Scroll Untuk Membaca

EkonomiSumut

Produksi Minyak Pertamina P. Susu Anjlok, Duri Jadi Jantung Pompakan Energi Indonesia

SUMUR Tungkam di Kec. Besitang, salah satu potret kegagalan proyek eksplorasi yang dilakukan Pertamina EP Pangkalansusu. Waspada/Asrirrais
SUMUR Tungkam di Kec. Besitang, salah satu potret kegagalan proyek eksplorasi yang dilakukan Pertamina EP Pangkalansusu. Waspada/Asrirrais
Kecil Besar
14px

PANGKALANSUSU (Waspada): Masa kejayaan Pertamina EP Aset 1 Pangkalansusu Field tampaknya sudah memudar, seiring anjloknya hasil produksi minyak dalam beberapa dekade terakhir ini.

Detak jantung dari sejumlah ladang minyak tua yang dulunya menyumbang hasil devisa buat negara semakin mengecil. Bahkan, tak sedikit jantung sumur minyak tua di wilayah Kab. Langkat, kini telah berhenti berdetak.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Produksi Minyak Pertamina P. Susu Anjlok, Duri Jadi Jantung Pompakan Energi Indonesia

IKLAN

Adapun upaya yang dilakukan perusahaan ‘plat merah’ ini untuk mendapatkan cadangan minyak selalu menemui kegagalan. Seluruh proyek pengeboran yang pernah dilakukan di bumi Langkat yang katanya bertuah ini selalu berakhir dengan kegagalan total.

Rangkaian kegagalan mendapatkan cadangan minyak baru menimbulkan risiko kerugian yang cukup besar. Nominal nilai kerugian tidak diketahui pasti, namun menurut perkiraan, triliunan rupiah uang negara terkubur ke dalam perut bumi.

Humas Pertamina EP Zona I Pangkalansusu Field, Wahyu, dikonfirmasi Waspada, beberapa waktu lalu mengatakan, saat ini hasil produksi minyak rata-rata 300 barel/hari. “Produksi fluktuasi, tapi kalau dirata-ratakan per hari 300 barel,” ujarnya.

Beda dengan ladang minyak di Duri. Selama lebih dari tujuh dekade, ladang minyak Duri yang ditemukan pada tahun 1941 dan mulai produksi tahun 1954 telah menjadi jantung yang memompakan energi bagi Indonesia.

“Dari catatan studi, penemuan gemilang dari sumur minyak pertama di Duri (sekarang Area #2) segera disusul penemuan-penemuan lain di titik sumur di area-area lain yang saling berjauhan. Ini mengindikasikan adanya cadangan minyak yang besar di lapangan Duri,” ujar Cece Muharam, salah seorang senior engineer yang berpengalaman.

Dalam pesan tertulis yang diterima Waspada baru-baru ini, Cece menuturkan, karena Perang Dunia II pemboran minyak sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali beberapa tahun setelah Indonesia merdeka. Sumur-sumur hasil temuan awal mulai diproduksi dengan peralatan sederhana. Hasilnya dikirim melalui sungai menuju Sei. Pakning, Kab. Bengkalis.

Produksi minyak fase primer dari lapangan Duri mencapai puncaknya pada 1965, yakni sebesar 65 ribu barel. Seiring dengan penurunan tekanan di reservoir, serta karakteristik minyak Duri yang kental, produksinya mulai menurun.

Pada tahun 1975, studi berbagai teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) mulai dilakukan, termasuk Steamflood (injeksi uap). Tahun 1985, hasil studi Steamflood berhasil membuat nadi lapangan Duri berdenyut kencang dan menaikkan kembali produksi minyak.

Puncaknya pada 1995 di lapangan Duri tercatat menghasilkan 302 ribu barel per hari, kemudian secara alamiah kembali menurun. Metode injeksi uap telah merevolusi cara mengekstraksi minyak dari dalam perut bumi. Dengan menyuntikkan uap panas ke dalam reservoir, minyak yang semula kental menjadi encer dan mudah dipompa ke permukaan.

“Teknologi ini tidak hanya meningkatkan produksi secara signifikan, tetapi juga memperpanjang usia produktif ladang minyak Duri,” ujar Cece.

Lapangan Duri kini telah berusia 70 tahun. Sejarah lapangan Duri membuktikan bahwa keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan serta penambahan area-area baru.

Denyut produksi lapangan Duri sempat kembali meningkat setelah area North Duri Development (NDD) Area 12 dioperasikan pada 2009, disusul area 13 pada 2013. Sejak itu, belum ada lagi penambahan area produksi baru di Duri. Tingkat penurunan produksi lapangan ini secara alamiah terus menurun.

Setelah alih kelola oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Subholding Upstream Pertamina pada 9 Agustus 2021, berbagai inisiatif eksplorasi dilakukan untuk pengembangan lapangan, termasuk lapangan NDD Area 14 Stage-1. Penerapan teknologi baru ini bagian dari pengembangan area Steamflood baru setelah alih kelola Blok Rokan oleh Pertamina.

Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumbagut Rikky Rahmat Firdaus mengatakan, kontribusi Duri bagi perekonomian Indonesia terbilang besar. Pendapatan dari lapangan minyak ini telah menjadi sumber devisa yang penting, mendanai berbagai proyek pembangunan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan di seluruh negeri.

Selain itu, Duri juga telah menciptakan puluhan ribu lapangan kerja langsung dan tidak langsung, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Riau. “Minyak mentah Duri adalah sejarah panjang bagi pengelolaan migas di Indonesia yang menjadi nadi perekonomian bangsa dan masyarakat di daerah,” kata Rikky.

Corporate Secretary PHR WK Rokan Rudi Ariffianto mengatakan PHR berkomitmen untuk terus mengelola lapangan Duri secara optimal dan berkelanjutan agar dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang sebesar-besarnya buat masyarakat dan negara.(a10)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE