Sumut

RE Nainggolan Dua Kali Tolak Tawaran Jadi Komisaris TPL

RE Nainggolan Dua Kali Tolak Tawaran Jadi Komisaris TPL
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Buku biografi “RE Nainggolan, The Untold Stories” yang diluncurkan Jumat (21/11/2025) lalu mengungkap banyak fakta menarik.

Salah satunya tentang keputusannya menolak tawaran menjadi Komisaris PT Toba Pulp Lestari (TPL), perusahaan publik yang bergerak di bidang industri pulp dan kertas serta memiliki konsesi hutan tanaman industri di Sumatera Utara.
Salah satu bagian yang mencuri perhatian dalam buku ini adalah prinsipnya dalam memandang jabatan: tidak sekadar kekuasaan, melainkan amanah yang hanya pantas diemban bila ia benar-benar yakin mampu menunaikannya dengan penuh tanggung jawab.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Selama puluhan tahun kariernya, RE memang dipercaya memegang berbagai posisi strategis, mulai dari birokrasi pemerintahan, lembaga pendidikan, hingga organisasi sosial. Namun, berbeda dari banyak tokoh publik lain, ia dikenal tidak pernah mengejar jabatan.

Dalam biografi ini terungkap bahwa ia berkali-kali menolak posisi yang secara kasat mata menggiurkan, baik dari segi prestise maupun kompensasi ekonomi. Baginya, jabatan tidak boleh diambil hanya demi kebanggaan atau penampilan di atas kertas.

“Kalau tidak yakin, jangan diterima,” tegas RE dalam buku tersebut—sebuah prinsip yang sepanjang hidupnya terbukti ia pegang teguh.

Salah satu kisah yang diangkat adalah penolakan halus RE terhadap tawaran menjadi Komisaris PT TPL. Tawaran itu datang tak lama setelah ia memasuki masa purnabakti. Bahkan ketika jajaran Direksi TPL kembali mendekatinya saat ia berada di Jakarta, RE tetap menolak baik-baik.

Ia merasa tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk mengemban tanggung jawab tersebut, terlebih saat itu ia masih menerima sejumlah amanah lain.

Penolakan serupa terjadi pada beberapa tawaran jabatan lain. Buku ini menggambarkan bagaimana RE selalu menimbang dengan cermat apakah dirinya benar-benar orang yang tepat untuk tugas tersebut—bukan hanya dari sisi kompetensi, tetapi juga kesiapan hati dan waktu.

Sebaliknya, ketika menerima satu tugas, sekecil apa pun, ia memberikan dirinya sepenuhnya. Bahkan ketika “hanya” diminta menjadi penasihat Serikat Tolong Menolong (STM) di komunitas tempat tinggalnya, ia menjalankan amanah itu dengan kesungguhan yang sama seperti ketika menduduki jabatan publik.

Integritas RE tidak hanya terlihat dalam sikapnya terhadap jabatan, tetapi juga dalam memandang penghargaan. Buku ini mengungkap bahwa ia pernah menolak tawaran gelar Profesor Kehormatan dari sebuah perguruan tinggi terkemuka. Alasannya sederhana namun mencerminkan kerendahan hati: ia merasa penghargaan tersebut belum layak diberikan.

Sikap konsisten menempatkan makna dan tanggung jawab di atas ambisi pribadi menjadi benang merah dalam perjalanan hidup RE Nainggolan. Melalui buku “The Untold Stories”, pembaca diajak melihat sosok yang mengukur keberhasilan bukan dari panjangnya daftar jabatan, tetapi dari kemampuan menghadirkan perubahan dan meninggalkan jejak yang bermanfaat. Buku ini sekaligus menjadi pengingat bahwa integritas masih memiliki tempat terhormat dalam kepemimpinan Indonesia.(id101)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE