Matahari tidak menampkkn diri di Kota Sidimpuan. Usaha loundry banyak yang jadi korna. Waspada.id/Sukri Falah Harahap
SIDIMPUAN (Waspada.id): Sepekan bersembunyi di balik awan tebal dan hujan, penampakan matahari di Kota Padangsidimpuan masih bersinar ‘malu-malu’ pada Jumat (28/11/2024). Tidak ada hujan lebat sejak pagi higga sore, tetapi langit berawan tebal.
Hampir sepekan, sejak Sabtu (22/11), hujan turun tiada henti pada siang maupun malam. Bencana banjir dan longsor dimana-mana. Banyak yang menjadi korban akibat cuaca ini, termasuk usaha loundry atau jasa cuci kering dan setrika baju.
“Rabu kemarin aku tarik baju dari loundry, sudah tiga hari masih belum dicuci. Alasannya, tidak ada terik matahari untuk menjemur pakaian,” sebut Ratna Harahap, ibu rumahtangga yang sedang jemur kain di teras rumah.

Mesin pengering loundry banyak yang tak berfungsi, karena terlalu lama dipakai. Di musim hujan ini banyak warga bergantung pada usaha cuci kering dan setrika tersebut. Akibat cuaca, warga pemilik mesin cuci di rumah lebih memilih ke loundry.
“Terpaksalah bongkar baju lama untuk dipakai, soalnya yang biasa sudah kotor akibat kerjaan dan terlalu lama dipakai. Satu baju dipakai dua hari. Anak-anakpun di rumah saja agar bajunya tidak cepat kotor,” tambah warga Pijorkoling ini.
Samiun Sualoon, pemilik usaha loundry di Sidimpun, mengaku masih banyak kain yang belum dicuci karena matahari tidak menimbulkan terik, sehingga tidak bisa menjemur. Mesin pengering miliknya sudah rusak karena dipaki siang dan malam.
“Untung tapi buntung bang, duit yang dapat sudah terpakai untuk servis mesin pengering dan gaji anggota. Belum lagi biaya token listrik,” katanya.
Di jalan raya yang tidak berdebu lagi, Hartoyo tampak mengayuh becak barang. Dia pakai baju tebal dan tidak terlalu berkeringat. “Gak pernah ada terik matahari bang, hujan saja,” katanya sembari meminjam mancis membakar rokok di pusat kota. (Id45)












