PEMATANGSIANTAR (Waspada): Wali Kota Pematangsiantar bersama Ketua Dekranasda serta masyarakat khususnya etnis Tionghoa ikut pawai barongsai pada malam Cap Go Meh Imlek hari ke-15.
Pawai berawal dari rumah dinas Wali Kota Susanti Dewayani, Jl. Kapten MH. Sitorus, Sabtu (24/2) malam ke Jl. Merdeka, terus ke Jl. Wahidin, Jl. Sriwijaya, Jl. Cokroaminoto, Jl. Sangnaualuh Damanik, kawasan Megaland, Jl. Sutomo dan kembali ke rumah dinas wali kota.
Sejumlah bikers dari BOM’S dengan Ketua Aprial Muhammad Rizaldi Ginting turut mengiringi pawai di sepanjang rute perjalanan.
Menurut Wali Kota kegiatan itu bertujuan menghibur seluruh masyarakat. “Dimana di tahun Naga Kayu ini keseluruhan kita lebih baik lagi dan lebih makmur lagi.”
“Rangkaian kegiatan peringatan Tahun Baru Imlek 2024 telah terlaksana di Pematangsiantar mulai bakti sosial, festival serta pemberian tali asih yang melibatkan seluruh masyarakat. Itu menunjukkan keberagaman itu yang membuat kita semua makin kuat,” imbuh Wali Kota.
Wali Kota menambahkan dengan sejumlah personel barongsai yang multi etnis serta persiapan yang singkat, akhinrya kegiatan pawai malam Cap Go Meh dapat berjalan dengan baik.
“Saya selaku wali kota siap mendukung kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas keagamaan kita. Inilah Pematangsiantar yang penuh toleransi,” tegas Wali Kota.
Sementara, Sekretaris Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Chandra menjelaskan malam Cap Go Meh merupakan hari ke-15 setelah perayaan Imlek.
Chandra mengapresiasi dan beterimakasih kepada Wali Kota dan Ketua Dekranasda Kusma Erizal Ginting beserta Forkopimda yang telah menerima pihaknya dalam penutupan rangkaian kegiatan Imlek. “Dengan sambutan antusias luar biasa dari masyarakat.”
Dengan adanya pawai barongsai, Chandra atas nama Walubi menginginkan agar kebudayaan dan tradisi itu bisa menikmati seluruh kalangan di Pematangsiantar. “Kita juga apresiasi BOM’S yang dapat turut berperan.”
Chandra menambahkan barongsai Vihara Avalokitesvara berdiri sejak 2004 di Pematangsiantar dengan komposisi pemain multi etnis dan bukan hanya Tionghoa.
“Kekuatan kita dua naga dan tujuh barongsai. Kita juga dapat undangan tampil di klub-klub di Kota Medan dan di Kaldera Toba. Kita membawa nama Pematangsiantar dengan mengembangkan tradisi etnis Tionghoa,” sebut Chandra.
Kegiatan itu, lanjut Chandra, merupakan silaturahmi masyarakat Tionghoa dengan Pemko Pematangsiantar. “Pematangsiantar merupakan kota toleran di Indonesia. Mari kita sama-sama menjaga kerukunan di Pematangsiantar.”
Tampak hadir sejumlah generasi Buddhist, tokoh masyarakat Tionghoa serta sejumlah pimpinan OPD Pemko.(a28)