P.SIDEMPUAN (Waspada) : Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang Sidempuan berikan pencerahan sekaligus pelatihan kepada bilal mayit se Kota Padang Sidempuan, di Hutaimbaru, Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru, Padang Sidempuan, Sabtu (17/9).
Pelatihan bilal mayit yang dibuka Wakil Wali Kota Padang Sidempuan Ir.Arwin Siregar MM dihadiri Ketua MUI Padang Sidempuan ustadz Drs.Zulpan Efendi Hasibuan MA, Sekretaris MUI Drs.Samsuddin Pulungan MA, Bendahara MUI Abdurrahim Nasution dan pengurus MUI Kecamatan.

Ketua Panitia Dr.Zul Anwar Ajim Harahap MA mengatakan pelatihan bilal mayit itu diikuti sekira 50 orang peserta dari berbagai desa dan kelurahan di Kecamatan Padang Sidempuan Hutaimbaru dan Padang Sidempuan Angkoka Julu.
Untuk memberikan pencerahan sekaligus penguatan terhadap peserta pelatihan dalam menjalankan tugasnya sebagai bilal mayit, tuturnya, panitia menghadirkan ustadzah Dra.Hj.Tikholija Harahap dan H.Patungan Siregar sebagai nara sumber dengan moderator Romi Iskandar Rambe SH.
Wakil Wali Kota Padang Sidempuan Ir.Arwin Siregar mengatakan menjadi bilal mayit merupakan tugas yang mulia karena tidak semua orang sanggup melaksanakan fardu kipayah terhadap janazah dengan berbagai alasan sehingga perlu diberi pelatihan terhadap bilal mayit.
Sebagai contoh, ucapnya, dalam melaksanakan fardu kifayah terhadap jenazah yang tidak utuh akibat kecelakaan maupun akibat lainnya, apalagi sudah mengeluarkan bau tidak sedap, tentu tidak semua orang sanggup melaksanakannya.
Ketua MUI Kota Padang Sidempuan Drs.Zulpan Efendi Hasibuan MA mengatakaan bahwa pelatihan bilal mayit tersebut merupakan bagian dari program kerja MUI Padang Sidempuan dalam memberi edukasi kepada umat Islam sesuai dengan ajaran agama Islam.
Berdasakan kondisi yang ada di tengah-tengah masyarakat, ujar ustadz Zulpan, terkadang terjadi perbedaan pemahaman dalam menjalankan fardu kifayah mulai dari memandikan, mengkafani hingga pemakaman sehingga perlu pencerahan dan penguatan terhadap bilal mayit.
Dra.Hj.Tikholija Harahap sebagai nara sumber pertama menjelaskan tentang memandikan dan mengkafani karena dua hal tersebut merupakan fardu kifayah yang dapat dilaksanakan perempuan. Sedangkan mensholatkan dan menguburkan hanya dapat dikerjakan laki-laki.
Jika seseorang meinggal dunia, ucapnya yang pertama dilakukan adalah segera memejamkan matanya, rapatkan mulutnya, kunci kubul dan duburnya serta lipat tangan mayat. Kemudian sucikan mayat dari najis, lepaskan perhiasan, gigi palsu dan perhiasan yang melekat di tubuhnya jika tidak mudrat serta tidurkan menghadap kiblat.
Pelaksanaan memandikan mayat diawali dengan menidurkan mayat menghadap kiblat, berikan kain mandi, istinjakan pakai sarung tangan, wudhu’kan, membasuh seluruh tubuh dengan niat fardu kifayah. Kemudian disiram air sembilan, disiram air bercampur kapur barus, diwudhu’kan sekali lagi lalu dilap.
Sedangkan mengkafani mayat diawali dengan meletakkan mayat di atas kain kafan yang sudah ditaburi kapur barus, membuat kapas pada tempat yang dianggap perlu, menutup mayat dengan rapi, ikatan sebelah kiri. “Kain kafan laki-laki 3 lapis dan kain kafan perempuan 5 lapis atau helai,” paparnya.

H.Payungan Siregar menjelaskan dalam mensholatkan mayat yang perlu diperhatikan jika yang disholatkan laki-laki maka posisi imam sejajar dengan kepala mayat dan jika perempuan maka sejajar dengan badan (di tengah).
Dalam meletakkan mayat di liang kubur, ujar Payungan, didahulukan kaki diletakkan.Kemudian sunat membuka ikatan kaki dan kepala agar kaki mayat menyentuh tanah dan pipinya juga menyentuh tanah.
Pelatihan pelaksanaan fardu kifayah terhadap mayat diwarnai dengan praktik pelaksanaan fardu kifayah mulai dari memandikan hingga penguburan.(a39).
Ket. Foto : H.Payungan Siregar mempraktikkan tata cara pelaksanaaan fardu kifayah terhadao seorang mayat dalam pelatihan bilal mayit yang digelar MUI Padang Sidemouan, Sabtu (17/9). Waspada/Mohot Lubis.











