Scroll Untuk Membaca

Sumut

Ternak Warga Terus Bermatian Dimangsa Harimau, Mitigasi BKSDA Dipertanyakan

Ternak Warga Terus Bermatian Dimangsa Harimau, Mitigasi BKSDA Dipertanyakan
HARIMAU yang memangsa lembu warga beberapa waktu lalu di Dusun Sebetung, Desa Bukit Selamat, Kec. Besitang, dievakuasi petugas BKSDA setelah masuk ke dalam kandang jebak. Waspada/Ist
Kecil Besar
14px

SEI LEPAN (Waspada): Upaya mitigasi Balai Konservasi Sumber Daya Daya Alam (BKSDA) untuk meminimalisir konflik harimau dengan masyarakat di Dusun Pancasila, Desa Mekar Makmur, Kec. Sei Lepan, dipertanyakan.

Pasalnya, harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) dalam dua pekan belakangan ini terus mengganas menyerang hewan ternak peliharaan warga di dusun yang berbatasan dengan kawasan TNGL.

Setelah beberapa hari sebelumnya tiga ekor lembu milik warga mati dimangsa harimau, kini seekor lembu warga, Selasa (24/6) siang, kembali menjadi korban kebuasan hewan karnivora tersebut.

Menurut informasi yang diperoleh, seekor lembu peliharaan milik, Agus Syahputra, ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa diduga akibat dimangsa oleh sang ‘raja rimba’ yang merupakan satwa endemik di Pulau Sumatera.

Kematian hewan-hewan ternak ini tentunya sangat merugikan para peternak, apalagi tidak ada ganti rugi dari pemerintah. Warga di daerah ini merasa kesel dan sudah sangat resah melihat agresifitas satwa buas yang dilindungi ini.

Konflik harimau dengan manusia dan hewan ternak di seputaran kawasan hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) sudah berulang kali terjadi di wilayah Kab. Langkat. Fenomena ini diyakini akibat faktor degradasi hutan.

Degradasi hutan tidak hanya menimbulkan problem lingkungan, seperti global warming, bencana banjir, dan kekeringan, tapi juga bisa memicu konflik. Hewan buas yang habitatnya terganggu kerab ke luar hutan untuk mencari mangsa.

Aksi perambahan hutan dan illegal logging di kawasan TNGL sudah menjadi persoalan serius yang hingga kini belum dapat diatasi secara tuntas. Puluhan ribu hektare hutan hujan tropis dataran rendah terluas ketiga di dunia ini rusak akibat aksi ilegal.

Aksi perambahan hutan di wilayah Kec, Sei. Lepan dan Besitang, hingga kini masih terus berlangsung. Upaya rehabilitasi hutan yang telah dilakukan ternyata tidak sebanding dengan lajunya tingkat deforestasi.

Tidak hanya perambahan, tapi aksi illegal logging atau penebangan liar dikabarkan masih saja terjadi. Menurut salah seorang buruh tani, aksi penebangan pohon di Barak Itir, Resort Sei. Lepan-Sekoci terus merajalela.

Kepala Bidang BKSDA Wilayah II Stabat, Bobby Nopandry, dimintai Waspada.id konfirmasinya, Rabu (25/6), menyatakan, tim BKSDA sudah dua belas hari lebih di lapangan melakukan upaya mitigasi.

Dia mengatakan, lokasi keempat ekor lembu yang ditemukan mati dimangsa harimau berada di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang secara fisik telah menjadi areal kebun.

Dia menambahkan, kalau lembu terus dilepas, harimau tidak akan berhenti memangsa. “Di daerah ini, hanya sebagian saja warga yang mengandangkan ternak lembunya,” kata Bobby seraya menambahkan, jumlah lembu warga terdata sebanyak 130 ekor.

Untuk mengantisipasi agar harimau tidak kembali memangsa lembu, Bobby kembali mengimbau warga setempat agar mengandangkan lembunya dan jangan dilepasliarkan.(a10)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE