TAPSEL (Waspada.id): Kabupaten Tapanuli Selatan secara spesifik beribukota di Sipirok sejak terbitnya Undang Undang No.37 tentang Pembentukan Kabupaten Padanglawas Utara dan UU No.38 tentang Pembentukan Kabupaten Padanglawas.
18 tahun Sipirok ibukota Tapsel dinilai masih lamban perkembangannya. Maka di HUT ke-75 Tapsel ini, Yayasan Tabagsel Institvte menggelar lokakarya “Strategi Pengembangan Kota Sipirok Sebagai Ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan Untuk Peningkatan Kesejahteraan Rakyat”.
Kegiatan lokakarya ini dijadwalkan digelar pada Selasa (25/11/2025) di Sopo Namora, Kelurahan Baringin, Kecamatan Sipirok.
Ketua Panitia, Ayub Suleman Pulungan, didampingi bendahara, Yusanti Anwar, menyebut bahwa lokakarya ini digelar untuk menghimpun gagasan dari para ahli dan pemangku kepentingan. Yakni untuk mempercepat pembangunan Kota Sipirok sebagai pusat pemerintahan dan simpul ekonomi baru.
Adapun maksud dan tujuannya ialah, menghimpun pemikiran dari beragam ahli demi memajukan pengembangan Kota Sipirok sebagai ibu kota kabupaten Tapsel. Memberikan masukan dan umpan balik kepada Pemkab Tapsel, dalam penyempurnaan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta penyiapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kota Sipirok.
Mendorong tumbuhnya pusat niaga dan kawasan wisata baru, termasuk mempercepat penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat Kota Sipirok sebagai upaya peningkatan kesejahteraan rakyat.
Lokakarya ini akan membahas tiga sektor prioritas, yakni pengembangan pariwisata, pengembangan pertanian, dan pengembangan perkotaan yang meliputi pemukiman, pusat niaga hingga infrastruktur pendukung lainnya.
Untuk memperkaya materi, sejumlah tokoh dan pakar akan hadir sebagai pembicara. Yaitu Bupati Tapsel, H. Gus Irawan Pasaribu, SE, Ak, MM, CA, sebagai Keynote Speaker, Guru Besar IPB sekaligus Rektor Perbanas Institute, Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec, Ahli manajemen Strategis Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Ir. Eddy Irsan Siregar, MM.
Chandra Indra Sakti Rambey, Direktur PT Provalindo yang juga merupakan ahli dari REI Jakarta, Dr. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT, pakar perencanaan wilayah dari Universitas Sumatera Utara. Asep Wardayanto, pelaku pengembangan perumahan, serta Ayub S. Pulungan, penggiat pengembangan kopi Sipirok.
Sebagian besar pembicara adalah perantau asal atau memiliki akar historis dengan Sipirok yang memiliki kepedulian, kepakaran, dan pengalaman profesional yang relevan dengan pengembangan Kota Sipirok.
Melalui lokakarya ini, Yayasan Tabagsel Institute berharap lahir rekomendasi strategis yang dapat menjadi rujukan pemerintah daerah dalam mempercepat pembangunan Kota Sipirok sebagai ibu kota kabupaten yang modern, berdaya saing, maju, mampu bangkit dan memberi manfaat langsung bagi kesejahteraan masyarakat.
Kegiatan ini juga diharapkan menjadi momentum kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat dalam mewujudkan Sipirok sebagai pusat pertumbuhan baru di Tapanuli Selatan. (Id45)












