MADINA (Waspada.id): Budaya menumbuhkan rasa cinta terhadap daerah. Karena itu perlu mengenal dan mempelajari budaya yang berimplikasi pada keinginan semangat membangun Kabupaten Madina.

Demikian disampaikan Wakil Bupati Mandailing Natal (Wabup Madina), Atika Azmi Utammi Nasution saat memberikan kata sambutan di acara puncak “Irama Ulupungkut ” yang berlangsung di Desa Alahankae, Kecamatan Ulupungkut, Sabtu (2/8).
Wabup Madina juga menyampaikan tentang budaya ini selaras dengan misi pembangunan daerah yang tertuang pada poin ke empat visi misi Saipullah – Atika.Dengan budaya tentunya merupakan cara efektif untuk membentengi generasi muda dari pengaruh buruk kecanduan media sosial, sehingga jati diri generasi muda tetap terlindungi dari pengaruh negatif yang ditimbulkan.
Dalam mengantisipasi gempuran teknologi dan informasi serta upaya menjauhkan anak-anak dari kecanduan gadget, Madina telah menggalakkan kembali warisan permainan leluhur (Witapermainur) yang diadakan di Kecamatan Tambangan rutin di adakan setiap Hari Minggu.Witapermainur di Tambangan ini nantinya menjadi program percontohan untuk seluruh kecamatan yang ada di Madina.
“Pelestarian adat budaya merupakan tugas semua pihak.Karena itu pihak swasta dan komunitas yang bergerak di bidang adat budaya diminta rutin melaksanakan kegiatan seperti Irama Ulupungkut ini.Serta apresiasi dan terimakasih dari Pemka Madina kepada Yayasan Bina Budaya Mandailing Raptama yang memilih melaksanakan kegiatan ini di Ulupungkut,” ucap Wabup Madina, Atika Nasution.

Ivan Iskandar Batubara, tokoh adat bergelar Patuan Parhimpunan Gomgom Mandailing, menilai minimnya guru yang bisa mentransfer ilmu, skill, dan pemahaman seni budaya dan adat istiadat menjadi salah satu penyebab terhambatnya pewarisan kepada generasi yang lebih muda.
“Pertunjukan Irama Ulupungkut bukan sebatas seni budaya, tapi jati diri bangsa Mandailing. Karena itu bagaimana para leluhur mewariskan ini kepada kita, maka tugas kita juga mewariskan ini kepada generasi setelah kita,” ucap Ivan Batubara.
Sebelumnya, Ketua Yayasan Bina Budaya Mandailing Raptama Muhammad Bakhsan Parinduri menjelaskan, Irama Ulupungkut Pelestarian dan Pemajuan Kebudayaan Mandailing Julu terselenggara berkat dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II. Kegiatan ini melibatkan puluhan mahasiswa seni dan naposo nauli bulung di Kecamatan Ulupungkut, yang menampilkan beberapa adat budaya Mandailing yang telah lama hilang.
“Kami menampilkan, Tor Tor Manggore yang telah hilang lebih dari 60 tahun, sebuah tarian bagiamana seharusnya orang Mandailing menyikapi atau mengambil emas tanpa merusak lingkungan. Jauh dari yang terjadi pada saat ini. Pagelaran di Ulupungkut sengaja dipilih karena daerah ini merupakan salah satu sumber pengetahuan budaya,” ucap Bakhsan Parinduri
Pantauan Waspada.id, dalam kesempatan ini beragam tarian tor-tor dipertunjukkan. Antara lain Tor Tor Inanta Soripada, Tor Tor Raja-raja diiringi jeir, Tor Tor Ranggas Namule Ule, dan Tor Tor Manggore. Selain itu ditampilkan juga Sarama Mamale Begu, salah satu irama Gordang Sambilan tanpe menggunakan beberapa gendang yang ada.

Suasana Irama Ulupungkut ini makin meriah ketika Wabup Madina, Atika, Nasution, Sekretaris DPPKB Elfi Maryanni, dan Kepala Bidang Kebudayaan Disdik Liliana Asaliah Lubis turut naik panggung dalam Tor Tor Inanta Soripada. Acara ditutup dengan penampilan Sarama, band yang menggabungkan alat musik modern dengan musik tradisional Mandailing.
Hadir dalam acara Asisten Administrasi Umum, Lismulyadi Nasution, Kepala Dinas Kebudayaan Dr. Muhammad Daud Batubara, Kepala Dinas Pariwisata, Syukur Soripada Nasution, Kepala Bidang Tanaman Pangan Juli Hidayah, Kabag Umum Setda Irsan Hasibuan dan Kabag Kesra Bahruddin Juliadi.(id55).