Scroll Untuk Membaca

SumutFeatures

Melihat Kegiatan Ramadhan Warga Muslim Simalungun Di Daerah Minoritas

Tim Safari Ramadhan Pemkab Simalungun, saat menyerahkan bingkisan berupa 2 lembar sajadah kepada BKM Masjid Al Hidayah Nagori Tongah. Waspada/Ist
Tim Safari Ramadhan Pemkab Simalungun, saat menyerahkan bingkisan berupa 2 lembar sajadah kepada BKM Masjid Al Hidayah Nagori Tongah. Waspada/Ist

SECARA jumlah, komunitas muslim di daerah Kab. Simalungun tercatat lebih banyak dibanding dengan komunitas agama lainnya. Namun dari 32 kecamatan yang ada di daerah ini, terdapat sejumlah kecamatan yang jumlah penduduknya minim masyarakat muslim

Ramadhan tahun 1446 H/2025M ini, penulis berkesempatan mengikuti dan bergabung dalam Tim Safari Ramadhan Pemkab Simalungun. Ada pengalaman menarik selama dua hari jadwal kunjungan, Selasa (11/3/2025) di Masjid Al Hidayah, Nagori Tongah, Kec. Purba dan Kamis (13/3/2025) di Masjid Iklas Beramal Nagori Bandar Saribu, Kec. Pamatang Silimahuta bersama Tim Safari Ramadhan Pemkab 2025.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Melihat Kegiatan Ramadhan Warga Muslim Simalungun Di Daerah Minoritas

IKLAN

Kebetulan keberadaan kedua masjid yang kami kunjungi tersebut berada ditengah-tengah warga non muslim. Alhamdulillah, meski berada di tengah komunitas mayoritas berbeda keyakinan, namun kehidupan beragama cukup baik, kaum muslim tetap dapat melaksanakan seluruh kegiatan ibadahnya di rumah maupun di masjid-masjid yang ada di daerah dimaksud.

Hari pertama, kami mengunjungi Masjid Al Hidayah Nagori Tongah, Kec. Purba. Tim Safari Ramadhan yang dikordinir oleh Rahmad Harahap dan Ustadz Ubaidillah Ahmad Fadli Tambunan bersama 3 pendamping termasuk penulis, tiba di lokasi persis pukul 17.00 WIB setelah menempuh 3 jam perjalanan dari titik pemberangkatan di Masjid Syuhada Korem 022/PT jalan Asahan Kec. Siantar.

Melihat Kegiatan Ramadhan Warga Muslim Simalungun Di Daerah Minoritas
Tim Safari Ramadhan Pemkab Simalungun menyerahkan bingkisan kepada BKM Masjid Ikhlas Beramal Nagori Bandar Saribu. Waspada/Ist

Lumayan capek memang, namun tetap semangat. Begitu menginjakkan kaki di halaman Masjid Al Hidayah Nagori Tongah, tidak seorang pun BKM (Badan Kenaziran Masjid) yang menyambut kami. Tak disangka teras masjid yang berukuran 10 x 7 meter itu masih berlapis pasir dan batu. Namun di bagian dalam masjid sudah berlantai keramik dan kamar mandi serta tempat wuduk sudah lumayan baik.

Ada 3 anak muda mahasiswa KKN yang datang menghampiri menanyakan maksud dan tujuan kedatangan kami ke masjid tersebut.

Setelah dijelaskan, ketiga mahasiswa itu langsung menghubungi pihak kenaziran Masjid Al Hidayah. Ketiga mahasiswa yang sedang melaksanakan KKN di daerah itu kebetulan tinggal sementara di rumah marbot persis di sisi kanan masjid.

” Sudah pak, pak BKM nya masih di ladang, bapak itu segera datang,” ujar salah satu mahasiswa setelah menghubungi keluarga nazir lewat telepon selular.

Saat ditanyakan tentang keberadaan komunitas muslim di sekitar Masjid Hidayah yang dibangun tahun 2017 itu, mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi Islam di Sumut itu menjelaskan bahwa komunitas muslim di daerah itu sangat minim. “Di sekitar ini hanya ada lebih kurang 14 KK. Rumah yang depan (masjid) ini, alhamdulillah muslim, yang lainnya (sembari menunjuk sekelilingnya) non muslim,” sebut mahasiswa.

” Namun kehidupan beragama di daerah ini cukup baik dan berjalan normal. Selama kami disini, tidak pernah ada hal-hal aneh,” timpal mahasiswa lainnya.

Singkat cerita, setelah satu jam kemudian pengurus BKM dan jamaah Masjid Al Hidayah pun tiba, antara lain Ustadz Eko Putra Sari, Aliyadi Saragih, Jhon Langkat Purba dan Marga Haloho. Kemudian disusul beberapa kaum ibu yang datang sembari membawa bekal bukaan.

Sampai memasuki waktu berbuka, jumlah jamaah yang hadir ditambah dengan kami Tim Safari Ramadhan, ada sekitar 20 orang. Tidak ada beduk dan tidak ada suara azan yang kami dengar (karena tidak ada masjid yang berdekatan) sebagai pertanda berbuka, hanya jarum jam tangan atau jam Hp yang dilihat.

” Sudah masuk waktu berbuka,” ujar Ustadz Ubaidillah. Kami pun berbuka dengan menu ala kadarnya. ” Segelas teh manis dan semangkok kolak, ternyata cukup nikmat,” cetus Ustadz Ubaidillah, memecah suasana.

Karena cuaca di daerah itu terasa dingin, teh manis yang sesungguhnya masih panas tetapi mampu diminum. Usai berbuka, kami pun melaksanakan sholat Maghrib berjamaah dan kemudian usai sholat maghrib, kami pun disuguhi nasi bungkus. Meski sederhana, acara berbuka bersama jamaah Masjid Al Hidayah cukup terasa nikmat, jumlah jamaah yang datang juga semakin bertambah.

Di saat acara tausyiah, datang pula Pangulu Nagori Tongah, memberi dorongan. Meski dia seorang non muslim, tetapi dia selalu mendukung kegiatan-kegiatan warganya yang muslim. ” Memang kaum muslim disini (Nagori Tongah) minim, tapi kami tetap hidup rukun dan damai. Tidak pernah ada persoalan yang mengganggu kerukunan umat beragama di daerah kami ini. Malah kami saling tolong menolong jika ada sesuatu yang diperlukan,” kata Pangulu.

” Secara khusus melalui tim safari Ramadhan, kami berpesan kiranya sering-seringlah datang ke sini, agar Masjid Al Hidayah ini dapat dibantu agar bangunannya menjadi Masjid yang seperti di kota-kota itu,” harap Pangulu.

Sebelumnya, tim safari Ramadhan menyerahkan bingkisan berupa 2 lembar sajadah panjang kepada BKM Masjid Al Hidayah.

Melihat Kegiatan Ramadhan Warga Muslim Simalungun Di Daerah Minoritas

Usai tausyiah dan sholat isya berjamaah, kami pun beranjak sila menuju pulang. Sementara jamaah lainnya meneruskannya dengan sholat taraweh berjamaah.

Berbeda

Hari kedua kami mengikuti safari Ramadhan, Kamis (13/3), menuju Masjid Ikhlas Beramal, Nagori Bandar Saribu, Kec. Pamatang Silimahuta. Dengan komposisi tim yang berbeda namun kordinator tim tetap Rahmat Harahap didampingi Ustadz M Nuh Rambe, Dossi Simarmata dan penulis sebagai pendamping.

Kami bergerak dari Masjid Asy Suhada Korem jalan Asahan, lebih awal lagi mengingat jarak tempuh hampir 4 jam. Apalagi kondisi saat itu dibarengi hujan, sehingga perjalanan kami agak lamban tidak mau ambil resiko di jalan. Namun kami bisa sampai tujuan dengan selamat kira-kira tiga perampat jam sebelum berbuka.

Tiba di masjid Al Ikhlas Beramal, kami hanya di sambut seorang BKM, Abdullah Sani Lubis. Kebetulan suasana hujan kami pun langsung masuk ke dalam masjid berukuran 4 x 4 meter itu.

Kesempatan waktu sebelum berbuka kami manfaatkan saling bertukar informasi. Menurut Sani Lubis, dirinya sudah lebih 3 tahun menjadi pengurus masjid disitu, baru kali ini kedatangan tim safari Ramadhan dari Pemkab Simalungun. Sani Lubis yang juga sebagai penyuluh agama Islam di daerah itu banyak bercerita tentang keberadaan umat Islam di tengah daerah yang mayoritas non muslim.

” Jumlah muslim minim, itu pun rata-rata pendatang dan pekerja kebun di daerah ini. Alhamdulillah saat ini kami dapat beribadah dengan tenang,” sebut Sani.

Keberadaan Masjid ini sehari-hari banyak dimanfaatkan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (wisata) dan para pedagang keliling. Sedangkan untuk warga muslim yang disini, sholatnya di rumah masing-masing. Soalnya jarak rumah warga muslim dengan masjid ini cukup jauh.

” Tetapi kalau hari Jumat, masjid ini penuh,” cetus Sani.

Sani bercerita tentang pengalamannya. Diawal- awal berdirinya masjid Ikhlas Beramal ini, lanjut Sani, tidak ada warga muslim yang disini berani sholat kemari, termasuk hari Jumat. Pasalnya, mereka yang rata-rata sebagai buruh kebun tidak diperbolehkan majikannya meninggalkan pekerjaan. Daripada kehilangan pekerjaan, mereka memilih tidak sholat Jumat.

Hal ini sempat terjadi selama beberapa waktu. Namun berkat adanya pendekatan dari berbagai pihak, termasuk dirinya sebagai penyuluh agama Islam, akhirnya para majikan mengerti dan memberikan izin kepada pekerjanya yang muslim untuk melaksanakan sholat Jumat ke masjid.

” Alhamdulillah, hingga saat ini, setiap hari Jumat masjid ini selalu penuh,” kata Sani Lubis.

Melihat Kegiatan Ramadhan Warga Muslim Simalungun Di Daerah Minoritas

Suka duka menjadi pengurus BKM di Masjid Ikhlas Beramal cukup dirasakan Sani. Dirinya sebagai orang pendatang di daerah itu pernah diganggu oleh orang-orang yang sedang dipengaruhi alkohol. Bahkan mereka minum di lokasi masjid. Tetapi dia bersyukur, kondisi itu bisa diselesaikan karena kepedulian tokoh-tokoh pemuda setempat.

“Mereka (tokoh pemuda) meski berbeda agama, namun peduli. Setelah saya sampaikan sama bang Aweng (salah satu tokoh pemuda daerah itu) tidak ada lagi orang-orang mabuk yang datang mengganggu saya kesini,” cetus Sani.

Dalam percakapan singkat tersebut, waktu berbuka pun masuk. Santapan berbuka sudah disiapkan 7 remaja (kelas SMP) yang baru selesai melaksanakan Pesantren Kilat. Acara berbuka dilakukan di teras masjid. Di bawah hujan rintik-rintik dan cuaca dingin, kami menikmati berbuka yakni teh manis, mie gomak dan bubur kacang hijau.

” Alhamdulillah, nikmat sekali bubur kacang hijaunya,” kata Rahmad Harahap kordinator tim safari.

Usai berbuka, kami pun melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Di kesempatan itu, Ustadz M Nuh Rambe menyampaikan tausyiah sembari memberi semangat kepada para remaja yang turut berjamaah, bahwa dalam menegakkan agama butuh perjuangan, kata Ustadz. Seperti di zaman Rasulullah SAW, agama diperjuangkan dengan senjata. Sedangkan saat ini agama diperjuangkan dengan perbuatan.

Setelah selesai menyampaikan tausyiahnya, Ustadz M Nuh Rambe dan kami pun permisi beranjak sila dari masjid tersebut. Sebelumnya tim safari telah menyerahkan 2 lembar sajadah panjang dan 1 unit speaker aktif kepada BKM Masjid Ikhlas Beramal Nagori Bandar Saribu. WASPADA.id/Hasuna Damanik

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Accessibility