TAPSEL (Waspada.id). Setelah sekian lama terisolasi musibah banjir, akhirnya dusun di pinggir Sungai Batangtoru bernama Dusun Sibara-bara, Desa Simataniari, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan, dapat ditembus bantuan.
Membawa sembako dan melakukan pengobatan gratis, misi kemanusiaan itu dilakukan Yayasan Haji Hasan Pinayungan (YHHP) yang dikomandoi Pembina Yayasan juga Bupati Tapsel dua periode, H. Syahrul M. Pasaribu, Sabtu (6/12/2025) siang sampai malam.
Komitmen membantu warga terdampak bencana ini terwujud setelah menembus jalan rusak dan berlumpur disertai hujan rintik-rintik sepanjang lima kilometer. Rombongan YHHP menunjukkan kepedulian meski menerobos keterisoliran.
Tiba di desa berpenduduk 187 Kepala Keluarga (KK) atau total 719 jiwa, rombongan disambut haru dan tangis warga. Melihat bantuan sembako, mereka merasa lega karena bisa mengkonsumsi beras, tidak makan ubi dan jagung lagi sebagai pengganti nasi.

Misi kemanusiaan YHHP ini merupakan lanjutan misi ke wilayah terdampak bencana yang sulit dijangkau dan terisolasi. Seperti ke Janji Matogu, Bina Sari, dan Laba Lasiak di Kelurahan Pardomuan Angkola Selatan, serta Bukkas Malombu di Angkola Sangkunur.
Rombongan membawa paket sembako, kebutuhan dasar dan obat-obatan, serta menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan dengan dokter yang juga merupakan pengurus yayasan.
Sesampainya di lokasi yang terisolasi selama beberapa hari, YHHP langsung membagikan bantuan bahan pokok yang sangat dibutuhkan warga di pasca bencana. Juga menyerahkan Rp3 juta untuk membantu perbaikan plafon masjid rusak akibat terendam banjir.
Di kesempatan itu, YHHP membuka layanan pengobatan gratis yang ditangani dr. Elisa. Sekitar 40 warga Desa Sibara-bara memeriksakan berbagai keluhan kesehatan. Seperti tekanan darah tinggi, gatal-gatal, dan demam.
Tokoh masyarakat, Rosyad Harahap, menilai kunjungan ini sebagai bentuk empati yang nyata. Sekaligus bantuan pertama yang mereka terima sejak banjir menerjang sekitar sebelas hari lalu.
“Bagi kami, YHHP dengan pembina pak Syahrul Pasaribu yang dulu sering berkunjung ke sini adalah barokah. Bantuan ini wujud perhatian yang sangat besar manfaatnya di tengah kondisi sulit di pascabencana,” ujarnya.
Rosyad menceritakan bahwa wilayah mereka merupakan ‘langganan’ banjir sejak 1992. Setiap tahun banjir datang, biasanya hanya menggenangi teras rumah, dan setiap lima tahun sekali masuk ke dalam rumah.
Itu terjadi karena permukiman mereka diapit tiga sungai, Sungai Batangtoru, Aek Sangkunur, dan Aek Simataniari. Ia menyebut Syahrul sangat memahami kondisi itu, karena pada awal masa jabatannya Desember 2010, pernah meninjau langsung banjir besar di wilayah itu. Kemudian berkunjung jika banjir besar kembali terjadi.
Namun Rosyad menyebut banjir sekali ini merupakan yang terparah dalam sejarah kampungnya .Hampir seluruh rumah terendam dan warga terpaksa mengungsi ke bukit selama tiga hari dalam kondisi serba terbatas.
Ia juga menyebut bahwa hingga saat ini belum ada pejabat pemerintah maupun pihak kecamatan yang datang meninjau lokasi sejak banjir terjadi. Meski demikian, Rosyad mengaku memahami situasi itu mengingat hampir seluruh Tapsel dilanda bencana.
Bahkan beberapa daerah seperti Garoga dan Huta Godang di Keamatan Batangtoru mengalami kerusakan jauh lebih parah. Rumah-rumah hanyut diterjang kayu gelondongan yang dibawa banjir sungai Aek Garoga.
Plt Kepala Desa, Hasian Harahap, sangat mengapresiasi kedatangan YHHP. Ia menjelaskan bahwa pembangunan dek penahan jalan menuju desnya yang telah 80 persen selesai kini rusak akibat banjir.
Ia berharap pembangunan dapat dilanjutkan dan tahun 2026 jalan menuju Sibara-Bara bisa diteruskan pembangunannya. Sekaligus mengeluhkan pendangkalan Sungai Batangtoru yang tidak pernah dinormalisasi, sehingga mempercepat luapan air.
“Pengerukan Sungai Batangtoru sangat penting. Marita doakan pak Syahrul dan pengurus YHHP agar tetap sehat dan terus berbuat kebaikan untuk umat,” tegasnya.
Di hadapan warga, Syahrul M. Pasaribu menegaskan bahwa gerakan YHHP sepenuhnya didorong oleh rasa kemanusiaan. “Kami tidak mungkin berpangku tangan melihat sesama dalam kesusahan akibat bencana. Kami hadir membawa bantuan dan dokter, sekaligus menyampaikan salam dari Bupati Tapsel Gus Irawan, yang juga Pembina YHHP,” ujarnya.

Syahrul meminta warga tetap semangat dalam masa pemulihan. Tingkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir susulan mengingat curah hujan pada bulan Desember 2025 ini diperkirakan masih tinggi.
Ia memastikan aspirasi warga terkait kelanjutan pembangunan dek yang rusak akan disampaikan kepada pimpinan Pemkab Tapsel. Menjelaskan bahwa bencana besar ini turut menghambat pembangunan daerah karena 13 dari 15 kecamatan terjadi bencana alam.
Program pembangunan seperti untuk jalan, irigasi, dan gedung ikut terganggu. Bahkan dua kecamatan yang tidak terkena bencana alam pun ikut terdampak akibat kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Ini dampak lanjutan dari bencana alam juga.
Terkait aspirasi normalisasi Sungai Batangtoru, Syahrul mengakui bahwa sejak 2010 hingga akhir masa jabatannya sebagai Bupati Tapsel pada 2021 dan mungkin hingga kini , normalisasi memang belum pernah dilakukan.
Ia menjelaskan bahwa sungai tersebut berada dalam kewenangan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Karena itu, ia akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada Bupati Tapsel agar dapat diperjuangkan ke pemerintah provinsi.
Menutup sambutannya, Syahrul mengajak warga memperkuat kebersamaan dengan memegang falsafah “Dalihan Na Tolu” dan saling mendoakan agar senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.
Rombongan YHHP yang turut hadir dalam misi kemanusiaan ini antara lain Hj. Lisliwati Pasaribu, pengurus YHHP Lisa Khairani Ritonga, Fitri Marina Ritonga, Abu Bokar Hasibuan, dan tokoh muda Angkola Sangkunur Anwar James Harahap. (Id45)












