BERINGIN (Waspada.id): Komunitas Vespa ekstrem dengan anggota dari berbagai wilayah Indonesia seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, dan Sumatera Utara, dikenal berpenampilan kumel dengan kendaraan berantakan. Tapi umumnya, komunitas anak vespa ini dikenal berhati baik.
Anggota komunitas ini melakukan perjalanan lintas daerah atau provinsi dengan cara bertahan hidup yang cukup sulit. Mirisnya, mereka pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan seperti diperas, dianiaya dan kehilangan barang berharga.
Cacat, asal dari Jawa Barat, yang ditemui Waspada.id saat mangkal di SPBU Jalan Medan- Lubuk Pakam, Kecamatan Lubukpakam, Kab.Deliserdang, Sabtu (27/12/25) menjelaskan, bagaimana anggota komunitas bertemu dan berkumpul selama perjalanan.
“Kami dalam perjalanan bertemu dan berbincang, kemudian bergabung. Untuk makan dan minyak, kami meminta belas kasih orang. Kalau tidur di pom bensin, tapi kendaraan tetap kami dijaga karena takut hilang dan dirusak orang. Jika kereta unit rusak ya diperbaiki sendiri, karena kami juga bawa peralatan. Kecuali sparepart harus baru, terpaksa dibeli,” papar Cacat.
Komentar hampir senada juga disampaikan, Alam, yang berasal dari Kediri, Jawa Timur. Ia mengaku hanya membawa dua pasang baju selama perjalanan.

Malah saat dalam perjalanan, katanya, mereka kerap mendapat mendapat perlakuan buruk dari sejumlah warga sekitar yang melakukan pemerasan dan penganiayaan. Bahkan, HP juga ikut dirampas.
“Seperti di Lampung, kami sering diganggu dan diperas oleh warga lokal. Termasuk HP saya diambil, sehingga sampai dua minggu tidak bisa memberikan kabar keluarga,” tutur Alam.
Ketika ditanya kenapa mau ikut menjadi anggota kominitas anak vespa, menurut Alam, hal itu hanya menyalurkan hobi untuk melintasi berbagai pulau di Indonesia.
“Sebenarnya saya tidak mau lagi seperti ini, namun karena susah mendapat pekerjaan, apa boleh buat, ya seperti ini aja terus,” ungkap Alam dengan wajah sendu.
Mengenai kondisi kendaraan yang tidak lengkap, Cacat menambahkan, bahwa mereka selalu menghindari razia.
“Jika tidak bisa dielakkan, kami dibawa ke kantor polisi, kemudian dinasehati lantas dikembalikan,” sebut Cacat.
Berdasarkan data yang dihimpun, munculnya komunitas vespa ekstrem yang melakukan perjalanan lintas daerah, salah satu penyebabnya kondisi ekonomi masyarakat banyak berada di bawah garis kemiskinan.
Beberapa praktisi sosial juga menyarankan agar komunitas seperti vespa ekstrim dapat dibina oleh instansi terkait. Seperti melakukan pelatihan sesuai bidang yang dibutuhkan anak-anak komunitas.(id.28/Sopian)










