BLITAR (Waspada): Semangat membangun dunia baru tanpa kolonialisme, peserta napak tilas Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 berziarah ke makam Proklamator RI Ir. Soekarno yang juga penggagas persatuan bangsa Asia-Afrika guna membangun perdamaian dunia.
Para peserta napak tilas KAA yang terdiri dari para akademisi dari 33 negara, mengunjungi makam Bung Karno di Kota Blitar, Jawa Timur, Kamis (10/11/2022), bertepatan dengan Hari Pahlawan. Sebelumnya, mereka sudah mengikuti rangkaian acara dari Jakarta dan Bandung.
“Sebuah kehormatan besar bagi kami orang Indonesia menerima anda semua di Kota Blitar, yang menjadi kota peziarahan karena adanya makam Bung Karno sebagai proklamator Indonesia,” kata Darwis Khudori, seorang doktor asal Indonesia yang tinggal di Prancis, penggagas sekaligus jadi peserta acara itu.
Sebelum nyekar di makam sang proklamator, para akademisi ikut menghadiri upacara hari pahlawan di halaman kompleks makam Bung Karno. Upacara dipimpin langsung oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dr. Hasto Kristiyanto. Para kader PDIP dari Jawa Timur mengikuti kegiatan itu. Tampak Sekretaris DPD PDIP Jatim Sri Untari serta mantan Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana.
Kepada para peserta, Hasto mengatakan ziarah di makam Bung Karno demi mendoakan agar sang Proklamator mendapat tempat terbaik di surga. Tak hanya itu, berziarah juga bermaksud agar kita belajar dari perjuangannya dan mewarisi semangatnya.
“Kami berharap semangat membangun tatanan dunia baru tanpa kolonialisme, dan semangat membangun solidaritas antar sesama, terus dikuatkan,” kata Hasto.
“Di sinilah kita bergandengan tangan dalam mewujudkan kesetaraan internasional; serta kerja sama politik yang saling menghargai setiap negara, dan semangat kerja sama ekonomi dan budaya dalam rangka membangun tatanan dunia yang lebih adil, damai, dan sejahtera,” tambah Hasto.
Ditegaskan Hasto, bahwa bagi Indonesia dan PDIP pada khususnya, perjuangan panjang mewujudkan cita-cita itu takkan pernah sia-sia.
“Seperti yang diyakini Bung Karno, bahwa ketika kita memperjuangkan kepentingan umat manusia, seluruh perjuangan tidak akan pernah sia-sia. Tidak ada pengorbanan yang sia-sia,” tegas Hasto.
Hasto melanjutkan, walau sudah meninggal dan berupaya “dibunuh berkali-kali”, namun Bung Karno selalu hidup dalam hati dan pikiran rakyat Indonesia, melalui ide, aspirasi, dan pemikiran, khususnya bagi rakyat yang tertindas.
“Bung Karno di akhir hayatnya berkata bahwa, ide, pendapat, dan aspirasi tidak bisa dibunuh,” kata Hasto.
Apa yang dikatakan Bung Karno terbukti. Meski selama 32 tahun kekuasaan Presiden Suharto yang sangat otoriter berusaha memutarbalikkan dan menutupi fakta sejarah, dengan tujuan menjauhkan rakyat dari Bung Karo, namun upaya tersebut sia-sia.
Begitu juga ketika tempat di sekitar makam ini dikelilingi kaca dinding selama 32 tahun, sehingga orang tidak bisa mendekat.
“Tetapi kebenaran dan kebajikan selalu menemukan jalannya.
Kebenaran selalu mampu mendobrak tembok tebal tirani. Karena itu, kekuatan politik kebenaran akhirnya terbukti,” urai Hasto.
“Bung Karno selalu hidup dan menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia. Inspirasi bagi kaum tertindas yang haus akan keadilan. Inspirasi bagi rakyat kecil yang mendambakan hidup sejahtera. Semangatnya merupakan penggerak perjuangan, sekaligus tekad bangsa Indonesia untuk berjuang mewujudkan tatanan dunia yang bebas dari segala bentuk penjajahan,” imbuh Hasto.
Kepada para peserta acara yang datang dari negara seperti Rusia, AS, Tiongkok, India, Swedia, Finlandi, Brasil, dan lain-lain, Hasto mengatakan bahwa berziarah ke makam Bung Karno adalah penuh makna. Dengan itu, kita dapat belajar tentang keyakinan akan cita-cita, bahwa politik adalah perjuangan tanpa akhir, perjuangan untuk rakyat, untuk bangsa, dan untuk negara, serta untuk umat manusia di dunia.
Atas dasar keyakinan yang sama, putri sulung Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, menempuh jalan terjal, menerobos berbagai rintangan. Bahkan proyek politik otoriter beberapa kali mencoba membunuh karir politiknya.
“Konsekuensinya memang tidak mudah. Markas besar Partai Demokrasi Indonesia yang dipimpinnya diserang secara brutal pada 27 Juli 1996, yang mengakibatkan banyak korban jiwa,” urai Hasto.
“Di situlah Megawati menekankan Satyam Eva Jayate, yang berarti pada akhirnya bagaimanapun kebenaran akan menang. Akhirnya, melalui perjuangan panjang, Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden Republik Indonesia Kelima, dan kepemimpinannya mampu melahirkan banyak pemimpin, termasuk Presiden Joko Widodo. Ini juga merupakan bukti pentingnya memperjuangkan kebenaran melalui jalur politik,” ujar Hasto.
Usai upacara, Hasto mengajak para akademisi itu untuk duduk bersila dan mendoakan Bung Karno. Para peserta nampak khidmat menunduk mendoakan Bung Karno. Mereka ikut memanjatkan doa untuk Putra Sang Fajar. Tak lupa semua peserta juga menabur bunga mawar di makam.
Acara Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective digagas oleh Prof. Darwis Khudori. Pembukaan kegiatan dilakukan di Jakarta pada empat hari lalu, dan peserta melanjutkan agenda di Bandung. Setelah berziarah di makam Bung Karno, siang ini delegasi bergerak menuju Surabaya.
Acara pembukaan Bandung-Belgrade-Havana in Global History and Perspective dilakukan di Jakarta pada Senin lalu. Setelahnya, peserta berangkat di Bandung, bekerja sama dengan Universitas Padjadjaran (Unpad), guna membahas langkah-langkah berbasis semangat Konferensi Asia Afrika 1955.
Para peneliti yang turut serta dalam program ini antara lain ialah Annamaria Artner (Hungaria), Connie Rahakundini Bakrie (Indonesia), Isaac Bazie (Burkina Faso/Canada), Beatriz Bissio (Brasil/Uruguay), Marzia Casolari (Italia), Gracjan Cimek (Poland), Bruno Drweski (Prancis/Polandia), Hilman Farid (Indonesia), Darwis Khudori (Indonesia/Prancis), Seema Mehra Parihar (India), Jean-Jacques Ngor Sene (Senegal/USA), Istvan Tarrosy (Hungaria), Rityusha Mani Tiwary (India), Nisar Ul Haq (India). (irw)