Scroll Untuk Membaca

Sumut

Pemberdayaan Anak Panti Asuhan St. Angela Deli Tua Melalui Budidaya Ayam Kampung Berkelanjutan

Pemberdayaan Anak Panti Asuhan St. Angela Deli Tua Melalui Budidaya Ayam Kampung Berkelanjutan
Program pengabdian berjudul “Pemberdayaan dan Kemandirian Ekonomi Anak Panti Asuhan St. Angela Deli Tua melalui Budidaya Ayam Kampung Berkelanjutan”, yang digelar di Deli Tua, pekan lalu. Waspada.id/ist
Kecil Besar
14px

DELITUA (Waspada.id): Sebuah langkah nyata dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh tim dosen dan mahasiswa dari Institut Bisnis dan Komputer Indonesia (IBK Indonesia).

Melalui program pengabdian berjudul “Pemberdayaan dan Kemandirian Ekonomi Anak Panti Asuhan St. Angela Deli Tua melalui Budidaya Ayam Kampung Berkelanjutan”, yang digelar di Deli Tua, pekan lalu, mereka berupaya menjawab permasalahan klasik yang selama ini dihadapi oleh panti asuhan, yaitu keterbatasan sumber ekonomi dan minimnya keterampilan produktif anak-anak asuh.

Panti Asuhan St. Angela, yang menampung sekitar 40 anak dengan rentang usia 10 hingga 18 tahun, selama ini menggantungkan keberlangsungan hidup pada bantuan para donatur.

Namun ketergantungan itu sering kali menimbulkan ketidakpastian, sehingga kebutuhan sehari-hari harus disesuaikan dengan jumlah donasi yang masuk. Di sisi lain, potensi wilayah sekitar panti sangat mendukung pengembangan usaha berbasis agribisnis.

Pasar lokal Deli Tua memiliki permintaan ayam kampung yang tinggi, lahan di sekitar panti cukup memadai, dan masyarakat sekitar terbuka untuk menerima produk pangan lokal yang sehat. Dari kondisi inilah muncul ide untuk membangun kemandirian ekonomi anak-anak panti melalui program beternak ayam kampung berkelanjutan.

Program ini dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan anak-anak panti, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan praktis yang bisa menjadi bekal hidup di masa depan.

Anak-anak diajarkan mulai dari dasar-dasar pemeliharaan ayam, pemberian pakan, manajemen kandang, hingga pemasaran produk. Dengan pendekatan berbasis praktik dan pendampingan intensif, mereka diharapkan dapat mengelola usaha secara mandiri.

Dalam jangka panjang, program ini tidak hanya menghadirkan pemasukan tambahan bagi panti, tetapi juga melahirkan generasi muda yang memiliki kemandirian ekonomi dan jiwa wirausaha.

Program ini sekaligus mendukung sejumlah tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), mulai dari pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan, hingga pertumbuhan ekonomi inklusif.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui tahapan yang sistematis. Dimulai dari sosialisasi kepada anak-anak panti dan pengelola, tim pengabdian menjelaskan tujuan, manfaat, serta komitmen yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha budidaya ayam kampung.

Setelah itu, anak-anak diberikan pelatihan teknis yang meliputi perawatan ayam, pemberian pakan, serta pencegahan penyakit.

Tidak berhenti di situ, mereka juga dibekali pelatihan manajemen keuangan sederhana dan strategi pemasaran, baik konvensional maupun digital.

Infrastruktur penunjang seperti kandang ayam ramah lingkungan, sistem pemberian pakan, hingga pencatatan digital keuangan juga disiapkan agar usaha bisa berjalan lebih efisien.

Anak-anak panti dilibatkan langsung dalam praktik harian, mulai dari memberi makan ayam, membersihkan kandang, hingga mencatat hasil panen telur.

Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar nyata, di mana teori langsung dipraktikkan, sehingga hasilnya tidak hanya berupa keterampilan teknis tetapi juga peningkatan rasa percaya diri.
Dari sisi peran tim, kegiatan ini melibatkan kombinasi keilmuan yang beragam.

Edward Alezandro Lbn. Raja, dosen Manajemen IBK Indonesia sekaligus Ketua Tim, menjadi penggerak utama program. Ia bertanggung jawab merancang perencanaan, mengoordinasikan kegiatan, serta melakukan evaluasi terhadap capaian program.

Dengan latar belakang manajemen, Edward memastikan bahwa setiap tahapan berjalan terukur dan memiliki dampak nyata.

Ia menegaskan bahwa program ini bukan sekadar aktivitas pengabdian jangka pendek, melainkan model pemberdayaan berkelanjutan yang bisa direplikasi di panti asuhan lain.

Peran Penting

Sementara itu, Tampe Tuah Malem Ginting, dosen Kewirausahaan sekaligus praktisi agribisnis, mengambil peran penting dalam aspek teknis budidaya ayam kampung.

Ia mendampingi anak-anak panti dalam merawat ayam, menyusun materi pelatihan, hingga mengevaluasi efektivitas pemeliharaan.

Dengan pengalamannya di dunia peternakan, Tampe memberikan sentuhan praktis agar anak-anak tidak hanya sekadar belajar, tetapi benar-benar mampu mengelola ternak dengan baik.

Ia juga menekankan pentingnya menumbuhkan mental kewirausahaan sejak dini, agar anak-anak panti kelak mampu menciptakan usaha sendiri.

Kontribusi dalam aspek keuangan dipegang oleh Eva Rianty Angelina Sitanggang, dosen Akuntansi IBK Indonesia. Eva mengajarkan anak-anak bagaimana mencatat pemasukan dan pengeluaran usaha, menyusun laporan sederhana, serta memahami dasar-dasar akuntabilitas.

Ia juga berperan dalam mendokumentasikan seluruh kegiatan, sehingga setiap tahapan program terekam dengan baik untuk kepentingan evaluasi dan publikasi.

Melalui bimbingannya, anak-anak belajar bahwa usaha tidak hanya soal produksi, tetapi juga disiplin dalam mengelola uang dan merencanakan keberlanjutan usaha.

Program ini juga melibatkan mahasiswa sebagai bagian dari upaya mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, khususnya IKU 2 yang menekankan pengalaman belajar di luar kampus.

Cristian Marganda Nainggolan, mahasiswa Akuntansi, turut mendampingi kegiatan sehari-hari di panti. Ia membantu sosialisasi, mencatat hasil produksi, hingga berinteraksi langsung dengan anak-anak panti dalam pendampingan teknis.

Kehadirannya membuktikan bahwa mahasiswa bukan hanya penerima ilmu, tetapi juga agen perubahan yang mampu memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Di sisi lain, Roli Bestari Harefa, mahasiswa Ilmu Komputer, berperan dalam penerapan teknologi.

Ia membantu anak-anak panti mengenal pencatatan digital sederhana, mengajarkan penggunaan aplikasi keuangan, serta mendampingi mereka membuat konten promosi untuk media sosial.

Dengan dukungan teknologi, pemasaran ayam kampung tidak hanya terbatas pada pasar lokal, tetapi juga bisa menjangkau jaringan yang lebih luas.

Tidak kalah penting adalah dukungan dari mitra sasaran, yakni Panti Asuhan St. Angela Deli Tua yang dipimpin oleh Sr. Bernadette Saragih FSE. Para pengelola panti berperan sebagai pengawas lapangan yang memastikan anak-anak terlibat aktif dan kegiatan berjalan sesuai tujuan.

Sr. Bernadette menegaskan bahwa program ini membawa semangat baru bagi anak-anak asuh. Mereka tidak hanya memperoleh pengalaman akademis, tetapi juga keterampilan hidup yang akan berguna setelah mereka keluar dari panti.

“Anak-anak kami kini memiliki motivasi lebih. Mereka bangga karena bisa menghasilkan sesuatu dari jerih payah sendiri,” ujarnya.

Dampak program ini mulai terlihat dari sisi sosial maupun ekonomi. Anak-anak panti yang sebelumnya pasif kini aktif terlibat dalam aktivitas produktif. Mereka belajar bekerja dalam tim, membangun rasa tanggung jawab, dan meningkatkan kepercayaan diri.

Dari sisi ekonomi, hasil beternak ayam kampung memberikan tambahan pemasukan bagi panti.

Diperkirakan, dengan manajemen yang baik, panti bisa memperoleh pendapatan hingga Rp10 juta per bulan dari penjualan ayam dan telur.

Selain itu, produk yang dihasilkan juga memperkuat ketahanan pangan lokal karena ayam kampung dikenal lebih sehat dan bergizi.

Tidak hanya panti yang mendapat manfaat, masyarakat sekitar pun ikut merasakan dampaknya, karena produk dijual dengan harga terjangkau sekaligus membuka peluang kerja sama dengan warung makan, pasar tradisional, maupun UMKM kuliner.

Keberlanjutan program dijaga melalui sistem evaluasi berkala. Setiap enam bulan, tim melakukan penilaian atas produksi, keterampilan anak-anak, dan peningkatan pendapatan.

Sebagian keuntungan usaha disisihkan untuk mengembangkan skala produksi berikutnya. Dengan model ini, panti diharapkan mampu menjalankan usaha secara mandiri tanpa ketergantungan pada donasi.

Bahkan, program ini memiliki potensi untuk menjadi contoh bagi lembaga sosial lain yang menghadapi tantangan serupa.

Ketua tim, Edward Alezandro Lbn. Raja, optimis bahwa inisiatif ini akan melahirkan generasi muda yang lebih siap menghadapi masa depan.

“Kami ingin membuktikan bahwa anak-anak panti bisa menjadi pelaku ekonomi yang mandiri. Dengan keterampilan yang mereka pelajari, mereka tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga bisa berkontribusi bagi masyarakat,” katanya.

Mental Tangguh.

Hal senada disampaikan Tampe Tuah Malem Ginting yang menekankan bahwa usaha ayam kampung ini bukan sekadar kegiatan beternak, melainkan proses pembelajaran kewirausahaan yang membentuk mental tangguh.

Dengan dukungan penuh dari dosen, mahasiswa, pengelola panti, serta masyarakat sekitar, program pengabdian ini menjadi bukti bahwa kolaborasi lintas pihak mampu menghadirkan perubahan nyata.

Panti Asuhan St. Angela kini bukan hanya tempat perlindungan, melainkan juga pusat pembelajaran kewirausahaan. Anak-anak panti belajar bahwa mereka memiliki potensi untuk mandiri dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.(id20)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE