P.SIDIMPUAN (Waspada): UIN Syahada Padangsidimpuan meluncurkan Strategi Pembinaan Organisasi Mahasiswa (SPOMA) yang disusun H. Ratonggi Hasibuan, MA, dan tim. SPOMA ini bertujuan meneguhkan arah organisasi mahasiswa di era digital. Rancangan SPOMA telah melalui Forum Group Discussion (FGD) daring pada Rabu (18/6), yang melibatkan alumni, praktisi, tokoh pemuda, perbankan, dan pejabat Kementerian Agama.
Rektor UIN Syahada Padangsidimpuan, Prof. Dr. H. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag, menekankan pentingnya SPOMA dalam membentuk karakter kepemimpinan, spiritualitas, dan keterampilan hidup mahasiswa. “SPOMA adalah bagian dari misi besar membentuk generasi muda pemimpin umat dan bangsa,” tegasnya.
Kasubdit Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat PTKI Kemenag RI, Papay Supriatna, S.S, M.Pd, menilai SPOMA UIN Syahada telah mengintegrasikan pendekatan keagamaan dan manajemen organisasi modern. “Organisasi kemahasiswaan bukan hanya wadah kegiatan tetapi juga ruang dialektika untuk menampakkan karakter kepemimpinan, memperkuat semangat kebangsaan, serta melahirkan Agent of Change,” tuturnya. Ia menambahkan bahwa pembinaan organisasi kemahasiswaan harus adaptif terhadap era digital.

Wakil Rektor III UIN Syahada Padangsidimpuan menyoroti pentingnya narasi kesejarahan dalam SPOMA. Ketua DEMA UIN Syahada Padangsidimpuan, Sumber Rezeki, menyatakan SPOMA sebagai komitmen kampus untuk melahirkan pemimpin muda visioner. “Kami ingin menjadi mahasiswa yang punya arah, bukan sekadar pengisi ruang organisasi,” katanya.
Masukan dari berbagai pihak, termasuk alumni, praktisi HRD, perbankan, dan mentor proyek, menekankan pentingnya pelatihan berkelanjutan, magang, sistem kontrol berkala, pembinaan literasi dan inovasi, serta menjadikan SPOMA sebagai sistem yang hidup dan terus direvisi.

Ratonggi Hasibuan menjelaskan SPOMA terbagi dalam tiga bagian utama: penguatan kelembagaan, program pembinaan dan pengembangan, serta pembangunan jejaring eksternal. Ia menambahkan FGD juga menjadi ruang evaluasi terhadap seluruh muatan SPOMA.
Seorang peserta dari Sulawesi Selatan menekankan agar SPOMA menjadi dokumen hidup yang fleksibel dan menjawab tantangan zaman. Peserta lain menyarankan agar SPOMA disosialisasikan dan dilatih secara rutin.(a39)