Scroll Untuk Membaca

Sumut

Pemerintah Didesak Lindungi Warganya Di LN, Khawatir Keluarganya Terancam

Pemerintah Didesak Lindungi Warganya Di LN, Khawatir Keluarganya Terancam
Kecil Besar
14px

LIMAPULUH (Waspada.id): Pemerintah Kabupaten Batubara melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja dapat memberi bantuan kemanusiaan kepada warga Kabupaten Batubara sebagai upaya perlindungan meskipun warganya bekerja di luar negeri tidak melalui perusahaan maupun melalui agen resmi di Malaysia guna menghindari hal tak diingini terjadi dari ancaman human trafficking.

Sedangkan badan perlindungan PMI untuk bekerja ektsra menjalani pengawasan terhadap kepatuhan peraturan bagi mereka sampai kepada titik penempatan apakah sesuai kontrak kerja bagi yang melalui jalur resmi.

Hal ini diungkapkan sejumlah tokoh masyarakat di Batubara menanggapi Muhammad Ayub Ramadhan (fofo), warga Desa Lubuk Ulu Kecamatan Datuk Limapuluh Kabupaten Batubara yang tidak bisa kontak (lose contact) dengan keluarga, bahkan handphonenya offline, instagram black out setelah di Kamboja.

Informasi Waspada.id peroleh, Senin (13/10), menyebutkan selama ini Ayub bekerja di Belanda. September 2025 pulang ke Medan, namun tidak ke kampungnya Batubara.

Diketahui dari Kakak kandungnya Sisca Wulandari (tinggal di Pekanbaru), bahwa Ayub mendaftar lamaran kerja melalui aplikasi (non agency) bekerja di China. Entah bagaimana caranya atau ada yang membantu, maka Ayub mengurus Visa Turis di Medan. (Informasinya ada HRD/tidak diketahui identitas HRD atau HRD dari mana) yang mengurusnya.
Ayub kemudian diketahui terbang ke China tanggal 2 Oktober 2025 melalui Maskapai Air Asia.

Ayub dipaksa meneken kontrak selama satu tahun. Rupanya dipekerjakan scamer judol. Setiba Ayub di Kamboja, dia bertemu dengan Daniel asal Bandung yang menurut pengakuan Daniel sudah dua minggu berada di Kamboja.

Menurut penuturan kakaknya Sisca Wulandari, Ayub heran kenapa dia diturunkan di Vietnam selanjutnya dibawa ke Kamboja. Beberapa hari di Kamboja, Ayub merasa tidak nyaman dan menelepon kakaknya Sisca Wulandari dan sambil menangis mengatakan mau pulang dan pihak yang mempekerjakannya minta pengembalian uang Rp70 juta dan Ayub tidak sanggup sedangkan paspor serta visanya disita.

Sisca mengatakan, Ayub pernah minta bantuan dosennya di Universitas Islam Riau/UIR (Ayub lulusan UIR) agar bisa menghubungi KBRI di Kamboja, namun dikebarkan belum ada realisasi.

Minggu, 12 Oktober 2025 sekitar pukul 18.00 WIB, Sisca tidak bisa kontak lagi (lose contact) dengan Ayub. Handphone Ayub offline dan instagramnya black out.

Untuk menelusuri keberadaannya maka upaya yang dapat ditempuh adalah dengan melacak dokumen keberangkatan melalui Maskapai Air Asia dan upaya pelacakan hanya bisa dilakukan aparat kepolisian. Saat ini dikabarka bahwa kondisi ibu Ayub dalam keadaan sakit akibat tidak adanya kabar Ayub, anaknya, yang kemungkinan terancam nyawanya.(id39)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE