Sumut

Menteri Sosial: Kemerdekaan Yang Diraih Indonesia Bukan Jatuh Dari Langit

Menteri Sosial: Kemerdekaan Yang Diraih Indonesia Bukan Jatuh Dari Langit
Wabup Deliserdang, Lom Lom Suwondo membacakan pidato Menteri Sosial, Saifullah Yusuf pada Upacara Peringatan Hari Pahlawan di Alun-Alun Pemkab Deliserdang, Senin (10/11/25). Waspada.id/Ist
Kecil Besar
14px

LUBUKPAKAM (Waspada.id): Menteri Sosial (Mensos), Saifullah Yusuf menegaskan, para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa Indonesia, kini telah terkubur di bawah batu nisan.

Menurut Mensos, kemerdekaan yang diraih Indonesia, bukan jatuh dari langit, melainkan direbut dengan cucuran keringat, darah dan air mata, bahkan nyawa.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Mereka (pahlawan) bukan sekadar nama yang terukir di batu nisan, melainkan cahaya yang menerangi jalan kita hingga hari ini,” kata Menteri Sosial, Saifullah Yusuf dalam pidatonya yang dibacakan Wakil Bupati (Wabup) Deliserdang, Lom Lom Suwondo,SS pada Upacara Peringatan Hari Pahlawan di Alun-Alun Pemkab Deliserdang, Senin (10/11/25).

Dijelaskan Saifullah Yusuf, dari Surabaya hingga Banda Aceh, dari Ambarawa hingga Biak, para pahlawan berjuang bukan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan demi masa depan bangsa yang bahkan belum mereka kenal.

“Para pahlawan mengajarkan kepada kita, kemerdekaan tidak jatuh dari langit, tetapi lahir dari kesabaran, keberanian, kejujuran, kebersamaan, dan keikhlasan,” papar Mensos.

Ia juga mengajak masyarakat untuk meneladani tiga nilai utama perjuangan para pahlawan bangsa.

Pertama, kesabaran para pahlawan. Pejuang yang telah mengorbankan diri demi Indonesia adalah sosok-sosok yang sabar menempuh ilmu, sabar menyusun strategi, menunggu momentum, dan membangun kebersamaan di tengah keterbatasan.

Dari kesabaran itulah lahir kemenangan, karena mereka tahu kemerdekaan tidak diraih dengan tergesa-gesa, tetapi ditempa oleh waktu dan keikhlasan.

Kedua, semangat mengutamakan kepentingan bangsa di atas segalanya. Setelah kemerdekaan diraih, para pahlawan tidak berebut jabatan atau menuntut balasan. Mereka kembali ke rakyat, mengajar, membangun, menanam, dan melanjutkan pengabdian.

“Kehormatan sejati bukan pada posisi yang dimiliki, tetapi pada manfaat yang ditinggalkan,” tegas Saifullah

Ketiga, pandangan jauh ke depan dimana pahlawan berjuang untuk generasi yang akan datang, menjadikan perjuangan sebagai bagian dari ibadah, dengan darah dan air mata sebagai doa yang tak pernah padam. Semangat pantang menyerah ini menjadi kekuatan besar bagi generasi masa kini untuk meneruskan cita-cita para pahlawan.

Lebih jauh dikatakan, perjuangan di masa kini tidak lagi dengan bambu runcing, melainkan dengan ilmu, empati, dan pengabdian. Namun semangatnya tetap sama: membela yang lemah, memperjuangkan keadilan, dan memastikan tidak ada satu pun anak bangsa yang tertinggal dari kemajuan.

“Semangat perjuangan ini terus dihidupkan melalui Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, mulai dari memperkuat ketahanan nasional, memajukan pendidikan, menegakkan keadilan sosial, hingga membangun manusia Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya,” ungkapnya.

“Sebagaimana para pahlawan telah memberikan segalanya untuk Indonesia, kini giliran kita menjaga agar api perjuangan itu tidak pernah padam dengan bekerja, bergerak, dan berdampak. Pahlawanku teladanku, terus bergerak, melanjutkan perjuangan,” tandasnya.

Upacara yang berlangsung khidmat tersebut turut dihadiri Wakil Ketua I Bidang Pembinaan Karakter Keluarga Ny.Asniar Lom Lom Suwondo, jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Deliserdang, aparatur sipil negara (ASN), pelajar, dan lainnya. (id.28)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE