LANGKAT (Waspada): Meskipun pemerintah telah membuka kembali keran eksport crude palm oil (CPO), tapi harga pasar tandan buah segar (TBS) di Langkat dalam kurun waktu dua bulan terakhir belum kunjung membaik.
Malah, harga bahan baku minyak goreng ini terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sebelumnya, harga TBS sempat menembus angka Rp3.050/Kg di tingkat agen, tapi, awal pekan ini, harga sawit terjun bebas.
“Dua hari lalu harga pembelian TBS dari petani masih berkisar Rp1.700/Kg, tapi pada hari ini, harganya turun drastis menjadi Rp1.350/Kg,” kata M. Ridwan, salah seorang agen kelapa sawit kepada Waspada, Selasa (21/6).
Dia mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir,, harga komoditas kelapa sawit terus bergerak turun. Kalau sebelumnya harga TBS turun dikisaran Rp100/Kg, tapi hari ini turun cukup drastsis, yakni mencapai Rp350/Kg.
Ia mengaku sedikit heran, harga pembelian TBS disejumlah pabrik kelapa sawit (PKS) turun tajam, tapi harga berondolan (buah yang rontok dari tandan) masih tinggi, yakni Rp2.500/Kg, padahal TBS dan berondolan sama-sama memproduksi CPO.
Ungkapan senada juga disampaikan Heri, pengepul sawit dari petani. Dia mengatakan, harga penjualan TBS ke PKS rata-rata turun Rp200 sampai Rp350/Kg. Mencermati perkembangan situasi, katanya, harga TBS ada kemungkinan anjlok di bawah Rp1.000/Kg.
Dia mengutarakan, saat ini ada pabrik yang sudah menghentikan kegiatan operasional dan tidak menerima penjualan TBS karena ekspor sampai saat ini belum berjalan normal, sementara stok hasil produksi CPO di tanki penampungan sudah over load.
“Situasinya gawat, bukan hanya petani yang mengalami kerugian, tapi agen pengepul seperti kami ini juga terimbas rugi, akibat harga yang tidak stabil dan setiap hari ada perubahan harga,” katanya seraya mengaku ia kemarin rugi mencapai puluhan juta rupiah.
Ironinya, di tengah merosotnya harga TBS, harga minyak goreng, baik curah maupun kemasan di pasaran malah masih saja tetap tinggi. Masyarakat menganggap, pemerintah gagal mengendalikan harga bahan pokok minyak goreng.
Anjloknya harga jual TBS membuat kalangan petani kelapa sawit merasa sangat terpukul. Bagaimana tidak, harga sawit terus turun, tapi harga seluruh jenis pupuk kimia, termasuk racun rumput melambung hampir mencapai 100 persen.
Rusli, salah seorang petani kelapa sawit di Langkat mengaku merasa sangat terpukul dengan turunnya harga sawit. “Dengan harga seperti ini, ongkos perawatan, termasuk upah panen yang dikelurkan sudah tak sebanding dengan hasil panen yang didapat,” imbuhnya (a10)
Teks Foto: BURUH tani sedang melangsir hasil panen buah kelapa sawit. Waspada/Asrirrais