LABUHANRUKU (Waspada): Dalam menyambut Hari Asyura 10 Muharram tahun 2023, Panti Asuhan Anak Yatim Darul Ikhlas Lingkungan V Labuhanruku, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara merayakannya dengan menyantap bubur Asyura, Jumat (28/7).
Menyantap bubur bersama ini berlangsung di teras bagian dapur umum yang juga disekat sebagai tempat pemondokan santri putri sambil menunggu pembangunan pemondokan mereka selesai.
Makanan khas mirip dengan bubur pada umumnya ini sengaja disajikan juru masak panti dengan bahan utama dari biji-bijian yang dibuat bubur pada 10 Muharram yang dikenal sebagai hari lebaran anak yatim, selanjutnya disantap bersama dengan puluhan santri serta pengelola dan keluarga besar panti.
Selain itu, masyarakat maupun tamu yang datang di hari yang sama turut merasakan bubur Asyura yang dihidangkan.
“Hari ini merupakan hari istimewa bagi kami dan anak yatim memasak bubur Asyura setiap tahun di 10 Muharram untuk disantap bersama,” sebut pengelola Panti Asuhan Darul Ikhlas Labuhanruku, M Tuah kepada Waspada.id.
Seusai menyantap bubur anak-anak santri membaca doa bersama dipimpin M.Tuah. Pada hari Asyura ini panti mendapat kunjungan dari masyarakat maupun yang memberikan santunan pada momen tersebut.
Panti juga tidak ada mengadakan acara serimoni lain, kecuali memasak bubur Asyura untuk disantap bersama sekaligus membacakan doa.
Bubur Asyura memiliki makna terkait nilai sosial dan budaya yang telah dilakukan secara turun temurun sebagian warga maupun di kawasan pesisir Batubara.
Mohon Bantuan
M.Tuah mengatakan, terkait pembangunan ruang santri putri kini dalam pengerjaan dan baru memasuki 20 persen dan tidak dapat dikebut, sebab masih membutuhkan material yang diperlukan maupun dana upah tukang.
Pengurus panti mengharapkan bantuan dari semua pihak maupun dermawan untuk memberikan sedikit rezekinya atau infaq, baik berupa bahan bangunan maupun uang sehingga dapat menyelesaikan pembangunan.
Apa lagi melihat jumlah anak yatim yang mondok sejak panti berdiri di atas lahan seluas lima rante yang dihibahkan Alm Sutrisno/Nino Bin Legiman, terus bertambah.
Mereka rela tinggal bersempitan memanfaatkan ruang seadanya. Sedangkan luas ruangan dibangun 7 meter x 7 meter dan tinggi 4 meter, menelan dana diperkirakan sampai selesai hingga Rp80 juta, karena banyak membutuhkan penimbunan karena posisinya persis di pinggir alur parit pembatas antara lahan panti dengan lahan warga.
Dengan dibangunnya ruang santri ini, jumlah bangunan menjadi empat dua unit, nantinya dijadikan tempat pemondokan santri, satu dapur umum dan mushalla satu-satunya sebagai tempat sholat dan belajar anak-anak mengaji maupun hafizd.(a 18)
