BESITANG (Waspada.id): Tarif Pajak Bumi dan Bangunan (PPB) di Kab. Langkat mengalami kenaikan cukup tinggi, tapi feed back terhadap pembangunan dirasakan masyarakat masih sangat kurang.
Banyak infrastrukur jalan yang tersebar di wilayah Langkat yang kondisinya rusak parah, akan tetapi tidak mendapatkan perhatian dari Pemkab Langkat untuk melakukan usaha perbaikan.
Seperti halnya ruas jalan menghubungi Lingk VIII-Lingk IX, Kel. Bukit Kubu, Kec. Besitang, yang sudah puluhan tahun rusak parah, tapi tak pernah sedikit pun mendapatkan perhatian dari penguasa di Langkat.
Masyarakat kecewa, tagihan PBB mengalami kenaikan cukup tinggi, yakni lebih dari 100 persen, tapi perbaikan terhadap infrastruktur yang rusak parah di daerah mereka terkesan diabaikan.
Warga merasakan realitas ini sangat tidak adil. Bagaimana tidak, warga terus dikejar dengan setoran kewajiban membayar PBB, tapi umpan balik terhadap pembangunan tidak mendapat perhatian.
Beberapa warga yang ditemui, Senin (8/9), mengatakan, sudah empat kali pergantian Bupati Langkat, tapi kondisi jalan kabupaten tetap saja dibiarkan kupak kapik.
“Jabatan bupati sudah beberapa kali berganti, tapi kerusakan infrastruktur di kampung kami ini tetap saja tidak diperhatikan. Kami merasa seperti tidak ada pemerataan pembangunan di Langkat,” ujar warga dengan nada kecewa.
Ruas jalan kabupaten yang menghubungi dua lingkungan ini setiap harinya dilintasi warga, termasuk ratusan pelajar. Jalan ini termasuk akses jalan utama yang menjadi urat nadi untuk mendukung perekonomian masyarakat.
Warga mengaku kesal karena sampai sejauh ini sama sekali tidak ada perhatian sedikit pun dari Pemkab Langkat. “Kami merasa seperti warga kelas dua di bumi Langkat yang katanya bertuah ini,” ujar warga kesal.
Pantauan Waspada.id, kondisi ruas jalan Lingk IX tampak rusak parah. Permukaan aspalnya sudah banyak yang hancur, bahkan terdapat sejumlah lubang-lubang berukuran besar yang digenangi air hujan.
Kerusakan jalan juga terdapat di wilayah Lingk VIII Simpang Tiga, tepatnya di bawah play over (terowongan kereta api). Ruas jalan ini kerab digenangi air, terutama saat musim penghujan akibat tak adanya drainase pembuangan air.
Warga merasa dari dahulu sampai sekarang tak ada perkempungan mereka minim dari sentuhan pembangunan. Mereka berharap kondisi ini menjadi perhatian dari Bupati Langkat. (id24)