak untuk membantu seadanya.
Seperti halnya Ngatinem, 61, yang rumahnya hancur diterjang banjir dan longsor pada 13 Maret 2025. Sampai sekarang, ia bersama anak dan cucunya hidup menumpang di rumah warga. Bahkan sering tidur di teras masjid.
Enam rumah warga lainnya di sekitar lokasi, juga mengalami kerusakan parah. Hingga kini belum ada satu pun yang diperbaiki. Sebab, jangankan membangun rumah, untuk nafkah saja mereka serba pas-pasan.
“Kami sering didatangi oknum yang mengaku ditugaskan Pemko Padangsidimpuan. Tetapi mereka hanya mendata dan ambil foto saja. Katanya rumah kami mau dibangun, namun sampai sekarang belum juga ada kabar,” sebut Ngatinem.
Saat ini, tambahnya, ia bersama para korban lainnya cuma bisa mengandalkan gotong royong dan kepedulian warga sekitar. Tanpa campur tangan pemerintah, mereka mulai membangun kembali rumah-rumah yang hancur dengan bahan seadanya.

“Kalau kami tunggu pemerintah, bisa-bisa kami tidur di luar terus ini,” keluhnya.
Melihat upaya para korban, warga sekitar hadir menunjukkan rasa solidaritas tinggi. Sejumlah masyarakat ikut membantu pembangunan kembali rumah para korban, baik berupa uang tunai maupun material bangunan.
Bentuk kepedulian itu antara lain datang dari Sabar M. Sitompul. Pria hitam manis berlesung pipi ini membantu sejumlah bahan bangunan, termasuk menyerahkan kosen dan daun jendela yang selama ini ia kumpul untuk membanguan rumah sendiri.
“Kami melihat korban sudah terlalu lama menunggu janji yang tak kunjung ditepati. Karena itu, kami berinisiatif membantu semampunya agar mereka bisa punya tempat tinggal kembali,” ujar Sabar Sitompul.
Warga pun mengapresiasi langkah konkret dari pemuda dan masyarakat sekitar. Walau bukan dari pemerintah, mereka bersyukur ada yang peduli. “Bantuan jendela dan bahan bangunan dari pak Sabar sangat berarti bagi kami,” tutur Ngatinem.
Korban lainnya, Selamat, Rasmadi, Dani, Nur Aisah, Asmadi dan Mariati, masih bertahan di sekitar puing-puing rumah mereka. Beberapa di antaranya membangun gubuk dari papan dan seng sisa bencana untuk berteduh dari hujan.

Para korban berharap Pemko Padangsidimpuan segera mengambil tindakan nyata dan tidak terus-menerus bersembunyi di balik alasan “masih pendataan”. Mereka tagih janji pembangunan rumah yang sudah dilontarkan sejak Maret lalu itu segera direalisasikan.
“Kami bukan tidak bisa bersabar, tapi kami butuh kepastian. Anak-anak butuh tempat tinggal yang layak. Jangan sampai pemerintah kalah peduli dari masyarakatnya sendiri,” kata para korban banjir dan longsor Kota Padangsidimpuan. (a05)