LANGKAT (Waspada.id): Minyak gorengan kemasan bersubsidi dengan label Minyak Kita dalam beberapa pekan terakhir ini terjadi kelangkaan di sejumlah daerah di Kabupaten Langkat.
Sejumlah pedagang eceran di Langkat mengeluhkan sulitnya untuk mendapatkan orderan minyak goreng bersubsidi ini dari para agen penyalur, termasuk dari grosir penjualan sembako.
Para pedagang tidak mengetahui apa faktor yang menyebabkan Minyak Kita ini langka. “Sudah dua pekan belakangan ini Minyak Kita sangat susah didapat,” keluh salah seorang pedagang di Besitang kepada waspada.id, Kamis (20/11).
Langkanya peredaran Minyak Kita membuat masyarakat membuat masyarakat (konsumen) terpaksa beralih ke minyak goreng curah yang harganya sedikit lebih mahal, meski kualitas tidak lebih baik.
Harga minyak Kita Kita di perdagangan eceran (warung) biasanya dikisaran Rp17.000 s.d Rp17.500 perliter, sementara minyak goreng curah harganya relatif lebih tingginya, yakni mencapai Rp18.000/Kg.
Kelangkaan Minyak Kita memunculkan terjadinya spekulasi di tengah masyarakat. Sebagian warga menduga, kelangkaan ini dipicu program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang membutuhkan pasokan minyak goreng sangat besar.
Warga mengaku heran, produksi crude palm oil (CPO) yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit cukup besar, tapi ironisnya kenapa minyak goreng, khusunya Minyak Kita bisa langka oeredarannya di pasaran.
Untuk mengatasi kelangkaan ini, masyarakat meminta pemerintah agar turun melakukan pemantauan di lapangan guna mengantisipasi terjadinya penimbunan secara besar-besaran.
Pemerintah diminta respek menanggapi kelangkaan ini, bila diperlukan melakukan intervensi guna menstabilkan ketersediaan minyak goreng bersubsidi ini.(id27)












