PADANGSIDIMPUAN (Waspada): Bupati Tapanuli Selatan periode 2010-2015 dan 2016-2021, H. Syahrul M. Pasaribu SH, menyebut Naposo Nauli Bulung (NNB) adalah barisan muda-mudi yang tampil di garda terdepan untuk menjaga dan melindungi kampung halaman (pagar ni huta).
“Dalam melindungi alam dan menjaga kelestarian lingkungan, NNB harus berperan aktif dan strategis. Karen itu keberadaan NNB harus dipandang penting oleh pemerintah. Berdayakan mereka, satukan mereka dan jangan bikin kelompok tandingan,” jelas Syahrul.
Syahrul sampaikan itu ketika membuka pelatihan dan dialog publik tentang kebencanaan dan perobahan iklim, yang diselenggarakan NNB Tapsel bersama Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Jum’at pekan kemarin.
Dijelaskan, Tapsel memiliki bentang wilayah yang luas dan kaya akan sumber daya alam. Seorang pemimpin harus mampu memberdayakan itu untuk kepentingan rakyat, dan sekaligus harus mampu memanagemen semua elemen untuk menjaga kelestariannya.

Salah satu program unggulan Syahrul selama 10 tahun menjabat Bupati Tapsel adalah, memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan rakyat dan sekaligus menyelaraskannya dengan upaya menjaga kelestarian alam.
Prinsip itu diwujudkan dengan pembangunan yang berwawasan lingkunan. Antara lain melaksanakan pembangunan energi baru terbarukan untuk daerah pinggiran yang tak dapat dijangkau oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Yaitu membangun Pembangkit Listrik Tenaga Hydro Mikro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terpusat yang sampai saat ini hasilnya masih dinikmati ribuan masyarakat.
PLTMH dan PLTS Terpusat yang terbangun selama kepemimpinan Syahrul di Tapsel, jumlahnya 22 unit. Terdiri dari PLTMH 16 unit dan PLTS 6 unit yang semuanya dibangun tanpa memakai dana APBD Tapsel
Turbin PLTMH iru digerakkan oleh air yang bersumber dari pegunungan yang alamnya masih lestari. Rakyat telah difahamkan dan faham betul betapa pentingnya menjaga hutan demi keberlangsungan PLTMH.
“Masyarakat Tapsel telah mengetahui bahwa apabila mereka menebangi pohon di hulu sungai, maka debit air berkurang dan PLTMH itu tidak akan berfungsi. Sehingga dengan sendirinya mereka membuat aturan wajib melestarikan hutan,” jelas Syahrul.
22 PLTMH dan PLTS yang dibangun selama 10 tahun Syahrul menjabat Bupati Tapsel ini terbangun berkat hubungan baik ke pemerintah atasan. Sebab, pendanaan pembangunan PLTMH dan PLTS Terpusat ini semuanya berasal dari ABPD Provinsi Sumatera Utara dan APBN.
Satu diantaranya ialah pembangunan PLTMH di Desa Silangkitang Tambiski, Kecamatan Saipar Dolok Hole berkapasitas 53 KW (53.000 watt) dan merupakan yang terbesar di Tapsel.
Program ini digiring oleh H. Gus Irawan Pasaribu SE, AK, MM, CA, yang saat itu menjabat Ketua Komisi VII DPR RI. Kemudian diresmikan bersama dengan Dirjen EBTKE Kementerian ESDM tahun 2018.
HATABOSI
Dalam hal menjaga kelestarian alam, di Tapsel atau tepatnya di Kecamatan Marancar terdapat satu kearifan lokal yang sudah berlangsung seratusan tahun.
Turun temurun diwariskan oleh para leluhur mereka yang bermarga Pasaribu dan dikenal dengan HATABOSI (Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap).
Tahun 2018, local wisdom HATABOSI diperjuangkan Syahrul bersama DR. Fahrian Sirega dan tokoh masyarakat Marancar beserta LSM (NGO) lokal dan nasional untuk mendapatkan pengakuan negara.
Akhirnya tahun 2020 berhasil mendapat penghargaan pemerintah pusat dengan diserahkannya Kalpataru. Yakni penghargaan kategori Penyelamat Lingkungan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
“Pada Januari 2021 diresmikan Tugu Kalpataru di Tanjung Rompa. Kementerian KLHK waktu itu berharap HATABOSI kedepannya menjadi warisan dunia atau World Heritage,” kata Syahrul.
Dalam menjaga kelestarian lingkungan dan iklim di masa kepemimpinannya, juga ada program Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FoKSBI) bekerjasama dengan Conservation International Indonesia (CII) sejak tahun 2018. Diperuntukan bagi keberlanjutan petani kelapa sawit dalam berusaha.
“Masyarakat Tapsel dari dulu telah memiliki kebijakan melestarikan alam. Tentu saja Naposo Nauli Bulung sebagai pagar ni huta sekaligus pemilik masa depan juga harus melestariakan warisan leluhur ini. Sehingga wajib hukumnya kita berperan dalam pelestarian lingkungan, sehingga setiap perobahan iklim dapat diantisipasi sedini mungkin,” tutup Syahrul.
Pada kegiatan yang diakhiri penandatanganan dukungan terhadap berdirinya “Sekolah Alam” ini, Syahrul Pasaribu hadir dalam kapasitas sebagai Tokoh Pemerhati Lingkungan sekaligus Bupati Tapsel dua periode.
Kegiatan yang mengusung tema “Jaga Alam, Jaga Kita” ini menghadirkan narasumber kompeten seperti Kepala BMKG Stasiun Meterologi (Stamet) Aek Godang, Momammac Nur yang memaparkan materi tentang Pemanasan Global.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pemkab Tapsel, Handi Batubara yang memaparan materi tentang Managemen Penanggulangan Bencana.
Ketua Naposo Nauli Bulung (NNB) Tapanuli Selatan, Riski Abadi Rambe, juga didapuk sebagai narasumber dengan membawakan materi tentang Pendidikan Sekolah Alam. Katanya, pemuda pemudi Tapsel harus faham tentang alam dan pelestariannya.
Turut hadir dan memberi sambutan, Dekan FKIP UM-Tapsel Eli Marlina Harahap M.Pd dan Ketua Program Pendidikan (Prodi) Fisika Ainun Mardiyah Lubis M.Si.
Hadir juga anggota DPRD Tapsel Mhd. Rawi Ritonga dan organisasi kemahasiswaan Kelompok Cipayung, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) berbagai perguruan tinggi dan lainnya yang berjumlah sekitar 200 orang. (a05)












