PEMATANGSIANTAR (Waspada): Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) umum Kota Pematangsiantar periode Desember 2023 mengalami inflasi 0,56 persen (mtm).
Realisasi itu lebih rendah berbanding realisasi Provsu dan nasional yang masing-masing mengalami inflasi 0,57 persen (mtm) dan 0,41 persen (mtm).
“Dengan realisasi itu, di sepanjang 2023 Pematangsiantar mengalami inflasi 2,30 persen (yoy),” ungkap Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Pematangsiantar Muqorobin melalui Unit Data Statistik dan Kehumasan (UDSK) KPw BI, Jumat (5/1).
Di sepanjang 2023, Pematangsiantar mencatatkan realisasi inflasi terendah kedua setelah Kota Medan. Realisasi inflasi tertinggi di Sumut tercatat Kota Padang Sidempuan dengan inflasi 2,95 persen (yoy), mengikuti Kota Sibolga, Kota Gunung Sitoli, Pematangsiantar dan Medan dengan realisasi inflasi masing-masing 2,80 persen (yoy), 2,35 persen (yoy), 2,30 persen (yoy) dan 2,19 persen (yoy). Dengan realisasi itu, di sepanjang 2023, Provsu mengalami inflasi 2,25 persen (yoy).
Inflasi pada periode itu utamanya terdorong kenaikan harga komoditas pangan diantaranya bawang merah, beras, tomat dan daging ayam ras. Bawang merah mengalami inflasi tertinggi 32,3 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,17 persen, mengikuti beras serta tomat yang masing-masing mengalami inflasi 2,46 persen (mtm) dan 31,55 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,13 persen serta 0,09 persen dan daging ayam ras mengalami inflasi 12,37 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,09 persen.
Kenaikan harga Bawang Merah pengaruh dari peningkatan permintaan masyarakat di periode Natal dan Tahun Baru (Nataru), khususnya di tengah pasokan bawang merah yang terbatas akibat berakhirnya masa panen raya bawang merah. Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata mingguan pasokan bawang merah turun 4,27 persen dari 97,5 kwintal/minggu di November 2023 menjadi 93,3 kwintal/minggu di Desember 2023.
Selain itu, harga beras kembali mengalami peningkatan yang berlangsung sejak April 2023. Rata-rata harga gabah di tingkat petani dan penggilingan yang masih berada pada level yang tinggi di Sumut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya persistensi tekanan inflasi pada beras sepanjang 2023. Selain itu, harga pembelian di tingkat penggilingan yang berada di atas harga pembelian pemerintah menyebabkan serapan dan pengendalian harga beras tidak dapat berjalan secara maksimal.
Tekanan inflasi lebih lanjut, tertahan deflasi pada beberapa komoditas, diantaranya cabai merah, sawi hijau dan cabai rawit. Cabai merah mengalami deflasi -12,58 persen (mtm) dengan andil deflasi -0,15 persen, mengikuti sawi hijau serta cabai rawit yang masing-masing mengalami deflasi -21,28 persen (mtm) dan -24,71 persen (mtm) dengan andil deflasi masing-masing -0,04 persen serta -0,03 persen dan ikan dencis mengalami deflasi -5,08 persen (mtm) dengan andil deflasi -0,03 persen (mtm).
Penurunan harga cabai merah pengaruh dari pasokan cabai merah di Pematangsiantar yang masih terjaga di level yang cukup tinggi, seiring dengan periode panen cabai yang masih berlangsung di sentra cabai Kab. Simalungun dan daerah lainnya di Sumut. Berdasarkan hasil survei PIHPS, pasokan cabai merah mengalami peningkatan 27,5 persen (mtm) dari 11,5 kwintal/minggu di November 2023 menjadi 14,6 kwintal/minggu di Desember 2023.
Berdasarkan disagregasinya, inflasi pada periode itu utamanya dorongan kelompok volatile food dan core inflation yang masing-masing mengalami inflasi 1,61 persen (mtm) dan 0,31 persen (mtm) dengan andil inflasi 0,40 persen dan 0,16 persen. Sementara, kelompok administered price mengalami deflasi -0,01 persen (mtm) dengan andil deflasi -0,002 persen.
Secara tahunan, seluruh kelompok mengalami inflasi di 2023. Kelompok volatile food, administered price dan core inflation masing-masing mengalami inflasi 0,85 persen (yoy), 1,85 persen (yoy) dan 3,20 persen (yoy) dengan andil inflasi 0,21 persen, 0,43 persen dan 1,68 persen.(a28).